Apakah balasan orang yang bersabar dalam menghadapi cobaan

Jakarta -

Di dalam Islam dikenal banyak hadits yang menjelaskan soal anjuran untuk berlaku sabar dan keutamaan bersabar. Salah satunya seperti diriwayatkan dalam hadits riwayat Imam Bukhari dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu dikutip Tim Hikmah dari Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam An Nawawi.

Berkata Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Sesungguhnya Allah SWT berfirman, 'Jika Aku menguji hamba-Ku dengan dua yang dicintainya, kemudian dia bersabar, maka Aku akan mengganti keduanya itu untuknya dengan surga'."

Menurut Yusuf Al-Qaradhawi Ph.D dalam "Mukjizat Sabar dalam Al-Quran" menjelaskan sabar adalah beramal penuh keyakinan bahwa kemudaratan dan ketaatan itu memberi manfaat. Sabar juga disebut sebagai penolong agama dalam menundukkan nafsu dan kemalasan.

Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 58 dan 69 yang berbunyi:

"...Demikianlah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal soleh. Yaitu mereka yang sabar dan mereka pula berserah diri bulat-bulat kepada Tuhannya." (QS Al-Ankabut, ayat 58 dan 59).

Allah SWT juga menjelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 153:

"Wahai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan bersabar dan mengerjakan sembahyang, karena sesungguhnya Allah menyertai (menolong) orang-orang yang sabar." (QS Al-Baqarah ayat 153).

Hadits tentang ujian dan cobaan ini didasarkan pada hadits dari Ali bin Abi Thalib Ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

"Sabar itu ada tiga macam: sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menghindari kemaksiatan. Siapa yang sabar dalam menghadapi musibah sehingga mampu menjalaninya dengan baik, dengan segala kekuatan hatinya, maka Allah akan mencatat untuknya sebanyak 300 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dengan bumi. Siapa yang sabar dalam menjalankan ketaatan, maka Allah akan mencatat untuknya 600 yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy. Siapa yang sabar dalam menghindari kemaksiatan, maka Allah akan mencatat untuknya 900 derajat yang antara satu derajat dengan derajat yang lain seperti jarak dua kali antara batas dasar bumi hingga puncak 'Arasy." (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Abid Dun-ya dan Dailami).

Cobaan yang menimpa kita tentu sudah diatur oleh Allah SWT. Jika kita bersabar, Allah SWT akan melipatkan pahala dan membantu menyelesaikan semua cobaan dan ujian yang dihadapi oleh umatnya dengan cara berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang Muslim pun yang ditusuk oleh duri atau lebih dari itu, kecuali Allah pasti akan menghilangkan kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya." (HR. Bukhari).

Sehingga Islam mengajarkan kepada manusia agar sabar seperti lima nabi yang memiliki keteguhan yang kuat. Kelima nabi yang sabar itu adalah Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahqaf ayat 35:

"Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan azab bagi mereka." (QS Al-Ahqaf: 35).

(lus/erd)

OLEH AGUS SOPIAN

Sejatinya dunia ini diciptakan sebagai tempat cobaan. Suka dan duka dipergilirkan. Rasa cinta dan benci dihadirkan. Allah SWT akan selalu memberikan cobaan kepada manusia dengan kekurangan dan kelebihan menurut kehendak-Nya.

Dan, Allah menjanjikan pertolongan bagi mereka yang bersabar. Allah SWT berfirman, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah: 155).

Beruntunglah mereka yang mampu melewati berbagai cobaan dengan penuh kesabaran dan ketaatan. Ingatlah bagaimana Nabi Nuh AS dipukuli kaumnya hingga pingsan. Namun, beberapa saat kemudian, dia bersama kaumnya yang beriman selamat dari air bah dan topan. Nabi Ibrahim al-Khalil dilemparkan ke dalam api yang berkobar-kobar, tapi kemudian Allah menyelamatkannya.

Nabi Ismail AS dengan pasrah bersedia untuk dikorbankan demi ketaatan pada perintah Allah, lalu diselamatkan. Pujian atas kesabarannya abadi hingga kini. Nabi Ya’qub AS buta saat ditinggalkan Yusuf AS yang disayanginya, tapi tak lama kemudian pulih kembali.

Sementara, Nabi Muhammad SAW sejak mudanya telah yatim, ditimpa berbagai cobaan, dan mengalami kejahatan dari musuh-musuhnya. Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW tetap lebih kukuh daripada Gunung Hira. Tatkala seluruh upayanya telah berhasil, seperti penaklukan negara-negara besar, tercapai cita-cita dan dakwahnya, datanglah tamu yang mencabut nyawanya.

Mereka yang memahami keadaan lautan kehidupan akan tahu bagaimana harus bersabar menghadapi keganasan dan pasang surut gelombang kehidupan. Ia tak akan merisaukan turunnya bala. Tak akan pula kaget dengan kegembiraan yang terkadang datang tiba-tiba.

Betapa banyak bencana yang menimpa orang-orang besar, tapi hal itu justru memperkuat rasa tawakal kepada Allah SWT. Mereka rela dengan ujian yang menimpa.

Ketahuilah, mukmin sejati ialah yang bersih hatinya dari segala bentuk pengingkaran dan keraguan terhadap Allah SWT. Setiap kali ditimpa cobaan, akan makin bertambah imannya dan kuat tawakalnya. Tatkala dilimpahkan berbagai kenikmatan, makin besar rasa syukurnya.

Hasan Al-Bashri berkata, “Pada saat manusia sama-sama sehat, mereka sejajar dalam iman. Namun, saat bencana menimpa, tersingkaplah siapa yang benar-benar kukuh imannya.”

Semua cobaan akan menjadi ringan manakala seorang hamba tahu pahala yang terselip di baliknya. Itulah sebenarnya tujuan Allah memberikan segala cobaan. Rasa sakit akan hilang jika kita rela dengan rasa sakit itu.

Ingatlah, segala cobaan yang Allah hadirkan pasti ada akhirnya. Oleh karena itu, jadikan iman dan kesabaran sebagai bekal perjalanan mengarungi bahtera kehidupan. 

Yakinilah, apa pun cobaan yang tengah hadir dalam kehidupan kita saat ini, pasti mendatangkan kebaikan. Allah tidak akan membebani seseorang melebihi batas kemampuannya.

Wallahu a’lam.

Oleh: Astri Hapsari, S.S., M.TESOL —-

Pandemi COVID 19 telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan sehari-sehari kita. Munculnya beragam varian baru virus berdiameter 65-125 nm (Shereen, Khan,Kazmi, Bashir, Siddique, 2020) ini menyebabkan resiko terjangkit semakin meningkat. Pada tanggal 27 Juni 2021, tercatat terdapat 21.342 kasus baru, dengan rata-rata kasus selama 7 hari berturut-turut sebesar 17.914 di wilayah Kabupaten Sleman.  Alhamdulillah pada saat revisi artikel ini akan dikirim, angka kasus COVID-19 di Kabupaten Sleman telah mengalami penurunan. Rata-rata kasus selama 7 hari berturut-turut menurun sebesar 2.532 kasus.

Penurunan tren kasus COVID-19 dalam 3 bulan terkakhir ini tentu saja selain didukung oleh kewaspadaan setiap individu di masyarakat untuk menjalankan aktivitas sesuai dengan protokol kesehatan yang cermat, sebaiknya juga didukung oleh kesadaran spiritual dalam memaknainya. Pada kondisi pandemi seperti ini diperlukan sikap sabar.

Secara etimologi, Shihab (2002) dalam Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an memaparkan bahwa  sabar berasal dari Bahasa Arab, صبر – صيبر – صبرا yang berarti bersabar, tabah hati, berani (Yunus, 1973). Dalam bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru nafsu (Balai Pustaka, 1990).

Merujuk deskripsi etimologis, sikap sabar disifati dengan sifat tabah, berani terkait kerja hati dalam terjemahan kamus Arab- Indonesia (Yunus, 1973) dan sifat resilien, tenang, tidak tergesa-gesa , tidak terburu-buru nafsu dalam deskripsi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1990).  Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah mengemukakan, sabar adalah menahan jiwa untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan untuk tidak meratap dan menahan untuk tidak menampar pipi, merobek baju dan sebagainya. Shihab (2002) dalam Tafsir Al Misbah, mengelaborasi sikap sabar selaras dengan deskripsi yang dikemukakan Ibnu Al-Qayyim dalam kitab nya Uddatu Ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin diterjemahkan oleh Halim (2006), yaitu berdasarkan bentuknya, sabar terbagi dua macam: kesabaran jasmani dan kesabaran rohani. Shihab (2002) menjelaskan sabar jasmani terkait dengan kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah- perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang melibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya. Sementara itu,  sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, seperti sabar menahan amarah, atau menahan nafsu lainnya.

Dalam konteks situasi dan kondisi pandemic COVID-19, sikap sabar jasmani dapat membuat kita tetap mempertahankan kemampuan kita untuk melakukan amalan baik yang terkait kapasitas kesehatan tubuh kita, misalnya : tetap melakukan ibadah wajib ketika diuji terkena penyakit, sedangkan sikap sabar rohani dapat membuat kita memperkuat kemampuan untuk mengelola hati sehingga dapat berdampak positif pada kesehatan mental kita.

Allah berfirman dalam Al-Quran mengenai keutamaan sikap sabar untuk memotivasi hamba-hambaNya mengamalkan sikap tersebut :

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al=Baqarah: 155).

Beberapa ayat-ayat Al-Quran yang dapat memotivasi kita untuk bersabar:

  1. Allah memberi ganjaran terbaik bagi hamba-hambaNya yang sabar (QS. Az-Zumar :10) :

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya:” Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S Az-Zumar: 10).

  1. Memperoleh ampunan dan pahala yang besar (Q.S Hud: 11)

إِلَّا ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ

Artinya: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S Hud: 11).

  1. Allah bersama orang-orang yang sabar (Q.S Al Baqarah: 153)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S Al Baqarah: 153).

  1. Orang sabar akan diberi balasan tempat tinggi dalam surga (Q.S Al-Furqan: 75).

أُو۟لَٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَٰمًا

Artinya:” Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,” (Q.S Al-Furqan: 75).

Selain itu pada masa sulit seperti ini, berbuat baik dan saling mengingatkan dalam kesabaran merupakan keutamaan. Dengan memperkuat kesabaran, semoga kita semua bisa melewati ujian pandemi ini dengan baik

Daftar Referensi

Al Quran.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 763

Ibnu al-Qayyim Al-Jauziyyah, ahli bahasa oleh A.M. Halim, Uddatu Ash-Shabirin wa Dzakhiratu asy-Syakirin, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2006), hlm. 37.

Sleman Regency Coronavirus stats. (2021, 28 June).

Sleman Regency Coronavirus stats. (2021, 28 September).

Shereen,M.A.,  Khan,S., Kazmi, A., Bashir,N., & Siddique, R. (2020). COVID-19 infection: Emergence, transmission, and characteristics of human coronaviruses. Journal of Advanced Research, Vol.24.pp.91-98. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jare.2020.03.005.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, hlm.181

Yunus, M. (1973).  Kamus Arab- Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/penafsiran Al-Qur’an,  hlm. 211.