Apakah obat darah tinggi dapat merusak ginjal?

Pak Syaiful yang memiliki perangai besar dan jarang sakit, mendadak tidak sadarkan diri usai menikmati makan malam bersama anak dan cucunya. Kepanikan jelas saja melanda keluarga, karena selama ini Pak Syaiful terlihat sehat dan energik. Ketika di bawa ke rumah sakit, pembuluh darahnya telah pecah karena tekanan darah yang sangat tinggi mencapai 240/160.

Pria berusia 60 tahun ini memang memiliki riwayat penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yang membuatnya harus rutin minum obat. Namun, sudah beberapa pekan terakhir Pak Syaiful tidak minum obat, apalagi dia sudah merasa baikan dan tidak lagi pusing.

Keluarga juga khawatir jika terlalu banyak minum obat, akan merusak ginjal Pak Syaiful. Mengingat ada tetangga yang mengidap sakit ginjal dan terpaksa cuci darah karena terlalu banyak minum obat.

Ilustrasi tersebut memperlihatkan betapa bahayanya hipertensi karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Itulah mengapa hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer.

Masyarakat pun acap kali memiliki persepsi keliru mengenai penyakit mematikan ini. Ada yang menganggap bahwa tekanan darahnya sudah normal ketika telah mencapai ambang batas normal sehingga tidak perlu mengkonsumsi obat-obatan lagi. Ada pula yang beranggapan bahwa meminum obat-obatan hipertensi dapat merusak ginjal.

Hal ini jelas dibantah oleh Tunggul D Situmorang, Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Perhi) yang baru saja dilantik. Menurutnya, banyak asumsi dan anggapan yang salah di masyarakat terkait penggunaan obat-obatan hipertensi.

Menurutnya, obat-obatan anti hipertensi tidak merusak ginjal karena akan melindungi ginjal. Justru ketika tekanan darah tinggi menjadi tidak terkontrol, akibat konsumsi obat tidak teratur, dapat menyebabkan komplikasi pada organ tubuh lainnya, termasuk merusak ginjal.

“Persepsi yang salah di masyarakat kalau banyak makan obat akan merusak ginjal. Padahal obat hipertensi itu justru akan melindungi ginjal karena dapat mengontrol tekanan darah,” ujarnya usia dilantik sebagai Ketua Perhi atau Indonesian Society of Hypertension (InaSH) pada Minggu (8/7).

Menurutnya, ketika pasien tidak lagi mengkonsumsi obat-obatan maka tekanan darah akan menjadi tidak terkontrol yang pada akhirnya mengakibatkan gagal ginjal. Hipertensi memang memiliki keterkaitan yang erat dengan penyakit jantung dan ginjal. Bahkan bisa dikatakan bahwa hipertensi merupakan penyebab utama penyakit mematikan tersebut.

Hipertensi diyakini memicu adanya tekanan berlebihan pada pembuluh darah pada ginjal sehingga pembuluh darah ini akhirnya rusak dan ikut memicu penurunan fungsi penyaringan pada ginjal. Jika dibiarkan saja, ginjal bisa benar-benar rusak dan kehilangan seluruh fungsinya.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang paling banyak didiagnosis pada fasilitas kesehatan selama semester pertama 2018, dengan jumlah kasus mencapai 185.857. Nyaris empat kali lipat lebih banyak dibandingkan penyakit diabetes mellitus tipe 2.

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar 2013, sebanyak 25,8% penduduk Indonesia merupakan penderita tekanan darah tinggi. Dari jumlah tersebut, 2/3 diantaranya tidak terdiagnosis atau tidak merasa mengalami masalah hipertensi, dan hanya 1/3 yang terdiagnosis. Bahkan dari data tersebut, hanya 0,7% orang yang terdiagnosa tekan darah tinggi minum obat Hipertensi.

Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan tidak mendapatkan pengobatan. Hipertensi yang tidak mendapat penanganan baik akan menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan.

“Untuk pasien yang terkena penyakit gagal ginjal, 2/3 di antaranya yang melakukan cuci darah, disebabkan hipertensi dan diabetes. Ini semua sebetulnya bisa dicegah di hulu sebelum merusak organ lainnya.”

Tunggul menambahkan jika penderita rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi, maka akan mengurangi risiko stroke sekitar 35% hingga 40% dan gagal jantung hingga 50%. Sebab, dua penyakit tersebut yaitu stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi.

“Terjadinya kerusakan ginjal akibat hipertensi tidak terkontrol, akan berujung pada gagal ginjal. Tentu biayanya akan menjadi semakin besar karena harus cuci darah. Ketika hipertensi terkontrol, maka kerusakan ginjal bisa dicegah,” ujarnya.

Oleh karena itulah, perlu bagi para penderita hipertensi merubah gaya hidup, merubah pola makan dengan mengurangi konsumsi garam, dan rutin memeriksa tekanan darah tinggi, baik di rumah maupun di fasilitas kesehatan. “Kalau bisa dicegah dari awal, maka tidak akan membuat orang terkena serangan jantung atau gagal ginjal yang justru akan menelan biaya besar. Oleh karena itulah harus ditanggulangi secara bersama-sama,” tuturnya.

PRE-EKLAMPSIA

Tekanan darah tinggi ternyata juga sering menimpa para wanita hamil, terutama setelah usia kehamilan di atas 20 minggu yang akhirnya menyebabkan pre-eklampsia. Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan gangguan pada ginjal ibu. Ketika ginjal terganggu dan tidak bisa menyaring protein dengan baik maka akan muncul protein di dalam urin atau disebut sebagai gejala proteinuria.

Preeklampsia ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan mengancam keselamatan ibu hamil juga kandungannya, apalagi jika tidak segera diobati. Dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia Ilham Oetama Marsis mengatakan angka kejadian preeklampsia mencapai 24% dari total kehamilan, dan menjadi penyebab kematian nomor dua setelah pendarahan.

“Ini harus segera dicegah, karena itu ibu hamil harus rutin memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan untuk mengecek kandungan dan tekanan darahnya. Karena kalau bisa dicegah dari awal, ada dua nyawa yang bisa diselamatkan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

ginjal stroke

Editor : M. Taufikul Basari

Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam

Apakah minum obat darah tinggi merusak ginjal?

Beredar sebuah postingan di media sosial yang memberikan informasi bahwa minum obat hipertensi akan merusak ginjal. Faktanya setelah dilakukan penelusuran, Ketua Indonesian Society for Hypertension (INASH) dr.Tunggul Situmorang, SpPD-KGH mengatakan bahwa informasi tersebut tidak benar.

Apakah minum amlodipin bisa merusak ginjal?

Mengenai efeknya terhadap ginjal, memang masih terus dipelajari secara lebih lagi, namun berdasarkan berbagai studi yang sudah ada sampai saat ini, obat amlodipin dapat memberikan efek proteksi (perlindungan) terhadap ginjal dan tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal yang semakin berat pada pasien yang memiliki darah ...

Obat apa saja yang bisa merusak ginjal?

Beberapa jenis obat-obatan yang berpotensi bisa menyebabkan penyakit ginjal seperti berikut ini..
Obat NSAID. ... .
2. Antibiotik. ... .
3. Obat pereda asam lambung. ... .
4. Obat pencahar. ... .
Pewarna kontras. ... .
9 Gejala Gagal Ginjal yang Mesti Diketahui..

Apa efek samping minum obat darah tinggi setiap hari?

Selain itu, obat hipertensi diuretik juga dapat menimbulkan efek samping lainnya, yaitu kelelahan, kram otot, lesu, nyeri dada, pusing, sakit kepala, atau sakit perut.