Apakah faktor politik menentukan harga daging sapi

AbstractSubsektor peternakan merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertanian yang memegang peranan penting dalam pemenuhan pangan hewani di Indonesia baik berupa daging, susu, dan telur. Daging sapi merupakan salah satu produk subsektor peternakan yang menjadi komoditas pangan strategis karena memilliki kualitas yang baik dalam pemenuhan protein untuk membentuk masyarakat yang berkualitas. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pendapatan masyarakat serta adanya perubahan selera, kebutuhan daging sapi nasional juga mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 6.35 persen per tahun pada periode 2010 - 2017. Pada sisi penawaran domestik, pertumbuhan populasi sapi potong sebagai sumber produksi daging sapi berfluktuatif dan cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 3.52 persen per tahun, peningkatan ini diikuti dengan meningkatnya produksi daging sapi lokal sebesar 2.93 persen per tahun. Kecilnya pertumbuhan produksi domestik dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi daging sapi nasional berdampak terhadap peningkatan harga daging sapi yang terus meningkat hingga pada tahun 2017 mencapai Rp 115 780 per kg. Mengatasi masalah tersebut maka pemerintah melakukan kebijakan jangka pendek berupa impor daging sapi untuk memenuhi permintaan dan penetrasi harga daging sapi di Indonesia. Namun yang terjadinya volume impor daging sapi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif dan meningkat sepanjang tahun hingga mencapai 18.05 persen per tahun, ditunjukkan dengan meningkatnya defisit neraca perdagangan daging sapi sebesar 115.78 persen pada tahun 2017. Adanya dampak negatif akibat ketergantungan impor daging sapi, maka pemerintah melakukan beberapa upaya berupa program swasembada daging sapi dan penetapan hambatan perdagangan. Penelitian bertujuan untuk: 1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor ternak dan daging sapi Indonesia; 2) Menganalisis dampak kebijakan impor ternak dan daging sapi serta penghapusan tarif impor daging sapi terhadap populasi sapi potong lokal di Indonesia; 3) Menganalisis dampak kebijakan impor ternak dan daging sapi serta penghapusan tarif impor daging sapi terhadap penawaran dan permintaan daging sapi di Indonesia. Populasi sapi potong lokal yang dimaksud dalam penelitian adalah sapi potong lokal asli Indonesia maupun sapi potong lokal hasil perkawinan dengan sapi potong luar, sedangkan kebijakan impor ternak terdiri dari sapi bibit dan sapi bakalan. Analisis menggunakan data sekunder selama periode 1990 – 2017. Penelitian menggunakan model sistem persamaan simultan dengan metode estimasi Two Stages Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan impor sapi bibit dan penghapusan tarif impor daging sapi berdampak meningkatkan populasi sapi potong lokal, sedangkan penurunan impor sapi bakalan dan daging sapi berdampak menurunkan populasi sapi potong lokal di Indonesia. Pada sisi penawaran, penurunan impor sapi bakalan dan daging sapi serta penghapusan tarif impor berdampak menurunkan penawaran daging sapi nasional, sedangkan peningkatan impor sapi bibit mampu meningkatkan penawaran daging sapi nasional di Indonesia. Pada sisi permintaan, penurunan impor sapi bakalan dan impor daging sapi berdampak menurunkan permintaan daging sapi nasional, sedangkan peningkatan impor sapi bibit dan penghapusan tarif impor daging sapi berdampak meningkatkan permintaan daging sapi di Indonesia. Berdasarkan hasil seknario simulasi kebijakan, untuk menurunkan volume impor sapi bakalan dan daging sapi melalui peningkatan produksi daging sapi lokal tanpa menguras populasi sapi potong lokal yang dikhawatirkan dapat mengganggu keberlanjutan usaha ternak sapi potong dapat dilakukan dengan upaya perbaikan atau peningkatan teknologi dalam negeri. Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu peningkatan impor sapi bibit dan inseminasi buatan, serta penurunan suku bunga kredit bagi pelaku atau peternak usaha peternakan. Selain itu, diperlukan adanya dukungan kebijakan yang mampu memberikan informasi perbandingan relatif antara pertumbuhan populasi sapi potong lokal dengan pertumbuhan produksi daging sapi lokal.

Faktor apa yang menyebabkan harga daging naik?

Pertama, lonjakan harga dipicu naiknya permintaan di periode Ramadan. Kedua, permintaan daging ayam selama masa pandemi juga turut menaikkan harga daging ayam di tingkat konsumen. Selain itu, Ketiga adalah melonjaknya harga daging sapi impor.

Faktor faktor apakah yang mempengaruhi permintaan daging sapi?

Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel harga daging sapi, harga barang subtitusi, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan selera berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan daging sapi potong.

Faktor2 apa saja yg menentukan kualitas daging masak?

Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan, termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral) dan stres.

Apa yang terjadi ketika harga daging di pasar mengalami kenaikan harga jelaskan dengan hukum permintaan?

A. Jika harga daging sapi tinggi maka permintaan pun akan menurun. Sebaliknya, jika harga daging sapi di pasaran rendah maka permintaan pun akan naik.