Apa saja permasalahan transportasi di laut

Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia sebagai negara maritim kini tengah berduka karena serentetan kecelakaan kapal di perairan.Setelah KM Sinar Bangun yang karam membawa ratusan orang di dalamnya di Danau Toba, berselang dua pekan giliran KM Lestari Maju yang mengalami kecelakaan saat membawa penumpang berlayar ke pulau Selayar, Sulawesi Selatan.Pengamat transportasi Azas Tigor Nainggolan menilai kecelakaan dua kapal itu sebagai puncak gunung es dari permasalahan di sistem angkutan air di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tigor menilai kasus-kasus tersebut buah dari kelalaian pemerintah daerah dalam mengawasi dan mengelola transportasi di daerahnya. Ia bahkan menyebut kejadian serupa banyak terjadi di daerah lain."Ada banyak kasus yang melibatkan pelayaran tradisional tapi tidak mendapat sorotan media karena jauh," kata Tigor yang dihubungi lewat telepon, Rabu (4/7).Kecelakaan-kecelakaan angkutan air belakangan ini menurut Tigor muncul karena anggapan tak ada masalah. Akibatnya pelayanan transportasi itu seolah berjalan tanpa pengawasan. Padahal, sejumlah masalah menumpuk sejak lama.

Persoalan di ranah transportasi perairan itu bagaimanapun telah menjadi sorotan publik di tingkat nasional, termasuk Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah yang mulai mempertanyakan jargon Indonesia sebagai negara poros maritim.

Pemda Sebagai Pangkal MasalahMiinimnya pengawasan pemda dinilai jadi pangkal masalah. Tanpa pengawasan yang cukup, tak ada yang memeriksa bahwa kapal yang melayani penumpang itu sudah tua, kapal tidak laik jalan, muatan melebihi kapasitas. Belum lagi kapal-kapal tersebut kerap tak berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi cuaca. Dalam kasus KM Sinar Bangun, faktor cuaca berperan penting selain faktor kelebihan muatan yang akhirnya menyebabkan kapal tenggelam.Itu sebabnya Tigor mengusulkan pemerintah pusat meminta gubernur dan kepala-kepala daerah di bawahnya mengawasi lebih ketat pelayaran yang ada di wilayahnya. Ia juga menyarankan Kementerian Perhubungan segera memberi pelatihan nahkoda kapal tradisional yang selama ini bekerja secara otodidak."Pemda-pemda harus diorganisir. Kalau bisa dalam minggu ini dipanggil karena ini sudah prioritas," tukas Tigor.Pria yang dulu menjabat kepala dewan transportasi Jakarta itu menambahkan pemerintah tak perlu memberi moratorium pelayaran tradisional. Alasannya, ada banyak warga yang mobilitasnya bergantung pada kapal tradisional seperti mereka yang tinggal di Kalimantan.

Apa saja permasalahan transportasi di laut
Kondisi KM Lestari Maju saat akan tenggelam di Perairan Selayar, Sulawesi Selatan, Selasa (3/7) siang. (Dok. Istimewa).

Andil PenumpangPengamat Transportasi Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno berpendapat bahwa penumpang kapal juga turut membuat banyak korban berjatuhan jika terjadi kecelakaan di laut.Hal itu karena kebanyakan penumpang yang membawa kendaraan roda empat tidak meninggalkan kendaraan mereka saat menyeberang dengan kapal. Seperti yang terjadi dalam kecelakaan KM Lestari Maju di perairan Kepulauan Selayar.

"Kabar terakhir kalau yang di Sulsel kelebihan muatan enggak, pelampung bisa digunakan, sistemnya dudah bagus ya. Tetapi katanya karena banyak pengemudi tetap berada di dalam mobil saat menyeberang," ujar Djoko ketika dihubungi CNNIndonesia.com pada Rabu (4/7).

Dugaan penumpang enggan keluar dari kendaraannya saat berada di kapal tak hanya terjadi di KM Lestari Maju. Kecenderungan yang sama juga terjadi di kapal yang menyeberang di Merak-Bakaheuni.Karena kurangnya pengawasan yang ketat dan fasilitas kapal yang kurang membuat penumpang enggan meninggalkan mobil mereka."Nah ini kekeliruan, penumpang itu kan ada yang bawa mobil, ketika mobil masuk seharusnya penumpangnya naik. Tapi kecenderungan yang masih terjadi di penyeberangan itu penumpang masih menunggu di dalam mobil mungkin dengan mesinnya dinyalakan biar AC-nya nyaman karena kapalnya nggak ada AC-nya," paparnya.Seharusnya, hanya petugas saja yang diperbolehkan berada di dalam tempat pengangkutan mobil tersebut. Sehingga, saat terjadi kecelakaan penumpang bisa menyelamatkan diri.Djoko melanjutkan bahwa kecenderungan tersebut adalah salah satu wujud kendornya pengawasan di angkutan laut.

Apa saja permasalahan transportasi di laut
Layanan transportasi di perairan jadi masalah di Indonesia. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)

Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan yang bertanggung jawab atas Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) harusnya berani menegakkan standar pelayanan minimum yang sudah tertuang di Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 tahun 2015 mengenai tentang standar keselamatan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan."Itu bisa jadi belum dijalankan sepenuhnya. SPM itu meliputi SDM-nya meski saya kira SDM sudah. Sarananya, mengenai lingkungan juga. Nah ini mungkin masih ada orang di dalam mobil (tidak memenuhi standar lingkungan)," lanjutnya.Lebih jauh dia menilai, seharusnya Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang menjadi perpanjangan tangan Ditjen Perhubungan Laut, dan Balai Pengelolaan Transportasi Darat (BPTD) yang mewakili Ditjen Perhubungan Darat di daerah meniru ketatnya transportasi udara dan kereta api agar kecelakaan tak terus terulang."SPM sudah ada tingal bagaimana mengawasi di lapangan. Saya memberi contoh kita itu ketat di udara, sekarang udara bagus kan, perkeretaapian juga. Itu karena mereka ketat, ternyata keselamatan meningkat. Ya ditiru saja cara udara dan perkeretaapian," tandasnya.

Selain ketat dalam mengikuti peraturan, Djoko juga menekankan bahwa baik transportasi udara dan perkeretaapian rajin melakukan peninjauan kembali atas SPM mereka. Tujuannya untuk memberikan pembaruan dan relevansi atas kondisi terbaru di lapangan. (kid/gil)

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transportasi sangat berpengaruh terhadap distribusi logistik, baik di darat, laut, dan udara. Hal ini dikatakan oleh Yamin Jinca, pengamat transportasi, Selasa (26/3/2013), di Jakarta.

Pasalnya, biaya transportasi turut menyumbangkan harga barang. Bahkan menyumbangkan lebih besar daripada biaya produksi. Sehingga produk dalam negeri tidak bisa berkompetisi dengan produk luar negeri.

"Mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, sampai Papua mempunyai tujuan membalik potensi kemiskinan menuju lepas dari kemiskinan. Kesenjangan barat dan timur lumayan, kemiskinan tertinggi ada di Papua, Papua Barat, dan Maluku. Hal ini dipengaruhi dari infrastruktur," kata Guru Besar Transportasi Fakultas Teknik Universitas Hasanudin tersebut.

Infrastruktur berkorelasi dengan wilayah yang tingkat kemiskinan tinggi. Karena dipengaruhi energi, sumber daya air, transportasi, khususnya transportasi laut.

Menurut Yamin, sistem transportasi laut Indonesia kurang bagus. Hal ini dapat mengakibatkan, pertama mahalnya produk-produk dalam negeri, karena pengiriman barang dari pulau satu ke pulau lainnya memakan waktu cukup lama, begitu pula dengan proses bongkar muatnya.

Kedua masalah kapal. Kebanyakan kapal yang dimiliki perusahaan Indonesia berumur tua. Hal ini dapat membuat cost untuk pemeliharaan tinggi, sehingga total cost untuk meneransfer barang menjadi lebih mahal. Ketiga masalah permodalanan yang terkait investasi. Kapal merupakan barang mahal, tetapi sulit untuk recovery investasi. Pasalnya perusahaan harus membayar kewajiban kapal ke pengelola pelabuhan, komponen biaya di laut dan BBM tinggi. Biaya tinggi ini karena diferensiasi, seperti waktu tunggu kapal terlalu lama yang juga mengarugi total cost, karena mahal.

"Kita itu negara maritim, kita dikelilingi 17.500 pulau, letak geografis kita berada tiga alur laut kepulauan. Beberapa hari lalu, jeruk dari Papolo membawa 16 ton ke Jakarta, biaya transportasi bisa Rp 10 juta lebih, berarti satu kilogram lebih mahal dari jeruk Cina, lama-kelamaan produk kita tidak laku di negara sendiri," ujar Yasmin.

Keempat, pelabuhan. Pelabuhan di Indonesia memunyai permasalahan, akses laut banyak mengalamai pendangkalan kolam dermaga yang mengakibatkan perbatasan ruang gerak, serta kapal yang bertandang. Kelima, akses darat. Indonesia memiliki kontainer menumpuk di pelabuhan. Padahal seharusnya barang di dalam kontainer didistribusikan ke tujuan atau sumber produksi. Tetapi permasalahan pelabuhan ke jalan darat bermasalah.

"Kontainer jauh lebih modern, sedangkan kondisi geometrik jalan belum diadaptasikan dengan kontainer," katanya.

Apa saja permasalahan transportasi di laut

Novianaayulestari Novianaayulestari

Permasalahan:1. Persaingan harga tiket yang tidak terkendali.Jika dulu angkutan laut merupakan alternatif yang paling murah bagi masyarakat kelas menengah ke bawah,maka sekarang setelah adanya perang tarif antarangkutan udara, darat, dan laut maka banyak masyarakat berpindah menggunakan angkutan udara karena dengan harga yang sama mereka dapat menghemat waktu tempuh.2. Pascakenaikan BBM, biaya operasional kapal makin membengkak karena 40% biaya operasional kapal untuk sekali berlayar dihabiskan untuk bahan bakar.3. Lemahnya penegakan hukum dalam manajemen pengelolaan sistem transportasi laut.4. Lemahnya sistem informasi prakiraan cuaca.Padahal,dengan sumber informasi yang lengkap dan akurat serta peralatan yang memadai, nakhoda dapat memprediksikan cuaca yang akan dihadapi selama pelayaran.Solusi:1. Memberikan subsidi terhadap faktor-faktor produksi kepada angkutan laut terutama pengadaan BBM. Jika langkah ini dilakukan, faktor operasional yang lain seperti peralatan keselamatan dan peralatan navigasi tidak terabaikan.2. Memperbaiki manajemen sistem pelayaran nasional. Ini terkait dengan aspek keselamatan dan penegakan hukum oleh pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam UU No.21/1992 tentang Pelayaran.3. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya. Dengan adanya koordinasi ini, diharapkan kegiatan monitoring dan kontrol akan menjadi lebih mudah sehingga kecelakaan dapat diantisipasi atau dampaknya dapat diminimalisasi.4. Harus segera dilakukan registrasi ulang dan audit nasional dalam waktu dekat ini terhadap kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi oleh tim independen.Semoga benar dan membantu:)

Apa saja permasalahan transportasi di laut

Permasalahan 1.    Polusi udara Polusi udara adalah masuknya bahan pencemar berupa gas dan debu yang berasal dari kendaraan bermotor, sehingga mempengaruhi dan mengurangi fungsi udara. Kendaraan bermotor sebagai salah satu alat transportasi merupakan sumber pencemar terbesar di kota-kota besar. Polusi dari kendaraan bermotor dan operasi semua alat transportasi memiliki pengaruh buruk terhadap kesehatan  dan lingkungan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh polusi kendaraan bermotor adalah timbulnya hujan asam, penipisan lapisan ozon, perubahan cuaca. Pengaruh negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan yaitu seperti penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), batuk, kanker kulit, kemandulan, turunnya IQ pada anak. 2.    Polusi getaran Karena alat transportasi merupakan sumber getaran, maka harus diperhitungkan dalam perencanaan sarana transportasi yang baru. Karena polusi getaran sangat mempengaruhi ketahanan suatu jalan yang dilewatinya. 3.    Polusi suara Polusi suara diakibatkan suara-suara bervolume tinggi yang membuat daerah sekitarnya menjadi bising dan tidak menyenangkan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melampui 70 desibel (dB). 4.    Kondisi angkutan umum yang memprihatinkan Ini sangat mempengaruhi masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan tersebut. Mesin bis yang sudah tua dan sering mogok. Badan dan kursi bis juga reyot, atap bis yang bocor. 5.    Pengguna jalan seperti pengendara motor & pengemudi mobil (pribadi dan umum) masih banyak yang melanggar peraturan. Seperti: angkot ngetem, angkot ke lajur kiri untuk berhenti masih ada yang berhenti tiba-tiba tanpa menyalakan lampu sein. 6.    Masih banyak daerah yang memperlihatkan transportasi umum dan transportasi pribadi berjalan disatu ruas jalan. Seharusnya ada pemisahan, transportasi pribadi harus mempunyai jalan sendiri, begitu juga transportasi umum.

Solusi Strategis

Berdasarkan beberapa akar permasalahan tersebut, tentunya kita harus segera melakukan berbagai langkah strategis yang berkelanjutan dan tidak hanya bertindak reaktif. Beberapa langkah tersebut antara lain sebagai berikut. Pertama, memberikan subsidi terhadap faktor-faktor produksi kepada angkutan laut terutama pengadaan BBM. Jika langkah ini dilakukan, faktor operasional yang lain se-perti peralatan keselamatan dan peralatan navigasi tidak terabaikan.

Langkah lain adalah pemberian kredit lunak terha-dap pembelian kapal-kapal baru sehingga kapal-kapal tua yang sudah tidak laik melaut diganti dengan kapalkapal yang lebih bagus dan dirancang sesuai perkembangan standardisasi internasional. Kedua, memperbaiki manajemen sistem pelayaran nasional. Ini terkait dengan aspek keselamatan dan penegakan hukum oleh pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam UU No.21/1992 tentang Pelayaran.

Sebagai contoh,KMP Levina I sebenarnya sudah tidak laik melaut, namun mengapa pihak pelabuhan mengizinkan kapal tesebut tetap melaut. Ini salah satu bukti lemahnya manajemen sistem transportasi nasional.Aparat pelabuhan begitu mudahnya memanipulasi sertifikat dan dokumen kapal yang secara teknis tidak laik melaut sehingga ada kesan dokumen dan sertifikat tersebut sekadar formalitas.

Perbaikan manajemen ini sangat terkait dengan masalah moralitas dan etos kerja para aparat yang bertugas. Ketiga, melakukan koordinasi dengan berbagai pihak seperti BMG, angkatan laut, polisi udara, bea cukai, dan pihak yang terkait lainya. Dengan adanya koordinasi ini, diharapkan kegiatan monitoring dan kontrol akan menjadi lebih mudah sehingga kecelakaan dapat diantisipasi atau dampaknya dapat diminimalisasi. Langkah keempat, harus segera dilakukan registrasi ulang dan audit nasional dalam waktu dekat ini terhadap kapal-kapal Indonesia yang masih beroperasi oleh tim independen. Namun, langkah ini harus segera diikuti dengan memberikan solusi kepada kapal-kapal yang terbukti tidak laik melaut. Pada akhirnya, mari kita sikapi musibah ini secara bijak dengan mengambil setiap pelajaran yang berharga dari kecelakan tersebut serta melakukan introspeksi atas segala perbuatan dosa untuk segera bangkit dari perilaku saling menyalahkan dan kesedihan untuk memperbaiki segenap sistem transportasi laut nasional.