Show
Apa itu Skill Will Matrix?Skill Will Matrix merupakan alat untuk mengukur manajemen kinerja dengan melibatkan karyawan dan manajer. Peran penting manajer adalah keterlibatan, produktivitas, dan retensi terhadap karyawan. Skill Will Matrix ini mengukur bagaimana manajer berinteraksi dengan tim sehingga memberikan pengaruh kerja. Skill Will Matrix menyediakan cara yang sederhana namun ampuh bagi para manajer untuk menyesuaikan interaksi mereka untuk melakukan keduanya secara efektif. Lebih lanjut, Skill Will Matrix adalah alat untuk membandingkan kesediaan untuk melakukan tugas yang disandingkan dengan tingkat keterampilan karyawan dalam menjalankan tugasnya. Skill Will Matrix memiliki empat bagian dalam sebuah kotak. Masing-masing kuadran menunjukkan bagaimana manajer harus terlibat bersama karyawannya. Adapun penjelasan setiap kuadran dalam Skill Will Matrix meliput empat kategori di antaranya:
Manfaat dan Tujuan Penerapan Skill Will Matrix di PerusahaanMerujuk pada World of Work, Skill Will Matrix sering digunakan manajer untuk menilai kinerja karyawannya. Matriks ini membantu manajer untuk turut berkontribusi terkait peningkatan kinerja karyawan yang bisa mendukung tujuan perusahaan. Matriks tersebut menempatkan kemauan atau antusiasme (will) dalam sisi vertikal dan keterampilan (skill) di sisi horizontal. Skill atau keterampilan adalah kompetensi yang dimiliki karyawan sehingga membantu mereka berperan secara efektif di jobdesknya. Pada dasarnya keterampilan diperoleh dari pelatihan dan pembelajaran. Mengukur keterampilan ini didasarkan pada tingkat kemahiran, yakni pemula, menengah, lanjutan, dan ahli. Sementara Will adalah tingkat motivasi karyawan dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam pekerjaannya. Beberapa hal dapat memengaruhi tingkat motivasi karyawan dan tingkat keterampilan, antara lain aspirasi profesional, budaya tim dan organisasi, serta kehidupan pribadi. Dengan menggabungkan dan mengumpulkan will dan skill, manajer bisa memaksimalkan kedua hal tersebut untuk produktivitas yang lebih tinggi. Peran Manajer dalam Skill Will Matrix untuk Peningkatan KinerjaSkill Will Matrix pertama kali digunakan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard sekitar tahun 1970-an. Saat itu digunakan untuk mengawasi kinerja karyawan secara langsung. Kala itu, Skill Will Matrix ini digunakan pada tipe kepemimpinan situasional (leadership styles). Dari matriks 2x2 tersebut, dapat ditarik kesimpulan tindak lanjut apa yang sebaiknya dilakukan manajer untuk membantu karyawannya. Masing-masing kuadran memiliki rencana aksi yang berbeda di mana menyesuaikan tingkat keahlian dan motivasi karyawan. Kuadran I: Keterampilan Tinggi, Kemauan Tinggi (Tipe karyawan Excelling)Ketika mendapati karyawan dengan keterampilan dan kemauan tinggi, maka peran manajer dalam hal ini adalah memberdayakan (empower). Setiap individu pasti mencari peluang untuk berkembang, maka manajer memberikan peluang dan dukungan agar karyawan merasa berkembang. Adapun langkah nyata yang bisa dilakukan manajer antara lain:
Kuadran II: Keterampilan Rendah, Kemauan Tinggi (Tipe karyawan Aspiring)Menghadapi karyawan dengan kondisi keterampilan rendah, namun memiliki motivasi tinggi, manajer sebaiknya memberikan mentoring (guide). Dalam keseharian, tak sedikit orang yang memiliki kemauan tinggi untuk belajar, namun kurang memiliki keterampilan. Manajer pun ambil peran sebagai guider atau mentor terhadap karyawannya, yaitu
Selain dengan skill will matrix, Anda dapat meningkatkan kualitas karyawan di perusahaan Anda dengan pelatihan berbasis LMS ruangkerja. Klik gambar berikut ini.
Kuadran III: Keterampilan Rendah, Kemauan Rendah (Tipe karyawan Doubtful)Memiliki karyawan dengan keterampilan dan motivasi rendah, sebagai manajer tentu saja harus ambil tindakan. Berikan motivasi kepada karyawan agar kinerjanya mengalami perbaikan. Beberapa langkah yang bisa diambil manajer, yakni:
Kuadran IV: Keterampilan Tinggi, Kemauan Rendah (Tipe karyawan Capable)Menghadapi karyawan dengan kondisi keterampilan tinggi dan kemauan rendah, tindakan manajer sebaiknya men-direct kemauan yang rendah. Bisa jadi kondisi tersebut muncul karena takut gagal atau tingkat kepercayaan diri yang rendah. Saran untuk mengarahkan: Dengan mengelompokkan karyawan berdasarkan skill dan will pada masing-masing kuadran, diharapkan setiap kelompok akan mendapat intervensi yang menyesuaikan dengan kebutuhannya. Dengan begitu perusahaan diuntungkan, karyawan pun merasa puas dan nyaman ketika bekerja. Jika ingin merencanakan bisnis dengan mumpuni, tak perlu khawatir. Kini RuangKerja telah memiliki pelatihan yang mendukung suksesnya pengembangan kinerja karyawan dengan Skill Will Matrix di perusahaan Anda. Karena RuangKerja dilengkapi dengan fitur-fitur berikut:
Berbagai perusahaan telah bergabung dengan RuangKerja, kini giliran Anda! Tunggu apalagi? Referensi: Collins, Sinead. 2020. Understanding The Skill/Will Matrix [online]. Link: https://omtglobal.com/understanding-the-skill-will-matrix/ (Accessed: 20 May 2022) The Peak Performance Center. 2020. The Skill Will Matrix. Link: https://thepeakperformancecenter.com/business/coaching/skill-will-matrix/ (Accessed: 20 May 2022) Gurdjian, Pierre & Triebel, Oliver. 2009. Identifying Employee Skill Gaps [online]. Link: https://www.mckinsey.com/business-functions/people-and-organizational-performance/our-insights/identifying-employee-skill-gaps (Accessed: 20 May 2022) Gardner, Rhonda. A Complete Guide to the Skill Will Matrix [online]. Link: https://www.aihr.com/blog/skill-will-matrix/ (Accessed: 20 May 2022)
-- Pandemi Covid 19 telah menjadi titik balik bagi karyawan dalam menentukan pilihan kariernya. Hal senada diungkapkan oleh Susan Lund, Ketua McKinsey Global Institute bahwa pandemi menjadi momen 'forced pause' bagi karyawan. Ia menjelaskan bahwa ada perubahan psikologis yang dialami karyawan setelah menerapkan bekerja secara remote. Perubahan psikologis karyawan usai menjalani budaya kerja baru selama pandemi Covid 19 ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan. Survei di Amerika Serikat menyebut 39% karyawan mempertimbangkan untuk resign jika mengharuskan kembali bekerja di kantor. Mereka memiliki perubahan pola pikir terhadap kariernya. Perubahan kondisi pola pikir soal karier merupakan bagian dari proses growth mindset atau pola pikir berkembang yang dilalui karyawan. Pola pikir (mindset) bisa menjadi penentu dari sukses atau gagalnya sebuah organisasi. Oleh sebab itu, Anda perlu memahami betapa pentingnya membangun growth mindset dalam organisasi maupun kehidupan sehari-hari. Growth mindset menjadi faktor penentu dalam menciptakan strategi pengembangan karier dalam perusahaan. Pola pikir berkembang ini memungkinkan adanya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang nantinya bisa berpengaruh pada kinerja perusahaan. Ilustrasi kerja virtual. Sumber: unplash.com Sikap proaktif pemimpin di tengah perubahan tidaklah mudah. Anda perlu menerapkankan kepemimpinan yang mengedepankan konsep learning & development (L&D). Dengan begitu, pemimpin bisa tanggap dengan situasi yang dihadapi para karyawannya. Pemimpin yang kurang mampu beradaptasi dengan perubahan cenderung meremehkan dampak perubahan pola pikir. Sebaliknya, perusahaan akan menuntut lebih banyak kepada karyawan. Tuntutan tersebut menurunkan motivasi dan produktivitas, hingga tak sedikit yang memilih melepas pekerjaannya. Apalagi pandemi Covid 19 telah mengubah budaya kerja bahwa bekerja tak melulu harus ke kantor, melainkan bisa dilakukan secara jarak jauh. Usai menjalani hidup dan beradaptasi dengan aktivitas yang serba terbatas saat pandemi. Karyawan tak bisa menghindari burnout atau kelelahan dalam bekerja. Terlebih, bekerja secara virtual menjadi tantangan baru bagi karyawan. Karyawan tak jarang kesulitan untuk menyelaraskan antara kehidupan pribadi dan pekerjaannya. Menghadapi perubahan pola pikir dalam dunia kerja, pemimpin sebaiknya menerapkan pendekatan Accelerated Development Model (ADM). ADM menawarkan paradigma kepada pemimpin agar lebih menyelaraskan kebutuhan dan nilai-nilai di seluruh organisasi dan individu, terutama selama masa perubahan. Sumber: Vantageleadership.com Baca juga: Bagaimana Menciptakan Keamanan Psikologis dalam Lingkungan Kerja Virtual? Merujuk dari Vantage Leadership Consulting, kerangka Accelerated Development Model ini memperhatikan beberapa hal di antaranya yang nilai-nilai yang diinginkan karyawan, nilai organisasi atau perusahaan, hal tersebut saling bersinergi membantu karyawan memahami kebutuhan dan proposisi nilainya, dan bagaimana mereka menyeimbangkan dengan kebutuhan dan proposisi nilai organisasi. Mewujudkan nilai organisasi dan nilai karyawan bisa sama-sama ditumbuhkan dalam kerja sehari-hari. Bagaimana caranya? Berikut langkah menyelaraskan kehidupan dengan organisasi dengan menggunakan kerangka Accelerated Development Model (ADM): Perusahaan tak melupakan kebutuhan akan aktualisasi dari karyawannya. Oleh sebab itu, sebaiknya pemimpin memberikan fasilitas pengembangan diri untuk karyawannya. Ketika menerapkan kerja remote, perusahaan mulai memerhatikan hal-hal apa yang dibutuhkan karyawan untuk mempermudah bekerja dari rumah. Misalnya menyediakan subsidi kuota internet untuk membantu produktivitas bekerja. Berbicara mengenai produktivitas karyawan, setiap perusahaan memiliki pelatihan untuk mengembangkan kompetensi karyawan. Jika sebelum pandemi, pelatihan dilaksanakan dengan tatap muka. Ironisnya saat pandemi, kegiatan tersebut dilakukan secara virtual atau disebut virtual instructor-led training (VILT) tanpa mengubah proses pembelajaran. Sebagai pemimpin, memastikan peran dan keberadaan anggota tim atau karyawan sangat diperlukan mengingat bekerja secara virtual tidak bisa dihindarkan. Keterampilan dari masing-masing karyawan dimaksimalkan dengan memasukkan ke divisi yang mampu mengembangkan keahliannya. Hal tersebut selaras dengan tujuan perusahaan. Perusahaan tak lupa memberikan pengertian kepada karyawan terkait kebutuhan dan tujuan organisasi. Pemimpin memberikan informasi dengan jelas terkait aturan kerja yang diterapkan di kantor. Misalnya mengapa perusahaan menerapkan kembali pentingnya bekerja di kantor? Berikan alasan yang masuk akal dan rasional agar karyawan mampu memahaminya. Sama halnya dengan memahami kebutuhan karyawan, pemimpin juga sebaiknya memasukkan elemen-elemen dari proposisi nilai organisasi, misalnya, budaya, kompensasi, pengembangan karier, dan lain-lain.Tujuan apa yang ingin dicapai oleh perusahaan atau organisasi menjadi bagian penting yang sebaiknya diberitahukan pada karyawan. Dengan menerapkan pendekatan kerangka ADM, maka akan menciptakan budaya kerja yang saling terbuka. Secara perlahan tujuan untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dengan karier menjadi lebih tertata. Pemimpin dapat memberikan fasilitas yang terbaik sekaligus mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, karyawan merasa pemimpin mampu memerhatikan kesejahteraan karyawannya. Karyawan akan terus berupaya memberikan yang terbaik, untuk aktualisasi diri maupun organisasi. Dengan begitu, angka turn over atau karyawan yang keluar masuk perusahaan menjadi berkurang. -- Ruangkerja menyediakan fitur-fitur yang dapat mendukung suksesnya pengembangan blended learning untuk pelatihan di perusahaan Anda. Karena ruangkerja dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:
Berbagai perusahaan telah bergabung dengan ruangkerja, kini giliran Anda!
Sumber: Bloomberg. 2021. Return to Office Employees are Quitting Instead of Giving Up Work from Home [online]. Link https://www.bloomberg.com/news/articles/2021-06-01/return-to-office-employees-are-quitting-instead-of-giving-up-work-from-home (accessed: 12 August 2021). Dweck, Carol. 2016. What Having a Growth Mindset Actually Means [online]. Link https://hbr.org/2016/01/what-having-a-growth-mindset-actually-means (accessed: 14 August 2021) Linnaberry, Eileen. Etc. 2021. A Strategic Priority: Aligning Individual and Organizational Needs Post Pandemic [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/strategy-alignment-and-planning/a-strategic-priority-aligning-individual-and-organizational-needs-post-pandemic/ (accessed: 14 August 2021). Pandey, Asha. 2021. Building a Mindset of Growth and Learning Among Employees [online]. Link: https://trainingindustry.com/articles/strategy-alignment-and-planning/building-a-mindset-of-growth-and-learning-among-employees-spon-eidesign/ (Acessed: 16 August 2021). Sowinski, David. 2021. Rethinking The Model for Leadership Development Plans [online]. Link: https://www.vantageleadership.com/our-blog/powerful-model-for-development-planning/ (accessed: 14 August 2021) |