Berikut adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri kecuali

Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang kegunaannya sudah menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Namun obat ini tetap merupakan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh klamidia (trakoma, psitakosis, salpingitis, uretritis dan limfogranuloma venereum), riketsia (termasuk Q-fever), brusela (doksisiklin dengan streptomisin atau rifampisin) dan spiroketa, Borellia burgdorferi (Lyme disease). Tetrasiklin juga digunakan pada infeksi saluran pernafasan dan mikoplasma genital, akne, destructive (refractory) periodontal disease, eksaserbasi bronkitis kronis (karena aktivitasnya terhadap Hemophilus influenzae), dan untuk leptospirosis pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin (sebagai alternatif dari eritromisin).

Secara mikrobiologis, hanya sedikit jenis organisme yang dapat diatasi dengan menggunakan golongan tetrasiklin, kecuali minosiklin yang memiliki spektrum luas. Minosiklin sudah jarang digunakan karena efek samping seperti vertigo dan pusing. Infeksi pada rongga mulut. Pada dewasa dan anak di atas 12 tahun, tetrasiklin efektif terhadap kuman anaerob oral namun sudah jarang digunakan karena resistensi. Obat ini masih mempunyai peranan dalam terapi destructive (refractory) forms of periodontal disease. Doksisiklin mempunyai lama kerja yang lebih panjang daripada tetrasiklin, klortetrasiklin atau oksitetrasiklin dan hanya perlu diberikan satu kali sehari; juga dilaporkan lebih aktif terhadap anaerob dibandingkan tetrasiklin lainnya.

Doksisiklin digunakan dalam terapi recurrent aphthous ulceration, herpes oral atau sebagai terapi tambahan pada gingival scaling dan root planing untuk periodontitis.

Peringatan: Tetrasiklin sebaiknya digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau yang menerima obat yang bersifat hepatotoksik. Tetrasiklin dapat meningkatkan kelemahan otot pada pasien miastenia gravis dan eksaserbasi lupus eritematosus sistemik. Antasida dan garam Al, Ca, Fe, Mg dan Zn menurunkan absorpsi tetrasiklin. Susu menurunkan absorpsi demeklosiklin, oksitetrasiklin dan tetrasiklin. Interaksi lain: Lampiran 1 (tetrasiklin).

Kontraindikasi: Tetrasiklin dideposit di jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh (terikat pada kalsium) sehingga menyebabkan pewarnaan dan kadang-kadang hipoplasia pada gigi. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 12 tahun, ibu hamil (lampiran 4) dan menyusui (lampiran 5). Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal karena dapat menyebabkan eksaserbasi penyakit ginjal, kecuali doksisiklin dan minosiklin.

Efek samping: Efek samping dari tetrasiklin adalah mual, muntah, diare (kolitis akibat antibiotik jarang dilaporkan), disfagia dan iritasi esofagus. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah hepatotoksisitas, pankreatitis, gangguan darah, fotosensitivitas (terutama dengan demeklosiklin) dan reaksi hipersensitivitas (ruam, dermatitis eksfoliatif, sindrom Steven-Johnsons, urtikaria, angioedema, anafilaksis, perikarditis). Sakit kepala dan gangguan penglihatan dapat sebagai pertanda adanya benign intracranial hypertension (terapi dihentikan). Bulging fontanelles pada bayi telah dilaporkan.

Polusi udara merupakan salah satu masalah besar untuk kesehatan manusia dan lingkungan. Bahkan, ada anggapan bahwa polusi udara di luar ruangan merupakan penyebab kanker.

Baca juga: 6 Hal yang Harus Dipersiapkan Ketika Harus Kembali Masuk Kantor Setelah Lama WFH

Tapi, kanker bukan satu-satunya penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh polusi udara. Berikut beberapa dampak polusi udara terhadap kesehatan manusia yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

ISPA adalah infeksi di saluran pernapasan, yang menimbulkan gejala batuk, pilek, disertai dengan demam. ISPA sangat mudah menular dan dapat dialami oleh siapa saja.

Berdasarkan data WHO, ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Salah satu penyebabnya karena polutan udara.

2. Asma atau Asthmatic bronchiale

Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit bernapas.

Penyempitan saluran ini menghasilkan gejala asma seperti: sesak napas, batuk, dan sesak dada. Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. 

Baca juga: Kenali Serba-serbi New Normal agar Kamu Siap Menghadapinya

3. Paru-paru basah atau pneumonia 

Paru-paru basah atau pneumonia adalah penyakit akibat infeksi yang memicu inflamasi pada kantong-kantong udara atau pada alveolus di salah satu bagian paru-paru, atau bahkan keduanya. Paru-paru basah dapat disebabkan oleh serangan (infeksi) virus, jamur, atau bakteri terhadap sistem pernapasan.

Penyakit tersebut diawali dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas. Tidak hanya orang dewasa yang dapat terserang paru-paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat mengalaminya.

Penyakit menular seksual atau biasa dikenal dengan infeksi menular seksual merupakan infeksi yang ditularkan melalui kontak seksual, baik seks vaginal, oral maupun anal. Penyebarannya pun bisa melalui darah, sperma, atau cairan tubuh lainnya. 

Terkadang penyakit menular seksual juga bisa ditularkan melalui kontak fisik intim lainnya. Hal itu karena beberapa PMS, seperti herpes dan HPV, bisa disebarkan melalui kontak kulit ke kulit. Selain itu, pemakaian jarum suntik secara berulang atau bergantian di antara beberapa orang juga bisa menularkan infeksi ini.

Terdapat lebih dari 20 jenis penyakit menular seksual, berikut adalah beberapa jenis yang paling umum terjadi:

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri treponema pallidum. Penyakit ini mempunyai gejala berupa munculnya luka pada alat kelamin atau mulut. Luka ini pada umumnya akan bertahan antara 1-2,5 bulan dengan tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi mudah ditularkan. Sifilis harus segera ditangani, karena jika dibiarkan penyakit tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan, kebutaan, impotensi dan bahkan terkena masalah pendengaran serta hilangnya nyawa seseorang.

PMS ini disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhoeae. Gonore juga dikenal dengan kencing nanah, karena menyebabkan keluarnya cairan saat buang air kecil yang menyebabkan rasa nyeri pada penis atau vagina.

Klamidia merupakan PMS yang paling umum terjadi. Penyakit yang disebabkan oleh clamidia trachomatis ini memang tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Namun, klamidia tetap harus diwaspadai karena penularannya bisa terjadi tanpa disadari oleh orang yang terinfeksi.

Kutil kelamin merupakan salah satu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus human papilomavirus di sekitar alat kelamin. Penyakit ini tidak menimbulkan rasa sakit tetapi biasanya akan muncul rasa gatal dan memerah.

HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada tahap awal, HIV tidak akan menunjukkan gejala, karena virus akan “tidur” sementara waktu menunggu sistem imun melemah dan dapat berkembang menjadi penyakit acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) yang sangat mematikan.

Ini adalah PMS yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV). Herpes genital bisa menyebabkan rasa sakit, gatal dan luka di area genital pengidap. Namun, pengidap bisa juga tidak mengalami gejala, tapi tetap bisa menularkan virus, bahkan ketika tidak memiliki luka yang terlihat.

Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual bisa disebabkan oleh:

  • Bakteri, seperti clamidia trachomatis (klamidia), treponema pallidum (sifilis), neisseria gonorrhoeae (gonore), , 
  • Virus, seperti human papilomavirus (kutil kelamin), human immunodeficiency virus (HIV).
  • Parasit yang menyebar melalui cairan tubuh. 

Faktor Risiko Penyakit Menular Seksual (PMS)

Berhubungan intim secara oral, vaginal, ataupun anal yang tidak aman merupakan faktor utama penyakit kelamin. Selain itu, berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Penyebaran penyakit pun bisa melalui benda (tanpa hubungan intim), seperti berbagi alat suntik, jarum, maupun melalui transfusi darah.

Gejala Penyakit Menular Seksual (PMS)

Pada awalnya, sebagian gejala penyakit menular seksual mungkin tidak diketahui. Meski begitu, terdapat beberapa gejala yang perlu diwaspadai, di antaranya:

  • Mengalami perubahan pada urine.
  • Rasa nyeri selama berhubungan seks.
  • Kutil atau memar.
  • Sakit panggul atau perut bagian bawah.
  • Vagina terasa panas atau gatal.
  • Keputihan abnormal atau perdarahan vaginal.
  • Keluar cairan dari penis.
  • Buang air kecil terasa menyakitkan atau panas.

Diagnosis Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit menular seksual dapat didiagnosis dengan melakukan tes laboratorium. Contohnya seperti tes darah untuk mengetahui terdapat virus HIV atau tidak, mengambil contoh urine karena sebagian PMS dapat diketahui dari urine, atau mengambil contoh cairan dari luka genital terbuka untuk mendiagnosis jenis infeksi.

Komplikasi Penyakit Menular Seksual (PMS)

Beberapa PMS terkadang tidak menimbulkan gejala, sehingga membuat pengidapnya tak menyadari adanya penyakit tersebut dalam tubuhnya. PMS yang dibiarkan tanpa penanganan yang tepat bisa menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain: 

  • Nyeri panggul.
  • Komplikasi kehamilan.
  • Peradangan mata.
  • Radang sendi.
  • Penyakit radang panggul.
  • Infertilitas.
  • Penyakit jantung.
  • Kanker servik.
  • Kanker dubur.

Bila ibu hamil tertular penyakit menular seksual, maka penyakit tersebut bisa menular ke bayi dan menyebabkan beberapa masalah kesehatan berikut:

  • Infeksi.
  • Radang paru-paru.
  • Meningitis.
  • Kebutaan.
  • Kehilangan pendengaran.
  • Kerusakan otak.
  • Kematian.

Pengobatan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Biasanya, dokter akan menyarankan dua jenis pengobatan saat telah terdiagnosis penyakit menular seksual. Di antaranya adalah pengobatan menggunakan antibiotik dan konsumsi obat anti virus. Antibiotik berfungsi untuk menyembuhkan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri dan parasit, termasuk gonore, sifilis, klamidia, dan trichomoniasis. Sementara itu, mengonsumsi obat antivirus setiap hari mampu mengurangi risiko infeksi.

Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS)

Mencegah penularan penyakit ini dapat dilakukan dengan cara:

  • Hindari melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang.
  • Rutin menjaga kebersihan vagina.
  • Selalu gunakan alat pengaman saat berhubungan intim.
  • Vaksinasi. Terdapat vaksin untuk mencegah HPV dan hepatitis B.

Kapan Harus ke Dokter?

Bila kamu mengalami tanda atau gejala penyakit menular seksual di atas, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan. Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindari kamu dari komplikasi berbahaya. 

Untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, gunakan saja aplikasi Halodoc dan buat janji medis dengan dokter di rumah sakit yang terbaik menurut kamu. Yuk, download Halodoc sekarang juga di Apps Store dan Google Play.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Sexually transmitted disease (STD) symptoms.
Medline Plus. Diakses pada 2022. Sexually Transmitted Disease.
Medical News Today. Diakses pada 2022. What you need to know about sexually transmitted infections.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Genital herpes
Diperbarui pada 17 Juni 2022