Baba dalam sistem ekonomi ali baba diibaratkan sebagai pedagang nn pribumi khususnya

Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh IskaqTjokrohadisurjo (mentri perekonomian kabinet Ali I).Alimerupakan pengusaha pribumi sedangkanBabadigambarkan sebagai pengusaha nonpribumi khususnya Cina.Program ini tidak dapat berjalan dengan baiksebab:1.Pengusaha pribumi kurangpengalaman sehingga hanya dijadikanalat untuk mendapatkan bantuankredit dari pemerintah. Sedangkanpengusaha non pribumi lebihberpengalaman dalam memperolehbantuan kredit.2.Indonesia menerapkan sistem Liberalsehingga lebih mengutamakanpersaingan bebas.3.Pengusaha pribumi belum sanggupbersaing dalam pasar bebas.Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba1.Pengusaha pribumi diwajibkanuntuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawabkepada tenaga-tenaga bangsaIndonesia agar dapat mendudukijabatan-jabatan staf.2.Pemerintah menyediakan kreditdan lisensi bagi usaha-usahaswasta nasional3.Pemerintahmemberikanperlindunganagarmampubersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada.

Sistem ekonomi Ali Baba merupakan sebuah sistem ekonomi yang pernah ada dan diterapkan ketika masa Demokrasi Liberal. Di sistem ini pengusaha non-pribumi harus saling membantuk orang pribumi dalam usahanya dengan melakukan pelatihan terhadap pengusaha pribumi, seperti memberi kredit kepada pengusaha-pengusaha pribumi.

Penggunaan Ali Baba berasal dari julukan Ali (sebutan sebagai pengusaha pribumi) dan Baba (sebutan sebagai pengusaha non pribumi). Sistem ekonomi ini dicetuskan oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo.

Pengertian Sistem Ekonomi Ali Baba

Dalam Wikipedia, Sistem Ekonomi Ali Baba adalah sistem ekonomi yang berusaha untuk membangkitkan wiraswasta lokal Indonesia.

Baba dalam sistem ekonomi ali baba diibaratkan sebagai pedagang nn pribumi khususnya

Definisi Sistem Ekonomi Ali Baba lainnya adalah sebuah kebijakan ekonomi yang dijalankan di masa Demokrasi Liberal untuk berusaha memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia yang hancur setelah perang kemerdekaan.

Tujuan Sistem Ekonomi Ali Baba

Adapun tujuan dari sistem ekonomi Ali Baba adalah untuk memperbaiki perekonomian, dan juga melakukan peningkatan ekonomi kaum pribumi. Di masa itu kaum pribumi belum bisa mengikuti perkembangan dari kaum non pribumi, keturunan Eropa, Arab dan China.

Baca Juga: Pengertian Entrepreneur

Sebab itu pemerintah melakukan usaha dalam menyelesaikan keadaan dengan mengharuskan pengusaha non pribumi agar melakukan kerja sama dalam perusahaannya dengan pengusaha pribumi.

Lebih dari itu, pengusaha non pribumi juga diharuskan untuk memberikan suatu pelatihan kepada parang pengusaha dan pekerja pribumi.

Dalam menjalankan sistem ekonomi Ali Baba ini memiliki tiga langkah sebagai berikut:

  • Pengusaha non pribumi harus dan wajib memberi pelatihan untuk pekerja pribumi supaya bisa menduduki jabatan-jabatan staf di perusahaan negara.
  • Pemerintah mendirikan perusahaan-perusahaan negara
  • Pemerintah memberikan kredit dan lisensi untuk usaha-usaha swasta nasional.

Secara sederhana berikut rangkuman tujuan sistem ekonomi Ali Baba

  • Memajukan pengusaha pribumi
  • Supaya para pengusaha pribumi bekerjasama untuk kemajuan ekonomi nasional
  • Menumbuhkan dan mengembangkan pengusaha swasta nasional lokal pribumi dalam rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
  • Memajukan ekonomi Indonesia harus menjalin kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi.

Kegagalan Sistem Ekonomi Ali Baba

Adapun kegagalan sistem ekonomi ini antara lain sebagai berikut:

  • Pengusaha non pribumi gagal memberdayakan pengusaha pribumi.
  • Banyak pengusaha pribumi melakukan pengalihan perusahaanya kepada pengusaha non pribumi.
  • Pengusaha non pribumi hanya “Meminjam nama” dari pengusaha pribumi untuk bisa mendapatkan kredit dari pemerintah dan memenuhi kewajiban bekerjasama dengan pengusaha pribumi.

Itulah penjelasan lengkap tentang Sistem Ekonomi Ali Baba. Semoga dapat memberikan referensi pengetahuan kalian. Nantikan artike selanjutnya.

Baba dalam sistem ekonomi ali baba diibaratkan sebagai pedagang nn pribumi khususnya

Baba dalam sistem ekonomi ali baba diibaratkan sebagai pedagang nn pribumi khususnya
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Tujuan utama diberlakukannya sistem ekonomi ali baba adalah untuk pemertaan ekonomi, di mana tujuan sistem ekonomi Ali Baba adalah membantu pribumi.

KOMPAS.com - Dalam sejarah Indonesia, pernah tercetus sistem ekonomi Ali Baba. Tujuan utama diberlakukannya sistem ekonomi ali baba adalah guna memajukan usaha yang dijalankan pengusaha pribumi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pribumi bermakna penghuni asli yang berasal dari tempat yang bersangkutan. Dengan kata lain, tujuan ekonomi Ali Baba adalah program upaya penyetaraan ekonomi antara pribumi dan pendatang yang saat ini relatif cukup jomplang.

Sementara secara umum, tujuan utama diberlakukannya sistem ekonomi ali baba adalah memajukan pengusaha-pengusaha lokal (pribumi), agar dapat bekerjasama dalam rangka merombak pertumbuhan serta perkembangan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional.

Lewat sistem ekonomi ini, pengusaha non-pribumi diharuskan membantu orang pribumi dalam menjalankan usahanya, dengan cara memberi pelatihan dan memberi kredit kepada mereka.

Baca juga: Pengertian Globalisasi, Ciri, Penyebab, dan Dampaknya

Istilah Ali Baba sendiri berasal dari kata Ali (untuk pengusaha pribumi) dan Baba (pengusaha non-pribumi).

Sistem Ekonomi Ali Baba dicetuskan oleh Mr. Iskaq Cokrohadisuryo saat menjabat sebagai Menteri Perekonomian masa pemerintahan Kabinet Ali Sostroamidjojo I pada 31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955.

Ia adalah seorang ahli hukum lulusan Universitas Leiden, Belanda saat menjadi Menteri Perekonomian. Iskaq Cokrohadisuryo sendiri merupakan pria kelahiran Jombang, Jawa Timur.

Kebijakan ini diberlakukan dalam rangka untuk memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia yang carut-marut pasca-kemerdekaan. Kondisi ekonomi di Indonesia pada masa itu menunjukkan arah yang tidak stabil, di mana pemerintah mengalami defisit.

Baca juga: Pengertian Sistem Ekonomi, Jenis, Kelebihan dan Kekurangannya

Defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah saat itu sejumlah Rp 5,1 miliar. Selain itu, Indonesia memiliki utang luar negeri sebesar Rp 1,5 triliun dan Rp 2,8 triliun utang dalam negeri.

Situasi diperparah dengan kondisi para pengusaha pribumi saat itu juga sudah sangat tertinggal dibanding kaum non-pribumi, seperti pengusaha Eropa, Arab, dan China.