Apa yang membuat perdagangan di masa dinasti abbasiyah semakin maju

Bani Abbas mendirikan kekhalifahan baru yang bertahan selama 500 tahun.

flickr.com

Bekas istana Daulah Abbasiyah di Baghdad, Irak.

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Berawal dari tumbangnya Dinasti Umayyah pada 750 M, berdirilah kekhalifahan baru dari Dinasti Abbasiyah. Dinasti Umayyah disingkirkan lewat revolusi yang dipimpin Bani Abbas yang masih kerabat Bani Umayyah dan keturunan dari paman Nabi, Abbas. 

Bani Abbas mendirikan kekhalifahan baru yang bertahan selama 500 tahun. Ia pun memindahkan ibu kota kekhalifahan ke Baghdad, Irak. Baghdad pun dengan cepat tumbuh menjadi pusat perdagangan, budaya, dan pusat aktivitas intelektual. Baghdad di masa Abbasiyah merupakan salah satu kota berpenduduk paling banyak dan paling makmur di dunia. 

Pada 836, Dinasti Abbasiyah memindahkan ibu kota mereka ke Samarra. Di sana pun, mereka mendirikan bangunan-bangunan megah yang menjadi simbol kejayaan dan kekuasaan. Ada masjid juga kompleks istana lengkap dengan taman, kolam buatan, barak, dan jalur balapan. 

Kekhalifahan Abbasiyah berakhir pada 1258 ketika orang-orang Mongol menyerbu Baghdad dan mengeksekusi khalifah Abbasiyah terakhir, sebuah tindakan yang menyebabkan dunia Islam terguncang. Kali ini, kami ajak Anda untuk merekam kembali kejayaan dan kemegahan Dinasti Abbasiyah melalui tiga peninggalannya. 

Istana Ukhaidir

Baghdad adalah kota yang dibangun dalam bentuk bundar. Karena itu, ia sering disebut sebagai kota bundar. Pada masa itu, pembangunan kota bundar merupakan gagasan baru yang terbilang berani. Saat ini, hanya sedikit saja peninggalan di Baghdad yang bisa menunjukkan bahwa kota ini dahulu merupakan kota bundar. Salah satu dari yang sedikit itu adalah sebuah istana berbenteng yang dikenal sebagai Istana Ukhaidir. 

Dibangun pada 775 di dekat Kufa, sebuah wilayah yang berjarak 200 km selatan Baghdad, istana ini sedikit banyak memberi gambaran mengenai bentuk kota melingkar. Kompleks luas ini dikelilingi tembok setinggi 19 meter dan berbentuk persegi agak memanjang, tepatnya berukuran 175 m x 169 m. Di dalamnya, terdapat sejumlah pekarangan, aula, sebuah masjid, dan permandian.   

Mengelilingi bangunan dengan tembok tinggi mirip benteng merupakan salah satu ciri khas Abbasiyah. Dengan tembok tinggi itu, mereka berharap bisa lebih aman tatkala melaksanakan berbagai aktivitas, termasuk upacara-upacara megah di dalam istana. 

Makam Zumurrud Khatun

Islam sejatinya tidak mengajarkan umatnya membangun makam yang mewah. Tapi, sejak abad ke-10, banyak penguasa Muslim yang meninggalkan bukti kekayaan dan kejayaan mereka dalam bentuk makam dan kompleks pemakaman yang megah. 

Di banyak tempat, sejumlah bangunan indah dan spektakuler diciptakan untuk mengenang mereka yang telah berpulang. Di Agra, India, misalnya, terdapat Taj Mahal, mausoleum yang luar biasa cantik. Begitu pula di Baghdad. Di ibu kota Kekhalifahan Abbasiyah ini pernah dibangun makam Zumurrud Khatun yang tak kalah indah. Dibangun sekitar 1193, kompleks makam ini tersohor karena kubah muqarnas-nya yang tinggi dan berbentuk kerucut. 

Berlokasi di pusat kota Baghdad, bangunan ini sangat dekat dengan Madrasah Mustansiriya yang tersohor itu. Sesuai dengan namanya, bangunan ini didirikan oleh Zumurrud Khatun, ibunda Khalifah An-Nashir Lidinillah. Ia adalah khalifah Bani Abbasiyah ke-34 (1180-1225).  

Kompleks makam ini pernah beberapa kali dipugar, antara lain, pada 1590 oleh negarawan Turki Utsmani, Cigalazade Sinan Pasha, dan 1969 oleh Badan Wakaf Irak.

Masjid Agung Samarra

Pada abad ke-9, seiring kian memudarnya kekuasaan Khalifah Abbasiyah di Baghdad, Khalifah al-Mu'tashim memindahkan ibu kota kekhalifahan ke Samarra, 125 km utara Baghdad. Di kota ini, mereka mendirikan kota besar  yang membentang 50 km di sepanjang Sungai Tigris dan meliputi daerah seluas 150 km persegi. Di kota baru ini, terdapat sejumlah istana megah, jalan raya, barak besar, taman rindang, juga masjid raya. 

Masjid itu adalah Masjid Agung Samarra yang kala itu merupakan masjid terbesar di dunia. Masjid yang terkenal dengan menara berbentuk spiral ini dibangun pada 848-852 oleh putra sekaligus pewaris al-Mu'tasim, al-Mutawakkil. Berukuran 239 m x 156 m, masjid ini dilindungi oleh tembok-tembok tinggi yang disokong oleh 44 menara semimelingkar. Keseluruhan bangunan berdiri di dalam daerah berpagar seluas  444 m x 376 m. 

Berabad-abad berlalu, hanya sedikit yang tersisa dari bagian interior masjid ini kecuali menara spiral yang dikenal sebagai al-Malwiya. Menara melingkar ini berdiri di atas landasan persegi dan menjulang setinggi 55 m di atas permukaan tanah. Terdapat sebuah tangga spiral memutar berlawanan arah jarum jam di sekeliling bagian luar menara sampai ke paviliun di puncak. Bentuk menara yang sangat unik ini tampaknya terilhami oleh ziggurat, menara kuil kuno Mesopotamia. 

  • dinasti abbasiyah
  • dinasti islam

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Industri tersebut menjadi cermin kemajuaan peradaban Islam.

sott.net

Kota Baghdad, pusat Daulah Abbasiyah.

Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dinasti Abbasiyah tercatat sebagai kekhalifahan yang menorehkan tinta emas peradaban Islam. Pada abad kedelapan hingga abad ke- 12, ilmu pengetahuan dan peradaban Islam berkembang dengan pesat dan mencapai masa puncak.

Peralihan kekuasaan dari Dinasti Umayah ke Dinasti Abbasiyah merupakan peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam. Pada masa ini, terjadi titik balik roda peradaban Islam di dunia.

Khalifah pada masa Bani Abbasiyah kala itu secara terbuka memelopori perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk diterjemahkan, diadaptasi, dan diterapkan dalam dunia Islam. Banyak ulama yang menjadi ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, baik agama maupun nonilmu pengetahuan.

Berkembangnya peradaban masa ini didukung oleh kemajuan ekonomi imperium yang menjadi penghubung dunia timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik juga memberikan kontribusi dalam kemajuan peradaban Islam pada dinasti itu.

Dibangunnya Kota Baghdad sebagai salah satu cara mendukung perkembangan sains dan kemajuan peradaban. Kota ini kemudian menjadi pusat dan kiblat peradaban dunia. Pembangunan infratruktur lainnya yang mendukung peradaban Islam adalah hadirnya perpustakaan-perpustakaan yang menjadi pusat ilmu dan diskusi ilmu pengetahuan. Salah satu perpustakaan yang terkenal disebut Baitul Hikmah.

Di perpustakaan ini pemimpin Dinasti Abbasiyah, al-Makmun, mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan selain berbahasa Arab untuk diterjemahkan. Filsuf besar Islam, al-Kindi, lahir di zaman ini. Pada era Khalifah Harun al-Rasyid dibangun industri kertas.

  • peradaban islam
  • dinasti abbasiyah

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

Apa yang membuat perdagangan di masa dinasti abbasiyah semakin maju

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

Sektor pembangunan di bidang ekonomi adalah faktor penting dalam pembangunan suatu negara. Ia dapat dikatakan sebagai tulang punggung atau bahkan jantung dari kehidupan suatu negara. Tanpa didukung oleh ekonomi yang kuat, mustahil suatu negara dapat melaksanakan pembangunan-pembangunan di bidang yang lain secara baik dan sempurna.

Dalam masa permulaan pemerintahan Bani Abbasiyyah, pertumbuhan ekonomi (economic growth) dikatakan cukup stabil dan menunjukkan angka vertikal. Devisa negara penuh berlimpah-limpah, uang masuk lebih banyak dari pada pengeluaran. Kue nasional membengkak melebihi dari anggaran belanja negara.

Khalifah al-Mansur merupakan tokoh ekonom Abbasiyyah yang telah mempu meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam bidang ekonomi dan keuangan negara. Keutamaan al-Mansur dalam menguatkan dasar Daulah Abbasiyyah dengan ketajaman pikiran, disiplin, dan adil adalah sama halnya dengan Khalifah Umar ibn Khattab dalam menguatkan Islam.

Pada waktu khalifah al-Mansur meninggal dunia setelah memerintah selama 22 tahun, dalam kas negara tersisa kekayaan negara sebanyak 810.000.000 dirham. Sedangkan pada Khalifah harun al-Rasyid meninggalkan kekayaan negara sebanyak 900.000.000 dirham. Kecakapan Harun dalam menggunakan anggaran belanja negara sama dengan al-Mansur, hanya saja Harun lebih banyak mengeluarkan dibanding dengan al-Mansur, mungkin karena tuntutan zaman yang berbeda.

Pada masa permulaan Abbasiyyah, semua khalifah menaruh perhatian besar terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan negara. Sektor-sektor perekonomian yang dikembangkan meliputi pertanian, perindustrian, dan perdagangan.

Baca juga:  Keturunan Tashi Dalam Penyebaran Islam

Sektor Pertanian

Di sektor pertanian, usaha-usaha yang dilakukannya antara lain: 1) memperlakukan ahl zimmah dan mawali dengan perlakuan baik dan adil, serta menjamin hak milik dan jiwa mereka, hingga kembalilah mereka bertani di seluruh penjuru negeri. 2) mengambil tindakan keras terhadap para pejabat yang berlaku kejam kepada para petani. 3) memperluas daerah-daerah di segenap wilayah negara. 4) membangun dan menyempurnakan sarana perhubungan ke daerah-daerah pertanian, baik darat maupun air. 5) membangun bendungan-bendungan dan menggali kanal-kanal baik besar maupun kecil, sehingga tidak ada daerah pertanian yang tidak terjangkau irigasi.

Dengan langkah seperti itu, maka pertanian menjadi maju pesat, tidak saja di tanah Iraq yang tanahnya terkenal subur, tapi juga di se antero negeri. Tiap-tiap wilayah mempunyai kekhususan dalam menghasilkan pertanian.

Sektor Perindustrian

Pada masa Abbasiyyah dibangun tempat-tempat perindustrian hampir meliputi seluruh wilayah tanah air. Perindustrian terbesar dari sektor pertambangan yang meliputi: tambang perak, tembaga, seng, dan besi yang dihasilkan dai tambang-tambang di Persia dan Khurasan. Dekat Beirut terdapat beberapa tambang besi, seperti halnya marmer di Tibris, dan sebagainya. Juga di Asia barat terdapat pabrik-pabrik, seperti pabrik permadani, sutera, katun, wol, brokat (baju perempuan), sofa, dan lain-lain.

Baca juga:  Kemajuan Sains dan Kekisruhan Politik Dinasti Abbasiyah

Dengan banyaknya dibangun tempat-tempat industri, maka terkenallah, misalnya: Bashrah, terkenal dengan industri sabun dan gelas; Kufah dengan industri suteranya; Khuzastan, dengan tekstil sutera bersulam; Damaskus, dengan kemeja sutera; Khurasan, dengan selendang, wol, emas, dan peraknya; Syam, dengan keramik dan gelas berwarnanya; Andalusia, dengan kapal, kulit, dan senjata; Baghdad sebagai ibu kota negara memiliki berbagai macam tempat industri.

Dalam catatan sejarah, Baghdad mempunyi lebih 100 kincir air, 4000 pabrik gellas, 30.000 kilang keramik. Di samping itu, Baghdad mempunyai industri-industri khusus barang-barang mewah (lux) baik gelas, tekstil, keramik, dan sebagainya. Di kota Baghdad diadakan pasar-pasar khusus untuk macam-macam hasil produksi, seperti pasar besi, pasar kayu jati, pasar keramik, pasar tekstil, dan sebagainya.

Sektor Perdagangan

Kota Baghdad, di samping sebagai kota politik, kota agama, kota kebudayaan, juga merupakan “kota perdagangan” yang terbesar di dunia saat itu. Sedangkan kota Damaskus merupakan kota dagang nomor dua, sebagai pusat kota perdagangan translit bagi kafilah-kafilah dagang dari Asia Kecil, dan daerah-daerah Furat yang menuju negeri-negeri Arab dan Mesir atau sebaliknya.

Sungai Tigris dan Eufrat menjadi pelabuhan transmisi bagi kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Terjadinya kontak perdagangan tingkat internasional ini semenjak Khalifah al-Mansur. Kecuali Baghdad dan Damaskus, juga terkenal sebagai kota dagang adalah Bashrah, Kufah, Madinah, Kairo, dan kota-kota di Persia. Kapal-kapal dagang Arab Islam telah sampai ke Ceylon, Bombai, Malaka, pelabuhan-pelabuhan di Indocina, tiongkok, dan India. Pada waktu itu terjadilah hubungan dagang antara kota-kota dagang Islam dengan kota-kota dagang di seluruh penjuru dunia.

Untuk menghindari terjadinya kolusi dan penyelewengan dalam sektor perdagangan, Khalifah Harun membentuk satu badan khusus yang bertugas mengawasi pasaran dagang, mengatur ukuran timbangan, menentukan harga pasaran, atau dengan kata lain mengatur politik harga. (RM)