Berapa jumlah minimal responden untuk uji validitas?

Daftar isi

  • 1 Berapa sampel yang digunakan untuk uji validitas?
  • 2 Bagaimana sampel yang baik valid dalam sebuah penelitian?
  • 3 Bagaimana cara menentukan besarnya sampel penelitian?
  • 4 Bagaimana ukuran sampel penelitian?
  • 5 Apakah penelitian tidak diketahui jumlah sampel minimal?
  • 6 Bagaimana yang mempengaruhi karakteristik sampel dengan populasi?

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui ketepatan tiap butir/item instrumen. Sebagai uji coba instrumen, maka data yang digunakan dalam uji validitas sebanyak 30 responden yang merupakan sampel dari populasi penelitian.

Bagaimana sampel yang baik valid dalam sebuah penelitian?

Suatu sampel yang baik harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Penentuan jumlah sampel bergantung pada faktor variabilitas populasi.

Berapa jumlah sampel untuk uji validitas dan reliabilitas?

Pedoman untuk menentukan berapa ukuran sampel yang digunakan untuk ujicoba instrumen (untuk menguji validitas dan reliabilitas) adalah didasarkan pada teknik analisis yang digunakan. Untuk menguji validitas konstrak, EFA maupun CFA, dibutuhkan minimal sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan.

Bagaimana cara menentukan besarnya sampel penelitian?

Beberapa rumus untuk menentukan jumlah sampel antara lain :

  1. Rumus Slovin (dalam Riduwan, 2005:65) n = N/N(d)2 + 1. n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig.
  2. Formula Jacob Cohen (dalam Suharsimi Arikunto, 2010:179) N = L / F^2 + u + 1. Keterangan :
  3. Rumus berdasarkan Proporsi atau Tabel Isaac dan Michael.

Bagaimana ukuran sampel penelitian?

Ada beberapa kriteria lain untuk menentukan jumlah sampel penelitian. Di akhir tulisan ini akan ditunjukkan bagaimana keterkaitan ukuran absolut ini dengan aspek lainnya. Semakin besar ukuran sampel semakin besar presisi (karena jumlah kesalahan pengambilan sampel akan lebih sedikit). Namun, pada umumnya, hingga ukuran sampel sekitar 1.000.

Apakah jumlah sampel tidak berpengaruh terhadap penyimpulan hasil penelitian?

Padahal dalam penelitian kuantitatif, jumlah sampel sangat berpengaruh terhadap penyimpulan hasil penelitian kita. Penentuan jumlah sampel juga tidak bisa dilepaskan dari isu metodologi, isu etik, dan isu sumber daya yang dimiliki untuk menjalankan penelitian.

Apakah penelitian tidak diketahui jumlah sampel minimal?

Masalahnya, di Psikologi sebagian besar penelitian tidak diketahui jumlah populasinya dan penelitian hanya difokuskan pada variabel. Apalagi pada penelitian eksperimen, besarnya sampel tidak ditentukan oleh besarnya populasi. Hal ini menyulitkan peneliti untuk menentukan berapa jumlah sampel minimal yang dibutuhkan.

Bagaimana yang mempengaruhi karakteristik sampel dengan populasi?

Kesesuaian karakteristik antara sampel dengan populasinya (representasi) ini merupakan hal yang paling penting dan akan menentukan kualitas penelitian. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat keterwakilan suatu sampel, yakni ukuran sampel, variabilitas populasi serta fraksi populasi yang diambil sampelnya (Freedman, 2004).

Uji validitas dan reliabilitas sangatlah penting pada saat melakukan sebuah pengujian atau pengukuran yang digunakan sebagai bagian dari proses pengumpulan data. Seperti halnya juri musabaqoh tilawatil quran yang akan menilai bagus tidaknya suara qari’, maka tentunya tidak akan menggunakan tes matematika untuk menilai kualitas bacaan tersebut. Demikian juga dengan seorang engineer, mereka pasti tidak akan menggunakan sebuah metode pengambilan data yang tidak sesuai dengan obyek penelitiannya, karena engineer tentunya berorientasi terhadap hasil untuk menunjukkan kebenaran atau kesalahan dari sebuah teori.

Dalam penelitian ilmiah, data dapat diperoleh dari berbagai macam metode, diantaranya adalah kuesioner. Penggunaan kuesioner sebagai alat pengumpul data tentunya telah disertai dengan berbagai macam pertimbangan, dan sebagai alat ukur dalam penelitian, kuesioner harus memenuhi kreteria tertentu sehingga dapat memeberikan informasi yang terpercaya, yaitu harus memiliki validitas dan realibilitas yang baik.

Sifat valid dan reliabel diperlihatkan oleh tingginya validitas dan reliabilitas hasil ukur suatu pengukuran. Suatu instrument ukur yang tidak valid dan reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subject/responden/individu yang dikenai pengukuran/tes tersebut. Sehingga apabila informasi yang salah digunakan sebagai dasar pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan, maka tentu saja kesimpulan dan keputusan tersebut akan menjadi tidak tepat.

Definisi

Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan atau kebenaran suatu instrument sebagai alat ukur variabel penelitian. Jika alat ukur valid atau benar maka hasil pengukuranpun pasti akan benar, atau dengan kata lain, validitas berbicara tentang bagaimana suatu alat ukur yang digunakan memang telah mengukur apa yang ingin diukur.

Secara umum engineer merancang sendiri instrument pengukuran berupa pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi responden. Item-item pertanyaan tersebut disusun berdasarkan kreteria kreteria yang diambil dari teori sehingga dapat menghasilkan instrument yang benar dan rasional.

Uji reliabilitas adalah suatu pengujian yang berorientasi pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Uji ini dilakukan untuk melihat kesesuaian nilai dari sebuah kuesioner yang dikerjakan oleh seorang responden pada kesempatan atau waktu yang berbeda dan dengan kuesioner yang sama. Relibilitas suatu pengukuran juga menunjukkan sejauh mana pengukuran tersebut dilakukan secara baik atau bebas dari error, sehingga memberikan jaminan bahwa data hasil pengukuran tersebut konsisten meskipun dalam waktu yang berbeda. Atau dengan kata lain keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai stabilitas dan konsistensi.

Hubungan Antara Reliabilitas dan Validitas

Meskipun uji reliabilitas dan validitas terkesan memiliki konsep yang berbeda, namun pada dasarnya kedua hal tersebut saling berhubungan. Beberapa hal yang menunjukkan hubungan tersebut adalah :

Gambar 1. Hubungan antara reliabilitas dan validitas
  1. Pengukuran tidak reliabel dan juga tidak valid. Kekurangan dari reliabilitas dimaksudkan bahwa terkadang pengukuran yang dilakukan adalah benar atau valid namun apabila dilakukan pengukuran ulang pada waktu dan kesempatan lainnya, maka hasilnya berbeda.
  1. Pengukuran reliabel namun tidak valid. Proses pengukuran dilakukan secara konsisten dengan menggunakan konsep yang tidak tepat sehingga reliabilitas data dapat tercapai namun penilaian tidak valid.
  1. Pengukuran valid namun tidak reliable. Secara umum hal ini disebabkan oleh adanya pertanyaan yang ambigu sehingga menimbulkan multi-persepsi, bahasa maupun budaya respondents yang berbeda, atau pertanyaan yang kemungkinan bisa berubah jawabannya disebabkan oleh waktu.
  1. Pengukuran valid dan reliable. Hasil ini adalah tujuan utama pada sebuah penelitian. Oleh karena itu diperlukan proses identifikasi pengukuran yang akurat dan sesuai dengan obyek penelitian, serta memiliki hasil yang sama meskipun pada wktu yang berbeda.
Metode Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Pengujian validitas biasanya dilakukan secara statistik yaitu dengan teknik korelasi, yaitu dengan formula sebagai berikut :

Langkah-langkahnya pengujian validitas dengan korelasi adalah sebagai berikut :
  1. Korelasikan skor-skor suatu nomor angket dengan skor total seluruh item.
  2. Jika nilai korelasi (r) yang diperoleh adalah positif, kemungkinan butir yang diuji tersebut adalah valid.
  3. Namun walaupun positif, perlu pula nilai korelasi (r) yang dihitung tersebut dilihat signifikan tidaknya. Caranya adalah dengan membandingkan nilai korelasi yakni r hitung dengan nilai r table. Apabila nilai r hitung > r table, maka butir instrument adalah valid. Butir instrument yang tidak valid (tidak benar/salah) tidak layak untuk dijadikan sebagai item di dalam instrument penelitian. Butir yang tidak valid dibuang dari instrument angket.

Sedangkan pengujian reliabilitas dapat menggunakan salah satu teknik, misalnya Split Half, yaitu dengan cara:

  1. Belah insturmen menjadi 2 bagian (instrument bernomor ganjil dan genap).
  2. Korelasikan skor-skor total ganjil, dengan skor-skor total genap, dan dengan statistic korelasi product moment (r).
  3. Masukan nilai korelasi (r) yang diperoleh ke dalam rumus Spearman Brown.

Penarikan kesimpulannya, jika nilai koefisien reliabilitas (Spearman Brown/ri) ≥ 0,6 maka instrument memiliki reliabilitas yang baik/reliabel/terpercaya.
Contoh Kasus

Pengujian validitas dengan menggunakan korelasi dapat dilihat pada contoh berikut ini. Misalnya peneliti ingin menguji apakah variable X tabel 4.1. seluruh item instrumennya valid atau tidak. Jumlah instrument dalam table 4.1. terdiri dari 10 buah. Oleh karena itu engineer akan menguji satu persatu nilai-nilai masing-masing item dengan skor Total X-nya.

Tabel 1. Contoh skor jawaban angket variable untuk pengujian validitas.

Apabila menggunakan SPSS, maka kriteria menarik kesimpulan untuk mementukan valid tidaknya suatu instrument adalah dengan melihat probabilitas kesalahan dari korelasi (disimbolkan dengan Sig.). Nilai kesalahan (Sig.) hasil dari perhitungan SPSS tersebut dibandingkan dengan probabilitas kesalahan yang ditetapkan oleh engineer yang disimbolkan dengan alpha (α). Umumnya dalam penelitian nilai α yang di pilih adalah 0,05. Jika nilai Sig. < α0,05, maka suatu item instrument yang diuji korelasinya adalah valid.

Tabel 2. Rangkuman contoh hasil uji validitas

Skor-skor pada table 2. di atas menunjukkan bahwa seluruh nilai Sig. di bawah 0,05 kecuali untuk item instrument nomor 1 dan 6, sehingga instrument nomor 1 dan 6 tidak valid.

Sedangkan uji reliabilitas, dapat dilakukan dengan menyusun kembali nilai-nilai skor angket pada tabel 1., namun tidak memasukkan nilai item yang tidak valid, seperti pada tabel 3. berikut.

Tabel 3. Skor jawaban variable X tanpa item yang tidak valid

Dengan menggunakan contoh data dalam pengujian dari tabel 4.3. di atas, yakni dengan mengambil data hanya untuk item instrument yang valid, maka diperoleh koefisien reliabilitas seperti pada tabel 4. berikut :

Table 4. Nilai koefisien reliabilitas dari hasil pengolahan data dengan SPSS

Berdasarkan tabel 4.4. di atas, nilai koefisien reliabilitas (Cronbach’s Alpha) adalah sebesar 0,907, dengan demikian nilai ini lebih besar dari 0,6 sehingga kesimpulannya data tersebut adalah reliabel.

Refrensi

[1] Gratton, Chris, Research Method For Sport Studies, Routledge, London, 2004
[2] Manurung, Saprinal. Metodologi Penelitian Bisnis, Konsep dan Aplikasi, Umsu Press, Indonesia, 2014
[3] Neuman, W. L., Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc. England, 2007
[4] Nisfiannoor, Muhammad, Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial, Penerbit Salemba Humanika, Indonesia, 2009
[5] Suryani & Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi, Prenada Media Group, 2016
[6] Siegel, S Castellan and Jr Castellan. NJ. Nonparametric Statistic for the behavior sciences, McGraw-Hill, New York, 1988

Berapa jumlah responden untuk uji validitas dan reliabilitas?

Untuk menjamin validitas dan reliabilitas kuesioner, dapat dilakukan validasi dan reliabilitas secara statistik. Namun, jumlah responden yang digunakan tidak ada patokan khusus, sebagian besar menggunakan 30 responden yang kadang memberatkan untuk penelitian dengan populasi kecil.

Berapa minimal sampel untuk uji validitas dan reliabilitas?

Pedoman untuk menentukan berapa ukuran sampel yang digunakan untuk ujicoba instrumen (untuk menguji validitas dan reliabilitas) adalah didasarkan pada teknik analisis yang digunakan. Untuk menguji validitas konstrak, EFA maupun CFA, dibutuhkan minimal sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan.

Apakah uji validitas harus 30 responden?

4.3.1 Hasil Uji Validitas Jumlah sampel diambil adalah sebesar 30 responden, hal ini sesuai pendapat Singarimbun dan Effendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba kuesioner adalah minimal 30 responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurve normal.

Uji reliabilitas minimal berapa?

Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna. Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi. Jika alpha 0.50 – 0.70 maka reliabilitas moderat. Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah.

Apakah uji validitas harus 30 responden?

4.3.1 Hasil Uji Validitas Jumlah sampel diambil adalah sebesar 30 responden, hal ini sesuai pendapat Singarimbun dan Effendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal uji coba kuesioner adalah minimal 30 responden. Dengan jumlah minimal 30 orang maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurve normal.

Berapa minimal sampel untuk uji validitas dan reliabilitas?

Pedoman untuk menentukan berapa ukuran sampel yang digunakan untuk ujicoba instrumen (untuk menguji validitas dan reliabilitas) adalah didasarkan pada teknik analisis yang digunakan. Untuk menguji validitas konstrak, EFA maupun CFA, dibutuhkan minimal sampel 5 – 10 x jumlah item yang digunakan.

Berapa jumlah responden yang dibutuhkan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas?

Untuk menjamin validitas dan reliabilitas kuesioner, dapat dilakukan validasi dan reliabilitas secara statistik. Namun, jumlah responden yang digunakan tidak ada patokan khusus, sebagian besar menggunakan 30 responden yang kadang memberatkan untuk penelitian dengan populasi kecil.

Berapa r tabel untuk 30 responden?

Membaca r Misalnya uji validitas dilakukan terhadap 30 responden, maka ada dua nilai df yang bisa diambil yaitu : df=n (30) --> rtabel = 0,361. df=n-2 (30-2 = 28) --> rtabel = 0,374.