Bagaimanakah cara kita dapat menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

PEMBAHASAN SOAL UN 2016/2017 BAHASA INDONESIA SMA/MA NOMOR 18

Bagaimanakah cara kita dapat menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

Bagaimanakah cara kita dapat menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

Bagaimanakah cara kita dapat menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

Kunci Jawaban : C

Pembahasan

Soal di atas menanyakan cara pendeskripsian watak tokoh dalam pada karya sastra. Jika dikaitkan dengan kisi-kisi UN 2017/2018 termasuk ke ruang lingkup materi membaca sastra level kognitif pengetahuan dan pemahaman. Kompetensi yang diuji adalah mampu menentukan cara penggambaran watak tokoh dengan tepat.

BACA BEDAH KISI-KISI UN 2017/2018BAHASA INDONESIA SMA/MA

Berdasarkan kutipan di atas pendeskripsian watak tokoh yang bertanggung jawab melalui pikiran tokoh. Kalimat yang menunjukkan terutama kalimat nomor 2, 3, 6, dan 7. Kalimat-kalimat tersebut mengungkapkan pikiran tokoh cerita. 

RINGKASAN MATERI

CARA PENDESKRIPSIAN WATAK TOKOH
Cara pengarang menggambarkan watak tokoh melalui:

       Penjelasan langsung dari pengarang (tertulis) bahwa tokohnya berwatak baik, marah, sadis, dengki, dan sebagainya

       Dialog antartokoh

       Tanggapan/reaksi dari tokoh lain terhadap tokoh utama

       Pikiran-pikiran dalam hati tokoh

       Lingkungan di sekitar tokoh atau penampilan tokoh (rapi, bersih, teratur)                 

       Bentuk fisik tokoh

       Tingkah laku, tindakan tokoh atau reaksi tokoh terhadap suatu masalah


CONTOH PENDESKRIPSIAN WATAK TOKOH DALAM CERITA


1.    “Sebelum subuh mereka telah bangun. Siti Rubiyah ikut bangun pagi dan memasak kopi dan makanan pagi untuk mereka. Buyung merasa berat dalam hatinya berangkat. Dia teringat Siti Rubiyah yang ditinggalkan sendiri dengan Wak Hitam yang masih sakit. Kemarin malam panasnya naik lagi hingga dia mengerang-ngerang sepanjang malam dan sepanjang malam terdengar dia tak tertidur.” (Harimau! Harimau! Muchtar Lubis)

Watak Buyung seorang yang perhatian dan peduli kepada orang lain dideskripsikan pengarang dalam kutipan tersebut dengan ....pikiran-pikiran tokoh


2.    “Aku merasa ringan, kini aku sudah menceritakan kepada kalian di depan Wak Katok beban dosa yang selama ini menghimpit hatiku dan kepalaku. Aku sudah mengakui dosa-dosaku, dan tolonglah doakan supaya Tuhan suka kiranya mengampuni dosa-dosa Wak Katok ...”. Pak Balam mendekatkan kedua belah telapak tangan seperti orang berdoa, dan mulutnya komat-kamit. Pak Haji bertakbir, perlahan-lahan, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!” (Harimau-Harimau,Muchtar Lubis)

Watak Pak Balam dalam kutipan tersebut adalah jujur, yaitu dia mengakui dosa yang telah diperbuatnya di depan teman-temannya. Pengarang melukiskan watak tokoh melalui dialog atau percakapan antartokoh


3.      “Apa yang kurasa aneh, bahwa ibu tak menampakkan kesuraman wajah dan kesedihan hati menjelang saat-saat perpisahan dengan ayah, seakan-akan berlawanan dengan wataknya yang halus. Apakah ia memang hendak menyembunyikan air matanya, agar ia tidak tampak sebagai orang yang sedang kehilangan pegangan? Karena bila kau memandangnya, matanya tampak bersinar cerah.” 

Pendeskripsian watak tokoh ibu di atas diuraikan melalui ....reaksi dari tokoh lain


4.    “Sukri menanti bis melintas di halte. Dia gemas melihat skuter melintas. Dia benci melihat kendaraan itu. Dia raba pisau belati di pinggangnya. Dia buka pintu pagar rumah Sumarni. Dia lihat skuter itu. Dia lihat Sumarni menerima pemuda pengendara skuter di ruang tamu. Dia melompat ke balik semak-semak bunga mawar. Dia dengarkan percakapan Sumarni dan pemuda pengendara skuter di ruang tamu.

“Kau cantik Sumarni. Baru saja aku melihatmu, aku telah mencintaimu. Benarkah bahwa kau belum mempunyai kekasih?” (Sukri Membawa Pisau Belati, Hamsad Rangkuti)

Pendeskripsian bahwa watak Sukri ”seorang penuh curiga” dalam kutipan tersebut dapat diketahui melalui ... . tindakan tokoh


Posted in UN 2017/2018 SMA/MA on October 06, 2017 by MuhZuhri | 10 comments 

Si Badung Jadi Pengawas”Oh, ibu, bayangkan! Betapa senangnya.Aku akan bertemu dengan sahabat-sahabatku lagi!” kata Elisabeth. ”Betapa senangnya kembali ke Whyteleafe. Masa pelajaran musim dingin pasti sangat menggembirakan.”Nyonya Allen memandang Elisabeth dan tertawa. ”Elisabeth,” katanya. ”Ingatkah kau dulu,waktu pertama kali pergi ke sekolah Whyteleafe?Ribut sekali! Kau berjanji akan berbuat begitu nakal dan badung agar segera diusir dari sekolah itu.Sekarang senang hatiku melihatmu hampir tak sabar untuk berangkat ke sana.””Oh, Ibu, waktu itu aku memang begitu bodoh dan tolol,” kata Elisabeth, pipinya memerah malu mengenang tingkahnya beberapa bulan sebelumnya. ”Sungguh memalukan membagikan kue dan makanan yang kubawa! Dan aku begitu kurang ajar dan nakal di dalam kelas dan aku tak mau pergi tidur pada waktu yang ditetapkan, atau mengerjakan apa yang harus kulakukan! Waktu itu aku memang telah memutuskan untuk bisa segera dikirim pulang!””Dan ternyata pada akhirnya kau memilih tinggal di asrama sekolah itu,” kata Nyonya Allen tersenyum.”Yah, kuharap semester ini kau tidak dijulukisi paling badung lagi.””Kuharap saja tidak,” kata Elisabeth. ”Tapi aku juga tidak mau berjanji untuk menjadi anak yang terbaik, sulit bagiku. Ibu sendiri tahu, betapa mudahnya aku marah, betapa seringnya aku bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Aku yakin aku akan terlibat dalam suatu kesulitan.Tetapi tak apa. Kesulitan apa pun pasti bisa kuatasi.Pokoknya aku akan berusaha keras untuk berkelakuan baik pada semester ini.””Bagus,” kata ibunya sambil menutup rapatrapat kopor besar Elisabeth. ”Lihatlah, Elisabeth.Ini kotak makananmu. Di sini ada sekaleng permen, sebuah kue coklat yang besar, sekaleng biskuit, dan satu botol besar selai. Sudah penuh tak bisa kutambah lagi, tapi cukup, bukan?””Oh, ya, cukup. Terima kasih, Ibu,” kataElisabeth dengan riang. ”Teman-teman juga pasti menyukainya. Mudah-mudahan ibu Joan juga membekalinya kotak makanan kali ini.”Joan sahabat karib Elisabeth. Pada libur musim semi ini Joan pernah tinggal di rumah Elisabeth. Alangkah senangnya mereka berdua.Kemudian Joan pulang, menghabiskan sisa liburannya yang tinggal seminggu atau dua minggu di rumahnya sendiri.

(Dikutip dari Si Badung Jadi Pengawas, karya Enid Blyton)

Melalui kutipan novel terjemahan di atas, kita diajak untuk mengikuti sebagian kisah hidup yang dialami oleh tokoh-tokoh cerita, seperti Elisabeth, Nyonya Allen, dan Joan. Apa saja yang perlu kita lakukan agar mampu mengidentifikasi karakter tokoh tersebut? Untuk mengetahui jawabannya, simaklah uraian berikut ini!

1. Cara Mencari Tokoh Utama (Mendata Tokoh Utama dan Sampingan)

Berdasarkan peranannya dalam cerita, ada dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling dominan peranannya dalam cerita. Tokoh utama juga sering disebut tokoh sentral karena menjadi pusat cerita. Adapun tokoh sampingan adalah tokoh yang terlibat dalam cerita, tetapi peranannya tidak begitu dominan dalam menggerakkan alur cerita. Tokoh sampingan sering juga disebut tokoh bawahan.Agar dapat menentukan tokoh utama dan tokoh sampingan dalam novel, perlu mendengarkan pembacaan kutipan novel dengan saksama atau dengan membacanya dengan teliti. Jika tokoh tersebut berpotensi menggerakkan alur cerita, memengaruhi jalan cerita, bahkan menjadi penentu akhir cerita, dialah tokoh utamanya. Adapun tokoh-tokoh yang lain adalah tokoh sampingan.

Dalam kutipan novel Si Badung Jadi Pengawas karya Enid Blyton, tokoh utamanya adalah Elisabeth. Tokoh itulah yang paling dominan menggerakkan alur cerita. Adapun Nyonya Allen sebagai tokoh tambahan atau tokoh sampingan.

2. Cara Menyimpulkan Karakter Tokoh Novel (Mengidentifikasi Karakter Tokoh)

Seperti pernah kita bicarakan sebelumnya, ada beberapa cara pengarang dalam melukiskan karakter tokoh. Namun, secara garis besar, dapat dipilah menjadi dua, yaitu cara langsung (deskriptif/analitik) dan cara tidak langsung (dramatik). Pada cara langsung, pengarang melukiskan watak tokoh, misalnya melalui ciri-ciri fisik, pekerjaan, atau umur. Pada cara tidak langsung, pengarang melukiskan watak tokoh, misalnya melalui penggambaran keadaan lingkungan, jalan pikiran, tindakan yang dilakukan, atau reaksi tokoh lain terhadap tokoh tertentu.Coba kamu perhatikan contoh identifikasi karakter tokoh dalam kutipan novel Si Badung Jadi Pengawas karya Enid Blyton berikut ini!

Bagaimanakah cara kita dapat menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

Mengidentifikasi karakter tokoh seperti menganalisis kepribadian manusia. Mata hati kita semakin terbuka untuk memahami berbagai karakter manusia. Meskipun berupa cerita fiksi (rekaan), apa yang disajikan oleh pengarang merupakan hasil refleksi dari realitas sosial yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Related Posts :