Apa tujuan menghindari penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing dalam debat

A.  Definisi / Pengertian Debat

Debat adalah suatu pemaparan argumen untuk menentukan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung (Arfimatif) dan ditolak oleh pihak lain yang menyangkal (Oposisi).

B.  Manfaat Debat

1.     Dibidang politik : menginformasikan fisi dan misi rencana kerja

2.     Dibidang perekonomian : memperoleh berbagai kebijaksanaan untukmengambil keputusan

3.     Dibidang pendidikan : sebagai wahana untuk memperkenalkan masalah – masalah yang sedang hangat iperbincangkan (actual) dalam masyarakat pendidikan

C.  Jenis-jenis Debat

1.    Debat majlis atau perlementer

2.     Debat pemeriksaan ulang

3.     Debat Formal

D.  Unsur-unsur Debat

1.     Mosi / topik / permasalahan

2.     Definisi : penjelasan mengenai mosi yang sedang diperbincangkan

3.     Argumen : pendapat dari tim oposisi dan Afirmatif

4.     Sanggahan

E.  Pihak yang Terlibat

1.     Moderator

2.     Peserta

3.     Audien / Pendengar maupun penonton

F.   Faktor yang Harus Diketahui Peserta Debat

      1.   Ethos

Dalam komunikasi adalah hal-hal dasar yang dimiliki oleh seorang pembicara sehingga dia dapat menjadi sumber kepercayaan bagi para pendengarnya.

      2.   Pothos

Kemampuan berbicara dalam menyampaikan imbauan emosional yang dapat menyentuh para audien.

      3.   Logos

Kemampuan berbicara untuk menyampaikan imbauan logis dalam suatu usul berdasarkan hasil pemikiran yang kontruktif dan mantap sehingga, pemikiran pembicara tersebut dapat dicerna dan di ikuti oleh audien.

G.  Prinsip-prinsip Dasar Debat

1.     Argumen yang baik tidak terkait asal ras, suku, dan agama pendebat,

2.     Semua orang mempunyai aksen yang berbeda-beda,

3.     Setiap ti mempunyaigaya berdebat berbeda-beda.

H.  Strategi Dalam Berdebat

Sebagai siasat, kecerdasan, tindakan atau daya upaya untuk mencapai maksud dan tujuan debat dengan suatu sistem atau cara tertentu.

      1.   Mempertahankan Usul

Dapat melalui teknik penegasan dan bertahan. Teknik penegasan dengan cara seperti mengulangi, mempengaruhi kompromi, pengiyaan dan kesepakatan.

Sementara teknik pertahanan  dengan cara seperti mengelak, menunda, mengangkat, berterima kasih, menggambarkan, menguraikan hingga membiarkan.

      2.   Mempertentangkan Usul

Dapat ditempuh dengan teknik menyerang dan menolak. Teknik menyerang seperti bertanya balik, memprovokasi, mengantisipasi, mengagetkan, melebih-lebihkan dan memotong. Sedangkan teknik menolak seperti memungkini dan kontradiksi.

I.    Ragam Bahasa Dalam Debat

Sebagai sebuah kegiatan ilmi, debat dilakukan dengan menggunakan ragam bahasa baku sekaligus ilmiah. Pemilihan ragam bahasa ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir baik dalam penggunaan ragam bahasa tulis maupun lisan, kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide harus diperhatikan. Berikut ini adalah ciri-ciri ragam bahasa ilmiah :

1.     Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa.

2.     Ide yang di ungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan logis, harus tepat dan hanya mengandung satu makna, padat, langsung pada sasaran, runtun dan sistematis.

3.     Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).

Bahasa baku adalah ragam bahasa yang telah ditetapkan, dapat diterima dan berfungsi sebagai model untuk suatu masyarakat. Ada tiga aspek dalam bahasa baku yang saling menyatu yaitu kodifikasi, keberterimaan dan difungsikan sebagai model.

Kalimat baku tidak dapat dilepas dengan kalimat efektif. Kalimat baku selalu efektif, meskipun kalimat efektif belum tentu baku.

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pesan pembicara atau penulis sama seperti yang dipahami oleh pembaca atau pendengar. Kalimat efektif yang dibahas ini adalah kalimat efektif yang memenuhi kaidah bahasa baku. Oleh karena itu, kalimat efektif harus memenuhi kaidah struktur, diksi, maupun logikanya. Beberapa penyebab ketidak efektifan kalimat sebagai berikut:

            1.   Menyalahi Kaidah Tata Bahasa

                  a.   Menyalahi kaidah fonologi

Kaidah fonologi dalam bahasa lisan terlihat dari penggunaan ejaan.  Kalimat tidak efektif karena menyalahi ejaan.

Contoh :  Harga B.B.M semakin tek terjangkau rakyat kecil (B.B.M harusnya BBM).

                  b.   Manyalahi kaidah morfologi

Contoh    :  Para siswa mendiskusikan hasil analisa mereka (analisa harusnya analisis).

                  c.   Menyalahi kaidah sintaksis

               Contoh :

1.     Sehingga ia harus mempertanggungjawabkan perbuatanya. (Kalimat tunggal ini tidak efektif karena didahului oleh konjungsi).

2.     Mereka yang bertanggungjawab dalam masalah ini. (Pola kalimat tidak jelas sebab predikat didahului oleh “yang”).

            2.   Kalimatnya Tidak Logis / Tidak Masuk Akal

a.   Pencuri berhasi ditangkap polisi. (Yang berhasil bukan pencurinya, tetapi polisinya sebab pencuri yang berhasil seharusnya tidak tertangkap, tetapi mampu melarikan diri).

      Pembetulan : Polisi berhasil menangkap pencuri.

b.   Yang merasa kehilangan dompet dapat diambil di kantor tata usaha. (Yang diambil dalam kalimat tersebut adalah yang kehilangan (orangnya), bukan dompetnya).

Pembetulan : Yang merasa kehilangan dompet dapar mengambilnya di kantor tata usaha.

            3.   Tidak Mengandung Unsur Mubazdir

a.   Kedua orang itu saling berpandang-pendangan. (Kata ulang berpandang-pandangan sudah bermakna ‘saling’).

Pembetulan :

1.     Kedua orang itu berpandang-pandangan.

2.     Kedua orang itu saling berpandangan.

b.   Penjelasan petugas dari Dinas Kesehatan Kota Batu amat sangat jelas bagi kami.

      Pembetulan : Penjelasan petugas Dinas Kesehatan Kota Batu sangat jelas bagi kami.

Selain itu, dalam debat sebaiknya mengurangi penggunaan kata-kata berbahasa daerah atau asing, bahasa prokem dan bahasa gaul harus diminimalkan. Hal ini untuk menghindari ketersinggungan dan kacaunya acara debat karena antar pihak tidak saling memahami kata yang digunakan.

Contoh :

1.     Pemerintah seharusnya tidak menutup mata pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.

2.     Banyak banget siswa jatuh bergelimpangan karena takut atau gagal dalam Ujian Nasional.

Kalimat (1) dan kalimat (2) di atas merupakan contoh kalimat tidak baku. Ketidak bakuan kalimat (1) dan (2) karena menggunakan frasa bermakna konotatif yaitu frasa menutup mata dan jatuh bergelimpangan. Kalimat (2) ketidak efektifan kalimatnya juga disebabkan penggunaan kata-kata dari bahasa daerah yaitu kata banget.

Pembenahan kedua kalimat diatas agar menjadi kalimat ragam ilmiah yang baku dapat dilihat pada bagian berikut:

1.     Pemerintah seharusnya peduli pada fakta bahwa UN telah memakan banyak korban.

2.     Banyak sekali siswa frustasi karena takut atau gagal Ujian Nasional.


Page 2