Apa maksud the golden rule

Tulisan ini saya ambil dari blog pribadi saya, Excel Philosophy


...

..

Sebelumnya, saya ingin menjelaskan apa definisi landasan moral universal yang saya maksudkan disini. Landasan moral universal, berarti standar yang digunakan dalam bertindak dan berlaku sama bagi setiap manusia yang ada.

Dalam lingkungan masyakat, terdapat aturan-aturan yang dijadikan landasan dalam bertindak. Namun, aturan-aturan seperti ini hanya berlaku di sekitar lingkungan masyarakat itu saja, karena aturan ini juga dibuat berdasarkan budaya setempat dan kesepakatan masyarakat tersebut. Sehingga, aturan di daerah A belum tentu sama dengan aturan di daerah B dan bahkan bisa saja bertentangan. Dengan begitu, antara satu orang dan orang lainnya bisa saja saling melabeli 'tidak bermoral', karena landasan yang dianutnya saja bertentangan.

Pada skala yang lebih umum, landasan moral yang seringkali digunakan adalah sebuah agama. Hampir semua (atau semua) ajaran agama mengajarkan ke arah kebaikan. Karena ajaran agama di klaim berasal dari entitas yang disebut Tuhan, maka tak jarang ajaran agama mengklaim bahwa nilai-nilainya bersifat universal. Namun pada praktiknya sendiri, masih sering terjadi konflik horizontal antara satu penganut agama dan penganut agama yang lainnya.

Sebenarnya, konflik atas nama agama terjadi juga bukan murni karena pengaruh agama. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi, sumber daya, wilayah, dll. Sehingga wajar jika sebagian besar penganut agama mengatakan bahwa konflik agama itu sendiri disebabkan oleh 'oknum'.

Tetapi, disinilah kelemahan dari agama. Karena agama dianggap memiliki pengaruh besar bagi sebagian besar manusia, maka nilai-nilai agama menjadi rentan 'diperkosa' oleh orang-orang yang dianggap oknum. Jika ini terjadi terus menerus, maka nilai-nilai yang telah 'diperkosa' tersebut bisa saja di doktrin kan kepada orang-orang, sehingga nilai universal agama hilang dan menjadi tidak kompatibel lagi di zaman sekarang.

Berdasarkan hal ini, kita bisa simpulkan bahwa selamanya tak ada landasan moral yang berlaku universal jika hanya mengandalkan faktor-faktor yang berada di luar manusia seperti agama, budaya, adat, dll (setidaknya untuk saat ini).

Jika seperti itu, berarti kita harus melihat kembali ke dalam diri manusia, yang sesuai dengan hakikat manusia sebenarnya. Sebagai manusia, kita memiliki apa yang disebut sebagai instrumen berpikir dan nurani. Instrumen berpikir, berfungsi untuk mengolah informasi-informasi yang datang dari luar diri manusia. Namun, jika memutuskan apa yang baik dan buruk hanya dengan menggunakan instrumen berpikir, maka hasilnya akan relatif bagi setiap orang, karena kemampuan berpikir setiap orang tentu saja berbeda.

Satu-satunya alasan mengapa konsep luar saja tidak bisa dijadikan landasan yang universal, bahkan konsep agama yang katanya di klaim sebagai wahyu Tuhan, itu karena manusia perlu mempersepsikan kembali informasi yang datang dari luar. Karena kemampuan persepsi setiap orang itu relatif, maka informasi tersebut bisa saja berlaku bagi sebagian orang saja, sehingga hal itu tidak bisa berlaku universal.


Apa maksud the golden rule

Lihat Filsafat Selengkapnya

JANGAN LEWATKAN

Percakapan dalam sebuah video yang diduga antara seorang Ibu-ibu dengan pengusaha Jamaan Nurchotib Mansur alias Ustaz Yusuf Mansur viral di…

Lakukan pemotretan hingga pakaian dalam terlihat, Luna Maya langsung bikin geger warganet. Siapa yang tak mengenal sosok artis cantik Luna…

Ragil Mahardika akhirnya mudik ke Indonesia setelah sekian tahun menetap di Jerman. Tak lupa, pria asal Medan ini membawa serta…

Kedekatan Luna Maya dengan sosok pria ini di belakang panggung memicu keterkejutan netizen. Sebab, tak satu orang pun menyangka Luna…

Usai diceraikan oleh mantan istrinya, Puput, nyatanya tak membuat Doddy Sudrajat berhenti mencari pasangan. Bahkan baru-baru ini disebut-sebut sosok Doddy…

Siapa sih yang tak kenal dengan sosok Vicky Prasetyo? Beberapa waktu lalu Vicky Prasetyo menjadi sorotan usai pernikahannya dengan Kalina…

Kehidupan para artis kini bukan lagi jadi rahasia, hal itu karena seringnya para artis sendiri yang membocorkan soal kehidupan pribadinya,…

Masih ingat dengan Zarima Mirafsur yang dijuluki ratu ekstasi? Dijuluki ratu ekstasi, begini kisah tragis Zarima Mirafsur yang pernah melahirkan…

Kehadiran Ameena Hanna Nur Atta membawa kehangatan dan keceriaan bagi keluarga besar Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar. Apalagi hubungan Aurel…

Jadi rahasia publik, perjalanan asmara Rizky Febian dan Mahalini Raharja diketahui kian hari kian lengket. Enggan berlama-lama pacaran, kabarnya Rizky…

  1. Home /
  2. Archives /
  3. Vol. 6 No. 3 (2020) /
  4. Articles

https://doi.org/10.23887/jpbj.v6i3.25978
film pendek, golden rule, Peirce

Abstrak

Film Rain Town merupakan sebuah film pendek karya Hiroyasu Ishida yang dirilis tahun 2011. Dalam film pendek Rain Town banyak scene yang menggunakan Golden Rule sebagai komposisinya. Golden rule (aturan emas atau etika timbal balik) sendiri memiliki  makna cara melakukan moral yang lahir berdasarkan landasan nurani dan pikiran manusia pengertian lainnya yaitu “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Matius 7:12). Golden Rule atau peraturan Emas merupakan strategi pendekatan hubungan antarmanusia yang kuat dalam sejarah dunia. Dalam arti lain, golden rules diartikan sebagai hubungan timbal balik antara manusia dengan konsep yang positif dan bukan negatif. Agar lebih mudah memahami golden rule maka ada pepatah 'manusiakan manusia jika ingin dianggap manusia'.  Pelaksanaan aturan emas dalam kehidupan menghasilkan hubungan yang erat antar manusia dengan saling menghormati sesama insan manusia terlepas dari perbedaan yang dimiliki masing-masing.

Dalam film pendek “Rain Town” kami para penulis ingin mengembangkan makna Golden rule yang terdapat pada film pendek tersebut. Selain itu, dalam film pendek Rain Town  terdapat environmental fog (suasana lingkungan)  serta blur untuk menggambarkan kesan yang lebih jauh serta bagian mana yang lebih ingin difokuskan untuk penyampaian makna dari Golden Rule dari sang kreator.

Penelitian tentang Golden Rule dalam film pendek “Rain Town”, kami lakukan dengan melihat tanda-tanda yang terdapat pada film tersebut. Dengan itu, kami menggunakan gagasan Peirce dalam penelitian ini yang membagi tanda menjadi tiga kategori yaitu ikon, indeks dan simbol dalam menciptakan makna. Sehingga, kami tim penulis mengkaji film pendek ini dengan memandang unsur intrinsik seperti tema, latar, alur dan penokohan dan unsur ekstrinsik dalam film pendek.

Berdasarkan hasil intepretasi Golden Rule dengan menggunakan pendekatan semotika Peirce. Ikon, indeks dan simbol dalam film pendek Rain Town menceritakan tentang kondisi kota yang selalu turun hujan karena kondisi inilah membuat banyak orang mulai meninggalkan kota tersebut. Berjalannya waktu kota tersebut mulai sepi ditinggal pergi oleh warganya dan pada akhirnya menjadi mati. Tetapi ada sebuah robot yang masih setia bertahan di kota tersebut dengan sebuah alasan yang yang menyangkut tentang kenangan dalam kota hujan. Oleh karena itu, dari analisis semiotika tersebut bisa disimpulkan bahwa film ini mempunyai banyak makna makna tersirat didalamnya sehingga penonton dapat menyimpulkan dari berbagai interpretasi.

       Sebelumnya, saya ingin menjelaskan tentang definisi landasan moral universal yang akan saya bahas disini. Landasan moral yang dalam artian standar yang digunakan dalam bertindak dan berlaku sama bagi setiap seluruh manusia.

       Dalam lingkungan masyakat, terdapat aturan-aturan yang dijadikan landasan dalam bertindak. Namun, aturan-aturan seperti ini hanya berlaku di sekitar lingkungan masyarakat itu saja, Karena aturan ini juga dibuat berdasarkan budaya setempat dan kesepakatan masyarakat tersebut. Sehingga, aturan di daerah A belum tentu sama dengan aturan di daerah B dan bahkan bisa saja bertentangan. Dengan begitu, antara satu orang dan orang lainnya bisa saja saling melabeli ”tidak bermoral”, karena landasan yang dianutnya saja bertentangan.

       Pada skala yang lebih umum, landasan moral yang seringkali digunakan adalah sebuah agama. Hampir semua ajaran agama mengajarkan ke arah kebaikan. Karena ajaran agama di klaim berasal dari entitas yang disebut Tuhan, maka tak jarang ajaran agama mengklaim bahwa nilai-nilainya bersifat universal. Namun pada praktiknya sendiri, masih sering terjadi konflik horizontal antara satu penganut agama dan penganut agama yang lainnya.

ARTIKEL TERKAIT •

Ini yang Terjadi Jika Serangga Punah

       Sebenarnya, konflik atas nama agama terjadi juga bukan murni karena pengaruh agama. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi, sumber daya, wilayah, dll. Sehingga wajar jika sebagian besar penganut agama mengatakan bahwa konflik agama itu sendiri disebabkan oleh ”oknum”.

       Tetapi, disinilah kelemahan dari agama. Karena agama dianggap memiliki pengaruh besar bagi sebagian besar manusia, maka nilai-nilai agama menjadi rentan ”dimanfaatkan” oleh orang-orang yang dianggap oknum. Jika ini terjadi terus menerus, maka nilai-nilai yang telah ”dimanfaatkan” tersebut bisa saja di doktrin kan kepada orang-orang, Sehingga nilai universal agama hilang dan menjadi tidak kompatibel lagi di zaman sekarang.

       Berdasarkan hal ini, kita bisa simpulkan bahwa selamanya tak ada landasan moral yang berlaku universal jika hanya mengandalkan faktor-faktor eksternal yang berada di luar manusia seperti agama, budaya, adat, dll.

       Jika seperti itu, berarti kita harus melihat kembali ke dalam diri manusia, yang sesuai dengan hakikat manusia sebenarnya. Sebagai manusia, kita memiliki apa yang disebut sebagai instrumen berpikir dan nurani. Instrumen berpikir, berfungsi untuk mengolah informasi-informasi yang datang dari luar diri manusia. Namun, jika memutuskan apa yang baik dan buruk hanya dengan menggunakan instrumen berpikir, maka hasilnya akan relatif bagi setiap orang, karena kemampuan berpikir setiap orang tentu saja berbeda.

ARTIKEL TERKAIT •

Lahirnya Ateis Militan yang Mengancam Believers

       Satu-satunya alasan mengapa konsep eksternal saja tidak bisa dijadikan landasan yang universal, bahkan konsep agama yang katanya di klaim sebagai wahyu Tuhan, itu karena manusia perlu mempersepsikan kembali informasi yang datang dari luar. Karena kemampuan persepsi setiap orang itu relatif, maka informasi tersebut bisa saja berlaku bagi sebagian orang saja, sehingga hal itu tidak bisa berlaku universal.

       Maka dari itu, manusia memiliki nurani. Tetapi, nurani tidak bisa bekerja sendirian. Nurani perlu konsep luar yang sebelumnya telah diolah oleh pikiran manusia untuk diolah kembali menjadi sebuah konsep baik dan buruk. Karena nurani setiap orang itu sama, maka tak ada kebaikan dan keburukan yang bersifat relatif.

       Dari konsep inilah, muncul apa yang disebut sebagai golden rule atau aturan emas yang berbunyi “perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan“. Golden Rule adalah cara melakukan moral yang lahir berdasarkan landasan nurani dan pikiran manusia. Jika ini diberlakukan, maka manusia tidak perlu lagi menganggap agama sebagai landasan moral tertinggi sehingga harus dibela. Mungkin konflik akan tetap ada dan akan selalu ada selama masih ada manusia yang memiliki kepentingan pribadi dan dibarengi dengan nafsu. Tetapi setidaknya dunia akan menjadi lebih tenang dan bisa meminimalisir pertentangan walaupun memakan waktu yang tidak sebentar.

ARTIKEL TERKAIT •

Pengertian Animisme dan Dinamisme

Apa maksud the golden rule
Apa Itu Golden Rule Dan Bagaimana Konsepnya? Mari Simak Penjelasan Dibawah Ini 1

sumber : excel philosophy dan tambahan dari saya