Apa kelebihan penelitian dengan pendekatan mixed method?

NURHIDAYAH AZMI Kelebihan dan kekurangan mix methode Kelebihan 1. Mixed method research menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah penelitian, kerana peneliti memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat pengumpul data sesuai dengan jenis data yang diperlukan -Sedangkan kuantitatif atau kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja. Mixed method research dapat menjawab pertanyaan penelitian yang tidak dapat dijawab oleh penelitian kuantitatif atau kualitatif. -Mixed method research mendorong peneliti untuk melakukan kolaborasi, yang tidak banyak dilakukan oleh penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Kolaborasi dimaksudkan adalah kolaborasi sosial, behavioral, dan kolaborasi humanistik. KELEMAHAN 1. DONI MIX Methode B PENDEKATAN PENELITIAN METODE CAMPURAN A. Pengertian dan Perkembangan Penelitian Metode Campuran Penelitian metode campuran (mixed methods) merupakan pendekatan penelitian yang mengombinasikan atau mengasosiasikan bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan penggabungan kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian (Branen, 1992; Creswell, 2009; Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Hanson dalam Sarwono, 2011). Pendekatan penelitian ini lebih kompleks tidak sekedar mengumpulkan dan menganalisis dua jenis data, dari pada melibatkan fungsi dari dua pendekatan penelitian tersebut secara kolektif sehingga kekuatan penelitian ini secara keseluruhan lebih besar ketimbang penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan metode campuran berbeda dengan penggunaan banyak metode. Pengertian pertama mencakup penggunaan beberapa metode dalam konteks penelitian yang menggunakan pendekatan berbeda yaitu kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan pengertian yang kedua menggunakan metode dalam konteks penelitian yang menggunakan pendekatan yang sama, yaitu kuantitatif atau kualitatif. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metode campuran ialah menggunakan dua atau lebih metode yang diambil dari dua pendekatan yang berbeda yaitu pendekatan kualitatif atau kuantitatif (dapat sebaliknya). Penggunaan dalam penelitian yang dimaksud yaitu penelitian yang sedang dilaksanakan untuk memperoleh data kuantitatif dan kualitatif yang digunakan sebagai bukti empiris dalam menjawab rumusan masalah penelitian. Konsekuensinya, dengan penggunaan metode campuran temuan penelitian akan lebih baik, lengkap dan komprehensif. Berikut ini, antara lain adalah batasan/definisi dari beberapa ahli tentang penelitian metode campuran yang dikoleksi oleh Johnson, Onwuegbuzie, dan Turner (2007) sebagai berikut: Steve Curral Mixed methods research involves the sequential or simultaneous use of both qualitative and quantitative data collection and/or data analysis techniques. Jennifer Greene Mixed methods inquiry is an approach to investigating the social world that ideally involves more than one methodological tradition and thus more than one way of knowing, along with more than one kind of technique for gathering, analyzing, and representing human phenomena, all for the purpose of better understanding. Janice Morse A mixed methods design is a plan for a scientifically rigorous research process comprised of a qualitative or quantitative core component that direct the theoretical drive, with qualitative or quantitative suplementary component(s). These components of the researh fit together to enhance description, understanding and can either be conducted simultaneously or sequentially. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa di tengah adalah letak kesamaan (pure) metode campuran antara kualitatif dan kuantitatif, sedangkan pengembangan ke arah kiri atau kanan (kualitatif – kuantitatif) menunjukkan dominasi dari pendekatan metode campuran dimaksud (QUAL+ qual atau QUAN+ quan). Mixed Methods Broadly Speaking Pure Qualitative Pure Quantitative Pure Qualitative Mixed Mixed Mixed Quantitative Qualitative Equal Status Quantitative Dominant Dominant Gambar 4.1 Tiga Paradigma Penelitian dan Subtipe Penelitian Metode Campuran Konsep untuk menggabungkan/mencampur metode-metode yang berbeda, pada hakikatnya muncul ketika Campbell dan Fisk menggunakan metode-jamak (mutimethods) dalam meneliti kebenaran watak-watak psikologis (Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Creswell, 2009). Berdasarkan penelitian tersebut, peneliti-peneliti lain terdorong menggunakan matriks metode jamak untuk menguji kemungkinan digunakan pendekatan-jamak (multiple approaches) dalam pengumpulan data penelitian. Berawal dari inilah, banyak orang yang kemudian menggabungkan metode-metode sekaligus pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan metode-metode tersebut, misalnya menggabungkan metode observasi dan wawancara untuk koleksi kumpulan data kualitiatif dengan metode suvei tradisional untuk koleksi kumpulan data kuantitatif (Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Sieber dalam Creswell (2009). Dimungkinkannya sejumlah metode digabung/dicampur jadi satu telah menuntun para pakar untuk mengembangkan prosedur-prosedur penelitian berdasarkan metode gabungan/campuran, yang memiliki prosedurnya masing-masing. Istilah-istilah untuk menyebut rancangan metode gabungan/campuran pun masih beragam, seperti multi-method, convergence, integrated, dan combined (Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Creswell & Plano Clark dalam Creswell, 2009). Popularitas penggunaan penelitian dengan menggunakan metode campuran dewasa ini, diawali oleh beberapa fase perkembangan. Pertama, periode formatif (1950-an s.d 1980-an). Pada periode ini penggunaan penelitian campuran masih bersifat tentatif, maksudnya peneliti menggunakan metode ini baru memulai uji coba serta masih kurang memperhatikan paradigma yang harus digunakan dalam mencampur metode. Kedua, periode perdebatan paradigma (1970-an s.d 1980-an). Pada periode ini para ahli memulai memunculkan isu-isu yang berkaitan dengan paradigma cara menggabung metode secara benar. Kemudian mulai memperdebatkan pengakuan dalam dunia ilmiah terhadap kemungkinan peneliti menggunakan metode campuran. Ketiga, periode pengembangan prosedur (1980-an). Pada periode ini para ahli sudah memulai memikirkan dan mendiskusikan rancangan penggunaan metode campuran. Para ahli memikirkan merancang desain penelitian yang dapat diterima dalam dunia ilmiah dan yang sesuai dengan kaidah yang sudah berlangsung selama ini. Keempat, periode memperkenalkan sebagai desain yang terpisah (2000-an). Pada periode ini para ahli metodologi mulai memperkenalkan metode penelitian campuran sebagai metode yang tersendiri dengan segala konsekuensi sebagai sebuah metode penelitian sebagaimana metode penelitian kuantitatif dan kualitatif yang selama ini sudah dikenal dan digunakan oleh para peneliti di seluruh dunia (Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Sarwono, 2011). B. Asumsi-Asumsi Penelitian Metode Campuran Penentuan pendekatan penelitian metode campuran didorong oleh asumsi-asumsi filosofis, yaitu epistemologis dan ontologis. Lebih lanjut asumsi-asumsi filosofis ini membentuk persepsi yang meyatakan bahwa terdapat perbedaan secara mendasar antara penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Perbedaan prinsip filosofis ini menimbulkan kompetisi yang kemudian disebut sebagai paradigma yang menuntut masing-masing metode yang berbeda (Tashakkori dan Charles Teddlie (ed), 2003; Creswell, 2009; Lincoln & Guba, 2000; Sugiyono, 2010; Sarwono. 2011). Brymman dalam Sarwono (2011) menyatakan bahwa masalah perbedaan filosofis tidak sesederhana ini dan menjadi semakin kompleks. Sebab, masing-masing aliran filosofis tersebut ternyata mendefinisikan penelitian justru bukan alirannya sendiri. Peneliti kualitatif yang berusaha mendefinisikan penelitian kuantitatif didasarkan pada kaca mata mereka sendiri sehingga terjadi perbedaan antara kedua pendekatan ini semakin menjadi kompleks. Penelitian kuantitatif berkiblat kepada aliran positivisme, sehingga muncul sebutan-sebutan terhadap metode penelitian kuantitatif yaitu metode tradisional, positivistik, scientific, dan metode discovery. Sedangkan penelitian kualitatif berkiblat kepada aliran post-positivistik, sehingga muncul sebutan-sebutan terhadap metode penelitian kualitatif yaitu sebagai metode baru, postpositistik, artistik, dan interpretatif (Sugiyono, 2010). Perdebatan mengenai paradigma dapat tidaknya peneliti mencampur penelitian pendekatan kuantitatif dan penelitian pendekatan kualitatif, tidak serta merta mereda. Terdapat tiga aliran besar yang menyikapi masalah ini, yaitu pandangan kelompok beraliran keras, pandangan kelompok pragmatis, dan pandangan kelompok dialektis. Pandangan kelompok garis keras, berpendapat bahwa mencampur kedua pendekatan merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan, karena filsafat yang mendasari tiap-tiap pendekatan berbeda. Filsafat positivisme sebagai payung pendekatan penelitian kuantitatif berpandangan bahwa realitas kehidupan dapat diketahui secara objektif dan dalam tataran tertentu dapat dilihat dari hubungann sebab-akibat. Sementara itu, penganut pendekatan kualitatif berpandangan bahwa kenyataan kehidupan padat dibangun secara sosial dan hanya dapat diketahui dari beberapa sudut pandang yang subjektif. Itulah sebabnya sebuah penelitian dianggap tidak akan pernah bebas nilai. Jika kedua pandangan tersebut diperhadapkan maka diketahui bahwa keduanya bertentangan satu dengan lainnya. Konsekuensinya sulit untuk menggabung kedua pandangan yang bertolak belakang. Pandangan kelompok pragmatis, memandang persoalan penggabungan ini didasarkan sudut pandang kegunaan praktis. Tashakhori dan Teddie (ed), (2003) menyatakan bahwa pendekatan metodologi dan filosofis apa saja akan dapat bekerja untuk masalah penelitian dalam suatu kajian tertentu. Sementara itu, Patton dalam Sarwono (2011) mengatakan bahwa desain penelitian dan keputusan-keputusan implementasinya dibuat sesuai dengan metode mana yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam suatu penelitian tertentu. Oleh karena itu, dalam pendangan kelompok pragmatis penggabungan metode umumnya memikirkan teknik dan prosedur apa yang terbaik yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah penelitian tertentu. Dengan demikian, penggabungan metode yang berbeda dapat dilakukan dalam kajian tertentu jika seseorang peneliti memutuskan bahwa penggabungan tersebut akan membantu membuat koleksi dan analisis data menjadi semakin akurat dan inferensinya akan menjadi lebih bermanfaat. Pandangan kelompok dialektis, cenderung untuk mencari manfaat sinergis dari paradigma positivisme dan postpositivisme. Hal ini didasarkan bahwa dengan menemukan titik temu antara dua pandangan yang berbeda akan memberikan manfaat bagi peneliti yang menggunakan pendekatan gabungan. Asumsi yang digunakan ialah penelitian dengan menggunakan campuran akan menjadi lebih kuat karena pemahaman terhadap gejala yang dikaji akan menjadi lebih lengkap. Selanjutnya, para peneliti kelompok pandangan dialektis, percaya bahwa menjadi lebih etis untuk mencampur metode untuk menghadirkan pluralitas kepentingan, suara dan perspektif. Inti pandangan dialektis ialah adanya kesadaran akan manfaat dari sinergi dua pandangan yang berbeda mengenai realitas pengetahuan dan posisi nilai dalam suatu penelitian. Pola pikir yang perlu dimiliki oleh para peneliti adalah bahwa penggunaan pendekatan penelitian campuran semata-mata diperuntukkan demi tercapainya manfaat yang sama dan ketepatan tujuan sebagaimana ditekankan oleh kelompok pragmatis, tetapi melalui pendekatan yang saling melengkapi. Kesadaran pandangan kelompok pragmatis dan dialektis bahwa memang tidak mungkin membuat kedua pendekatan yang berbeda menjadi sama, tetapi di antara ketidaksamaan ini terdapat hal-hal yang masih dapat diambil manfaatnya jika dipandang dari pragmatisme dan dialekisme. Berikut ini adalah gambaran pendekatan-pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran. Tabel 4.1 Pendekatan-Pendekatan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran | Kecenderungan | Pendekatan Kualitatif | Pendekatan Kuantitatif | Pendekatan Metode Campuran | ·Menggunakan asumsi-asumsi filosofis ini | ·Klain-klaim pengetahuan konstruktivis/advokasi/ partisipatoris | ·Klaim-klaim pengetahuan post-positivis | ·Klain-klaim pengetahuan pragmatis | ·Menggunakan starategi-strategi penelitian ini | ·Fenomenologi, grounded theory, etnografi, studi kasus, dan naratif | ·Survei dan eksperimen | ·Sekuensial, konkuren, dan transformatif | ·Menerapkan metode-metode ini | ·Pertanyaan-pertanyaan terbuka, pendekatan-pendekaran yang berkembang dinamis (fleksibel/emerging) data tekstual dan gambar | ·Pertanyaan-pertanyaan terbuka, pendekatan-pendekatan yang predetermined (sudah ditentukan sebelumnya), data berupa angka-angka | ·Pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tertutup pendekatan-pendekatan yang berkembang dinamis (emerging) dan sudah ditentukan sebelumnya (predetermined) , analisis data kuantitatif dan data kualitatif | ·Menerapkan praktik-praktik penelitian ini | ·Posisi-posisi dia ·Mengumpulkan makna dari para partisipan ·Fokus pada satu konsep atau fenomenon ·Membawa nilai-nilai pribadi ke dalam penelitian ·Meneliti konteks atau setting pertisipan ·Memvalidasi akurasi penemuam-penemuan ·Menginterpretasi data ·Membuat agenda perubahan atau reformasi ·Berkolaborasi dengan partisipan | ·Menguji/ memverifikasi teori atau penjelasan ·Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti ·Menghubungkan variabel-variabel dalam rumusan masalah dan hipotesis penelitian ·Menggunakan standar-standar validitas dan reliabilitas ·Mengobservasi dan mengukur informasi secara numerik (angka-angka) ·Menerapkan pendekatan-pendekatan yang bebas-bias ·Menerapkan peosedur-prosedur statistik | ·Mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif ·Membuat rasionalisasi atas digabungkannya dua data ·Menggabungkan data pada tahap-tahap penelitian yang berbeda ·Menyajikan gambaran visual tentang prosedur-prosedur ·Menerapkan praktik-praktik kuantitatif dan kualitatif Sumber : Creswell (2009:17) Kehati-hatian peneliti dalam memilih pendekatan penelitian sangat diperlukan, sebab setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahan. Pengetahuan akan kekuatan dan kelemahan berbagai pendekatan, memungkinkan peneliti dapat meningkatan kecermatannya dalam pemilihan pendekatan penelitian dimaksud. Berikut ini dikemukakan kekuatan dan kelemahan pendekatan penelitian campuran, sebagaimana dikemukakan oleh Sarwono (2011). Kekuatan-kekuatan pendekatan penelitian campuran 1) Penggunaan kata-kata, gambar, dan narasi dapat digunakan untuk memperkaya eksplanasi makna angka-angka yang ada 2) Angka dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan penggunaan kata-kata, gambar, dan narasi. 3) Mengakomodasi kekuatan-kekuatan penelitian kuantitatif dan kualitatif 4) Peneliti dapat menciptalan dan menguji “grounded theory” 5) Peneliti dapat menjawab secara lebih luas jangkauan pertanyaan-pertanyaan penelitian karena peneliti tidak terkekang dengan satu metode atau pendekatan 6) Peneliti dapat menggunakan kekuatan-kekuatan metode tambahan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan pada metode yang lain dengan menggunakan kedua metode yang berbeda dalam kajian penelitiannya. 7) Peneliti dapat memberikan bukti yang lebih kuat untuk membuat kesimpulan yang diperoleh melalui konvergensi dan kolaborasi temuan-temuan. 8) Peneliti tambah menambah wawasan dan pemahaman yang mungkin terluput jika hanya menggunakan satu metode tunggal 9) Dengan menggunakan metode campuran, maka generalisasi hasil dapat ditingkatkan. 10) Pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan bersama akan menghasilkan pengetahuan yang lebih lengkap yang diperlukan untuk menginformasikan teori dan praktik. Kelemahan-kelemahan pendekatan penelitian campuran 1) Jika melakukan hanya satu penelitian, maka yang bersangkutan akan menemukan kesulitan karena harus melakukan penelitian dengan dua metode yang berbeda apalagi jika penelitian gabungan dilakukan secara bersamaan. 2) Peneliti harus belajar berbagai metode dan pendekatan dan memahami bagaimana caranya menggabung kedua metode berbeda tersebut secara tepat 3) Para penganut aliran satu metode menganjurkan bahwa sebaiknya seorang peneliti harus selalu hanya menggunakan satu pendekatan saja, kuantitatif atau kualitatif saja. 4) Biaya penelitian akan menjadi lebih mahal. 5) Waktu yang digunakan akan menjadi lebih lama. 6) Detail-detail tertentu akan tetap harus dikerjakan oleh ahli metodologi penelitian, C. Menyusun Proposal Penelitian Metode Campuran Sebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur penelitian yang akan dibuat. Struktur proposal akan berbeda tergantung pada apakah penelitian itu kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Peneliti dapat meramu atau menggabungkan format kuantitatif dan kualitatif dalam membuat proposal pendekatan penelitian gabungan. Ilustrasi contoh format proposal yang dikemukakan Creswell (2003) berikut ini dapat menjadi ilustrasi dalam membuat proposal penelitian metode campuran. | CONTOH FORMAT PROPOSAL PENDEKATAN PENELITIAN METODE CAMPURAN Pendahuluan Latar belakang masalah Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga membahas masalah tersebut Kekurangan-kekurangan dalam penelitianpenelitian sebelumnya dan satu kekurangan yang membuat peneliti merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan untuk menutupi kekurangan ini. Manfaat penelitian yang diharapkan diperoleh untuk para pembaca Tujuan Penelitian Tujuan atau manfaat penelitian dan rasionalisasi digunakannya metode campuran Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif, rumusan masalah kualitatif, rumusan masalah metode campuran) Landasanlandasan filosofis tentang penelitian metode campuran Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dan tinjauan metode campuran) Metode Campuran Definisi penelitian metode campuran Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya. Tantangan-tantangan mengggunakan rancangan ini dan bagaimana menghadapi tantangan-tantangan tersebut. Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut. Referensi dan penyertaan diagram visual. Pengumpulan dan analisis data kuantitatif Pengumpulan dan analisis data kualitatif Prosedur-prosedur analisis data metode campuran Pendekatan-pendekatan dalam memvalidasi data kuantitatif dan kualitatif. Sumber-sumber dan skill-skill/track record peneliti. Isu-isu etis yang mungkin muncul. Catatan waktu dalam penyelesaian penelitian. Referensi dan lampiran-lampiran, seperti instrumen penelitian, protokol penelitian, dan bentuk-bentuk visual lain. Sumber Creswell, 2003 Berdasarkan contoh tersebut, peneliti menerapkan komponen-komponen kuantitatif dan kualitatif (khususnya tujuan penelitian, dan rumusan masalah) sebagai komponen-kompen pendekatan penelitian metode campuran. Oleh karena itu, sangat penting peneliti menjelaskan sejak awal alasan-alasan diterapkannya pendekatam metode campuran dan mengidentifikasi elemen-elemen kunci dari rancangan proposal itu, seperti jenis / strategi metode campuran, gambaran visual prosedur-prosedur penelitian secara umum, dan prosedur-prosedur pengumpulan dan analaisis data kuantitatif dan kualitatif. D. Model Metode Campuran Menurut Hesse Hesse dalam Sarwono (2011) mengemukakan dua cara dalam membuat desain penelitian campuran. Model dimaksud dibedakan berdasar tujuan yang berbeda yaitu (1) desain metode campuran paralel (2) desain metode campuran berurutan 1. Desain Metode campuran Paralel Desain paralel dilakukan dengan menggunakan secara bersama kedua penelitian (kuantitatif dan kualitatif), dilakukan dalam kajian yang terpisah tetapi dalam kegiatan penelitian yang sama. Dominasi diberikan kepada komponen kuantitatif atau sebaliknya. Secara bagan penelitian campuran tersebut terlihat seperti pada Gambar 4.2. | Masalah dan Pertanyaan Penelitian | Desain Metode Campuran | Penelitian Kuantitatif Koleksi Data Kuantitatif | Penelitian Kualitatif Koleksi Data Kualitatif | Analisis data | Analisis Data | Temuan Penelitian Sumber Hesse dalam Sarwono (2011)Gambar 4.2Desain Metode Campuran Praralel Berdasarkan Gambar 5.2, penelitian dimulai dengan merumuskan masalah yang akan diteliti dan sekaligus mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Langkah berikutnya ialah membuat desain metode campuran, yaitu desain penelitian kuantitatif untuk mencari data sesuai dengan rumusan masalah. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis data sehingga hasil temuan dapat disimpulkan.Pada saat yang bersamaan peneliti juga melakukan penelitian kualitatif secara terpisah untuk menjaring data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis sampai ditemukan temuan-temuan hasil penelitian. Selanjutnya, dari masalah penelitian gabungan diterjemahkan dalam dua penelitian yang terpisah tetapi dilakukan secara paralel.Sebelum peneliti melakukan penelitian kuantitatif, peneliti harus membuat desain penelitian kuantitatif yang meliputi cara menjaring data (survei) dengan instrumen penjaring data (kuesioner) dan pengambilan sampling probabilitas (penarikan sampel dari populasi tertentu). Bersamaan dengan itu peneliti juga membuat desain penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara (in depth interview) terhadap informan terpilih dengan teknik non-probalilitas sampai data terjaring. Data dianalisis secara kualitatif sampai ditemukan hasil penelitiannya.Penemuan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif kemudian digabung atau diintegrasikan dengan temuan penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif sampai diperoleh simpulan berupa jawaban-jawaban terhadap perumusan masalah penelitian gabungan yang dimaksud. Berikut ini adalah contoh penelitian campuran paralel.Bagaimana tanggapan sivitas akademika Universitas Negeri Semarang (Unnes) terhadap deklarasi Unnes sebagai Universitas Konservasi, berkaitan dengan konservasi fisik, nilai, dan budaya. Survei dilakukan untuk mengetahui tanggapan para mahasiswa dan dosen tentang deklarasi Unnes sebagai Universitas Konservasi. Sedang wawancara dilakukan terhadap pimpinan Universitas, Fakultas, dan Tim Pengembang Konservasi.Temuan digunakan untuk menjawab masalah bagaimana tanggapan sivitas akademika, yaitu mahasiswa, dosen, dan pimpinan Universitas dan Fakultas terhadap Konservasi Unnes. 2. Desain Metode Campuran Berurutan (Model I)Metode gabungan ini menggunakan pendekaran kualitatif dengan pendekatan kuantitatif sub-ordinate dari pendekatan kualitatif yang lebih dominan. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian kualitatif terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penelitian kuantitatif. Komponen kualitatif lebih diutamakan dan digunakan untuk menghasilkan teori atau konsep teori spesifik.Sedang komponen kuantitatif digunakan sebagai sarana pembantu untuk menguji gagasan-gagasan yang dihasilkan dari komponen kualitatif. Dengan demikian, data yang diperoleh dari penelitian pendekatan kuantitatif membantu dalam menafsikan temuan-temuan kualitatif untuk (1) menguji aspek-aspek teori yang muncul secara mendadak ketika penelitian dilaksanakan, (2) membuat generalisasi temuan-temuan kualitatif ke dalam sampel yang berbeda, (3) melakukan validasi seperangkat butir-butir survei tertentu (Sarwono, 2011). Model tersebut dapat dibagankan seperti pada Gambar 4.3 berikut in. | Desain Metode Campuran | Masalah dan Pertanyaan Penelitian diikuti oleh | Temuan Penelitian | Penelitian dan Analisis Data Kuantitatif | Penelitian dan Analisis data Kualitatif Sumber Hesse dalam Sarwono (2011) Gambar 4.3 Desain Metode Campuran Berurutan Berdasarkan Gambar 5.3, peneliti membuat satu rumusan masalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Rumusan masalah-masalah tersebut diterjemahkan kepada desain penelitian metode campuran. Tahap berikutnya peneliti melakukan penelitian kualitatif kemudian melakukan penelitian kuantitatif. Berdasarkan ke dua penelitian tersebut, setelah datanya dianalisis akan diperoleh temuan penelitian campuran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dari masalah penelitian dimaksud. Berikut ini adalah contoh penelitian campuran berurutan.Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengubah logo lama menjadi logo baru sekaligus mendeklarasikan sebagai Universitas Konservasi. Masalah yang ingin diketahui apakah logo baru dan pendeklarasian tersebut sudah mencerminkan visi, misi, dan tujuan Universitas.Tahap pertama peneliti melakukan penelitian kualitatif dalam bentuk focus group discussion dengan mengundang beberapa pimpinan universitas dan fakultas. Setelah selesai kegiatan tersebut kemudian peneliti melakukan penelitian kuantitatif dalam bentuk survei dengan mengambil sampel para dosen dan mahasiswa.Temuan penelitian kuantitatif tersebut kemudian digunakan untuk membuat generalisasi temuan kualitatif dalam sampel yang berbeda yaitu dari pimpinan ke dosen dan mahasiswa.Penelitian gabungan Model I dapat dikembangkan dengan Model II. Model II ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif sebagai sub-ordinate dari pendekatan penelitian kuantitatif yang lebih dominan. Model ini disebut desain eksplanatori berurutan (Sarwono, 2011). Langkahnya yaitu melakukan penelitian kuantitatif terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari setiap pendekatan kemudian dibandingkan dan dikontraskan. Tujuan pembandingan dan pengontrasan ini adalah (1) melakukan generalisasi temuan kualitatif ke sampel yang berbeda, dan (2) melakukan validasi dan / atau membandingkan temuan-temuan dari pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan dalam penelitian kuantitatif. Model tersebut dapat dibagankan seperti pada Gambar 4.4 berikut ini. | Desain Metode Campuran | Masalah dan Pertanyaan Penelitian | Penelitian dan Analisis data Kualitatif | Penelitian dan Analisis Data Kuantitatif Diikuti oleh | Temuan Penelitian | Temuan Penelitian Sumber Hesse dalam Sarwono (2011) Gambar 4.4Desain Metode Campuran Berurutan (Model II) Berdasarkan Gambar 5.4, peneliti menyusun desain penelitian metode campuran atas dasar masalah dan pertanyaan penelitian yang diajukan. Tahap pertama peneliti melakukan penelitian kuantitatif terhadap populasi tertentu (A). Penelitian pertama menemukan temuan-temuan penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Kemudian pada tahap ke dua peneliti melakukan penelitian kualitatif terhadap populasi lain (B). Temuan-temuan penelitian dari ke dua penelitian tersebut kemudian dibandingkan untuk digunakan sebagai pembanding, khususnya untuk melakukan generalisasi hasil penelitian kualitatif dengan menggunakan temuan penelitian kuantitatif. Sedangkan temuan hasil penelitian kualitatif hanya berlaku ke dalam sampel yang diteliti saja. Berikut ini adalah contoh penelitian campuran berurutan.Sebuah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ingin mengetahui bagaimanan sikap para siswa dalam menanggapai tata tertib baru sekolah sebagai saranana pendidikan moral SMK. Penelitian pertama dilakukan survei dengan cara menyebarkan kuesioner terhadap 200 siswa kelas 1, 2, dan 3 dari 500 siswa SMK tersebut. Survei menemukan hasil, diantaranya sebanyak 70% siswa menolak terhadap aturan tata tertib SMK yang baru itu.Kemudian peneliti melakukan penelitian kualitatif terhadap siswa lainnya untuk melihat tanggapan siswa terhadap Tata Tertib SMK yang baru dengan menggunakan wawancara mendalam terhadap 10 orang siswa. Hasil penelitian tersebut kemudian dibandingkan dengan temuan hasil penelitian yang pertama, apakah terdapat kesamaan mengenai sikap siswa SMK tersebut. Tujuan membandingkan ini adalah untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner tadi sudah dapat dimengerti oleh para responden. Pembandingan dilakukan dengan melakukan cek silang terhadap temuan hasil wawancara. Selain itu, hasil temuan digunakan untuk membuat generalisasi temuan hasil wawancara terhadap kelompok kecil ke dalam kelompok besar siswa yang berbeda. E. Model Metode Campuran Menurut BrymanBryman dalam Brannen (1992) mengajukan model menggabung penelitian ke dalam tiga model, yaitu (1) penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kuantitatif, (2) penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kualitatif, (3) penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif diberi bobot yang sama. 1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kuantitatifModel gabungan penelitian ini, dimaksudkan bahwa peneliti melakukan penelitian kualitatif yang hasilnya digunakan untuk melakukan penelitian yang berikutnya, yaitu pendekatan penelitian kuantitatif. Model ini dapat dibagankan seperti pada Gambar 4.5 berikut ini. | Penelitian Kuantitatif | Rumusan masalah Umum Penelitian | Penelitian Kualitatif | Temuan Penelitian (Awal) | Rumusan Masalah Khusus | Temuan Penelitian Akhir Sumber Hesse dalam Sarwono (2011)Gambar 4.5Penelitian Kualitatif Memfasilitasi Penelitian KuantitatifBerdasarkan Gambar 5.5, peneliti melakukan penelitian kualitatif. Data dijaring, misalnya dengan metode Focus Group Discussion (FGD). FGD adalah teknik pengumpulan informasi dalam penelitian kualitatif dari para informan yang diwawancarai dalam diskusi. Melalui FGD, misalnya muncul masalah yang paling dominan dalam pembicaraan, yang mengarah kepada perlunya crosscheck kepada informan lain (konsumen) dengan melakukan survei yang bersifat kuantitatif. Tujuannya untuk membuat generalisasi hasil temuan penelitian kualitatif kepada sampel lain, yaitu dari populasi yang lebih besar. 2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kualitatif Model penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kualitatif. Secara bagan, model ini seperti terlihat pada Gambar 4.6 berikut ini. | Temuan Penelitian Akhir | Rumusan masalah Umum Penelitian | Penelitian Kuantitatif | Temuan Penelitian (Awal) | Rumusan Masalah Khusus | Penelitian Kualitatif Sumber Hesse dalam Sarwono (2011)Gambar 4.6Penelitian Kuantitatif Memfasilitasi Penelitian Kualitatif Berdasarkan Gambar 4.6, dapat ditunjukkan bahwa terdapat masalah dan pertanyaan penelitian yang menghendaki jawaban atau penyelesaian berdasarkan penelitian campuran (kualitatif yang difasilitasi oleh penelitian kuantitatif). Misal, ada sebanyak 60% sivitas akademika perguruan tinggi (hasil survei) menghendaki perubahan etika pergaulan mahasiswa di kampus yang sesuai dengan moral bangsa dan etika pergaulan generasi muda cendekia. Hasil survei tersebut baru mencerminkan keinginan dari para dosen dan mahasiswa, belum memperoleh informasi pemikiran apa yang melandasi keinginan secara lengkap. Oleh karena itu, agar peneliti dapat mengungkap gambaran apa yang tersirat dari keinginan tersebut, maka perlu dilaksanakan penelitian kualitatif dengan cara melakukan wawancara kepada para karyawan, para orang tua mahasiswa, pengurus organisasi mahasiswa berdasar permasalahan yang dimunculkan oleh peneliti dimaksud. 3. Model Metode Penelitian Campuran dengan Bobot SamaPeneliti, dalam model penelitian gabungan dengan bobot sama, harus mengembangkan dua desain penelitian secara bersamaan atau secara paralel, yaitu desain penelitian kuantitatif dan kualitatif.Dalam model ini, peneliti dapat menggunakan beberapa metode yang berbeda pada saat pengambilan data di lapangan. Model ini, secara bagan dapat digambarkan seperti pada Gambar 4.7 berikut ini. | Masalah Penelitian | Penelitian Kualitatif | Penelitian Kuantitatif | Temuan Penelitian | Temuan Penelitian Sumber Hesse dalam Sarwono (2011)Gambar 4.7Model Campuran dengan Bobot yang Sama a. Berdasarkan Gambar 4.7, dapat dicontohkan penelitian dari masalah penelitian berikut: Faktor apa saja yang mendorong para guru menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral, mengapa penggunaan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral menjadi pilihan dalam proses belajar mengajar para guru? Untuk menjawab masalah pertama dapat diselesaikan dengan menggunakan survei. Caranya: pilih responden para guru dengan teknik random sederhana; bagikan kuesioner kepada mereka; gunakan statistik deskriptif untuk menganalisis awalnya dan jika ingin menggunakan analisis statistik inferensial, peneliti dapat menggunakan analisis faktor.Hasil analisis menunjukkan, misalnya diantaranya ialah a) faktor ketepatan (strategi pembelajaran), b) kecenderungan dalam dunia pendidikan moral, c) berkaitan dengan kecenderungan pendidikan moral, yaitu pendidikan karakter, dan d) melakukan eksperimen keefektifan model pembentukan karakter bangsa. Untuk menjawab formulasi masalah kedua, peneliti harus menggunakan pendekatan kualitatif, metode wawancara. Dalam wawancara peneliti menanyakan hal-hal diantaranya:b. mengapa para guru menggunakan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral?c. siapa yang melakukan seleksi penggunaan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral?d. bagaimana prosedur pemilihan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral?e. sebutkan pertimbangan utama dalam menentukan penggunaan pendekatan pembelajaran berbuat pada teori pendekatan nilai dalam pendidikan moral? Jika peneliti menggunakan model ketiga ini, hal yang perlu diingat ialah pemilihan responden harus dilakukan dalam dua kali.Pertama dengan menggunakan teknik probabilitas, peneliti memilih responden untuk mengisi kuesioner dan kedua peneliti mengambil sampel lain lagi yang akan digunakan sebagai informan dalam wawancara.Peneliti tidak boleh menggunakan responden yang sama karena yang bersangkutan menggunakan dua metode yang berasal dari pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi interpolasi (informasi yang satu dengan yang lain bertentangan, sedangkan sumbernya sama) dalam informasi yang diperolehnya. F. Model Julia BrannenBrannen (1992) mengusulkan bahwa dalam menggabung metode, didasarkan atas pertimbangan bahwa orang melakukan penelitian didorong oleh logika penelitian (logic of enquiry). Dari segi logika penelitian memunculkan pertanyaan: apakah penelitian dilakukan secara/dengan induktif atau sebaliknya dilakukan secara/dengan deduktif dalam mencari temuan-temuanya? Walaupun dalam kenyataanya banyak peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan logika pemikiran deduktif dan induktif secara bersamaan.Berikutnya, apabila logika penelitian memerlukan adanya metode gabungan, maka metode tersebut perlu dilakukan pengurutan, yaitu bersamaan atau berurutan. Kosekuensinya, dalam membuat urut-urutan penggunaan metode, hal-hal berikut harus menjadi pertimbangan: (1) apakah metode tertentu akan ditempatkan di awal penelitian, apakah metode tertentu akan digunakan sebagai pendahulu saja, apakah metode berbeda (kuantitatif dan kualitatif) akan digunakan secara bersamaan untuk menguji fenomena yang sama atau berbeda? Selain itu, pertimbangan yang perlu diperhatikan ialah bagaimana seorang peneliti memperlakukan data, apakah satu perangkat data tertentu akan diperlakukan sebagai data pelengkap didasarkan pada keterbatasan waktu atau sumber data kaitannya dengan pengumpulannya atau tahap analisisnya.Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Brannen (1992) mengemukakan usulan penelitian campuran dengan sebutan bersamaan (simultaneous) dan berurutan (sequential) dengan berbagai variasinya.1. Desain metode campuran digunakan secara bersamaana. Metode kualitatif lebih dominan dibandingkan metode kuantitatif Misal, peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan observasi langsung yang mengkaji bagaimana sebuah iklan tertib lalu lintas berdampak pada pengguna jalan dalam disiplin berlalu lintas, sementara itu, peneliti juga melakukan koleksi data demografi lingkungan tempat tinggal, dan pendidikan orang-orang yang sedang diobservasi.b. Metode kualitatif diberi bobot sama dengan metode kuantitatifMisal, peneliti melakukan penelitian kualitatif melalui metode partisipatori yang bertujuan mengetahui perilaku anak-anak penyewa CD permainan karakter pada salah satu warung persewaan CD. Bersamaan dengan itu, peneliti melakukan survei terhadap para penjual CD di pusat-pusat penjualan CD. 2. Desain metode campuran digunakan secara berurutana. Metode kualitatif lebih dominan dan dilakukan sebagai metode awal, diikuti dengan metode kuantitatif. MisalPeneliti melakukan penelitain kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam tentang alasan pasangan suami-isteri melakukan pernikahan dalam usia muda. Berdasarkan wawancara tersebut peneliti menemukan alasan utama mengapa pasangan suami-isteri melakukan pernikahan dalam usia muda. Peneliti, kemudian dengan sampel pasangan suami-isteri yang lebih besar menguji kebenaran pernyataan tersebut dengan survei. b. Metode kualitatif kurang dominan dan dilakukan sebagai metode awal kemudian diikuti dengan metode kuantitatif yang lebih dominan MisalPeneliti melakukan penelitian kualitatif menggunakan FGD untuk mengetahui sejauh mana ketertarikan para siswa terhadap pendidikan moral melalui permainan definisi dalam menanamkan rasa hormat dengan sampel kecil. Berdasarkan FGD ditemukan masalah terdapat manfaat praktis menggabungkan tabel hormat (tentang siapa dan bagaimana) dalam pendidikan moral dengan permainan definisi untuk menanamkam rasa hormat. Berdasarkan masalah tersebut peneliti melakukan eksperimen terhadap dua kelompok siswa pendidikan moral dalam menanamkan rasa hormat. Dalam hal ini, kelompok kontrol mengikuti pendidikan moral melalui permainan definisi tanpa fasilitas tabel hormat dan kelompok eksperimen menggunakan tabel hormat. c. Metode kuantitatif lebih dominan dan dilakukan sebagai metode awal kemudian diikuti dengan metode kualitatifMisalPeneliti melakukan penelitian kuantitatif dengan metode survei mengenai tanggapan para mahasiwa terhadap penempatan/pemasangan slogan-slogan moral di lingkungan kampus. Masalah yang akan diteliti ialah seberapa besar slogan-slogan tersebut memberikan manfaat dan pengaruh bagi sivitas akademika. Penelitian ini kemudian diikuti dengan penelitian kualitatif dengan menggunakan FGD dalam kelompok kecil mahasiswa dengan pertanyaan penelitian ialah apa saja alasan yang membuat para mahassiwa menyukai atau tidak menyukai slogan-slogan moral tersebut.d. Metode kuantitatif kurang dominan dan dilakukan sebagai metode awal kemudian diikuti dengan metode kualitatif yang lebih dominan. MisalPeneliti melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa data demografi, usia, pendidikan, penghasilan, kepemilikan rumah, pengeluaran pada komunitas nelayan Pantai Carita. Kemudian peneliti melanjutkan dengan melakukan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola asuh komunitas nelayan kepada anak-anaknya berkaitan dengan cara pembentukan karakter anak-anak komunitas nelayan tersebut. Data dijaring melalui wawancara mendalam.e. Metode kualitatif diberi bobot yang sama dengan kuantitatif dan dilakukan sebagai metode awal kemudian diikuti dengan metode kuantitatifMisalPeneliti, pada tahap awal melakukan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam terhadap kelompok kecil karyawan sebuah pabrik, dengan masalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan karyawan pada beberapa pabrik melakukan demo. Penelitian tersebut kemudian diikuti survei dengan menggunakan responden dalam jumlah yang lebih besar terhadap para karyawan dari beberapa pabrik untuk melakukan verifikasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh kelompok kecil yang sudah diwawancarai sebelumnya.f. Metode kuantitatif diberi bobot yang sama dengan metode kualitatif dan dilakukan sebagai metode awal kemudian diikuti dengan metode kualitatif Misal Peneliti melakukan penelitian diawali dengan metode survei tentang pembudayaan nilai moral: studi multi kasus pada tiga panti asuhan. Hasil penelitian survei, misalnya ditemukan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pembudayaan nilai-moral adalah karena pendekatan pembinaan lebih menekankan pada perilaku moral (moral action). Kemudian peneliti melanjutkan penelitian dengan menggunakan observasi terlibat langsung ke panti asuhan untuk mengetahui kebenaran hasil penelitian pertama. Diharapkan dengan menggunakan triangulasi ini, temuan penelitian pertama akan semakin valid. G. Model Onwuegbuzie dan CollinsModel pendekatan penelitian campuran yang dikembangkan oleh Onwuegbuzie dan Collins dalam Sarwono (2011) adalah didasarkan pada orientasi waktu dan kesesuaian dengan tujuan penelitian. Adapun metode-metode campuran yang muncul adalah sebagai berikut.1. Jika tujuan penggunaan metode campuran untuk triangulasi, maka sebaiknya penelitian kuantitatif dilakukan secara bersamaan dengan penelitian kualitatif dalam kajian yang sama. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian dari kedua metode tersebut dapat digunakan untuk sarana cek silang. Misal temuan suvei dapat dicek silang dengan temuan dalam wawancara mendalam.2. Jika tujuan penggunaan penelitian metode campuran untuk pelengkap, maka penelitian kuantitatif dapat dilakukan secara bersamaan dengan penelitian kualitatif atau dilakukan secara berurutan dalam kajian yang sama, misalnya penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei, kemudian diikuti wawancara mendalam dengan tujuan sebagai pelengkap. Tujuannya ialah agar informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam dapat melengkapi informasi yang berasal dari survei.3. Jika tujuan penggunaan penelitian metode campuran untuk pengembangan, maka sebaiknya penelitian kuantitatif dilakukan secara berututan dengan penelitian kualitatif dalam kajian yang sama. Pada fase pertama, misalnya, peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam dan informasi dari hasil wawancara tersebut digunakan sebagai bahan membuat pertanyaan-pertanyaan untuk kuesioner yang akan digunakan dalam survei. Tujuannya ialah agar terdapat kesinambungan antara informasi dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara berurutan.4. Jika tujuan penggunaan penelitian metode campuran untuk inisiasi, maka penelitian kuantitatif dilakukan secara bersamaan dengan penelitian kualitatif dalam kajian yang sama atau dilakukan secara berurutan.5. Jika tujuan penggunaan penelitian metode campuran untuk perluasan, maka penelitian kuantitatif sebaiknya dilakukan secara berurutan dengan penelitian kualitatif.Secara ringkas model-model gabungan tersebut seperti tertera pada Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2Penggunaan Desain Metode Campuran Berdasarkan Tujuan | Tujuan | Desain Metode Penelitian Campuran | Triangulasi | Bersamaan | Pelengkap | Bersamaan / Berurutan | Pengembangan | Berurutan | Inisiasi | Bersamaan / Berurutan | Perluasan | Berurutan Sumber : Sarwono (2011: 76)H. Model Creswell Creswell (2010) mengajukan model strategi penelitian metode campuran ke dalam dua kelompok jenis metode. Kelompok pertama yaitu strategi-strategi sekuensial, yang terdiri atas strategi eksplanatoris sekuensial, strategi eksploratoris sekuensial, dan strategi transformasional sekuensial. Kelompok kedua yaitu strategi-straregi konkuren yang terdiri atas strategi triangulasi konkuren, strategi embedded konkuren, dan strategi transformatif konkuren. Visualisasi kedua kelompok metode tersebut seperti terlihat pada Gambar 4.8 dan Gambar 4.9 berikut ini. Strategi Eksplanatoris Sekuensial (a) | KUAN | kual KUAN KUAN kual kual Interpretasi Pengumpulan Analisis Pengumpulan Analisis Keseluruhan Data Data Data Data Analisis Strategi Eksploratoris Sekuensial (b) | KUAL | kuan KUAL KUAL kuan kuan Interpretasi Pengumpulan Analisis Pengumpulan Analisis Keseluruhan Data Data Data Data Analisis Strategi Transformatif Sekuensial (c) | KUAL kuan Teori Ilmu Sosial, teori kualitatif, Pandangan Dunia Advokasi | KUAN kual Teori Ilmu Sosial, teori kuantatif, Pandangan Dunia Advokasi Sumber Creswell (2003) Gambar 4.8 Strategi-Strategi Sekuansial Strategi Triangulasi Konkuren (a) | KUAN | KUAL KUAN KUAL Pengumpulan Pengumpulan Data Data KUAN Hasl-Hasil Data yang Dikomparasikan KUAL Analisis Analisis Data Data Strategi Embedded Konkuren (b) | KUAN | kual | KUAL | kuan Analisis Penemuan Analiis Penemuan Strategi Transformasional Konkuren (c) | KUAN + KUAL Teori ilmu sosial, teori kualitatif, pandangan-dunia advokasi | KUAN Teori ilmu sosial, teori kualitatif, pandangan-dunia advokasi | kual Sumber Creswell (2003) Gambar 4.9 Strategi-Strategi Konkuren Setiap strategi metode campuran dideskripsikan dengan notasi-notasi yang sudah lazim digunakan dalam ranah metode campuran. Notasi metode campuran merupakan label-label dan simbol-simbol singkatan yang mencerminkan aspek-aspek penting yang dapat digunakan oleh para peneliti untuk mengkomunikasikan prosedur-prosedur metode campuran dengan mudah. Berikut ini adalah notasi yang diadaptasi Creswell dari Morse (1991, Tashakkori dan Teddlie (ed), (2010). (1) Simbol “+” mengindikasikan strategi pengumpulan data secara konkuren dan simultan, dengan data kualitatif dan kuantitatif yang dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu. (2) Simbol “ “ mengindikasikan strategi pengumpulan data sekuensial, dengan satu jenis data (misalnya data kualitatif) yang mendukung jenis data yang lain (misal, data kuantitatif). (3) Pengapitalan (“KUAN” atau “KUAL”) mengindikasikan suatu bobot atau prioritas yang diberikan pada data, analisis, dan interpretasi kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian metode campuran, data kualitatif dan kuantitatif dapat diprioritaskan secara seimbang, atau salah satu data dapat diutamakan ketimbang data yang lain. Pengapitalan ini mengindikasikan adanya satu pendekatan atau metode yang lebih diprioritaskan. (4) “Kuan” dan “Kual” merupakan kependekatn dari kuantitatif dan kualitatif. Keduanya menggunakan jumlah kata yang sama untuk menunjukkan keseimbangan antara dua jenis data. (5) Notasi KUAN/kual mengindikasikan bahwa metode kualitatif ditancapkan ke dalam rancangan kuantitatif. (6) Kotak-kotak mengindikasikan analisis dan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. 1. Strategi Eksplanatoris Sekuensial Strategi eksplanatoris sekuensial diterapkan dengan pengumpulan dan analisis data yang lebih condong pada kuantitatif pada tahap pertama, kemudian diikuti oleh pengumpulan dan analisis data kualitatif. Bobot/prioritas lebih diberikan pada data kuantitatif ketimbang kualitatif. Proses pencampuran data dalam strategi ini terjadi ketika hasil awal kuantitatif menginformasikan proses pengumpulan data kualitatif. Untuk itulah dua jenis data ini terpisah namun tetap berhubungan. Teori yang eksplisit bisa saja disajikan, tetapi bisa juga tidak, dalam membentuk keseluruhan prosedur. Langkah-langkah strategi ini seperti diilustrasikan pada Gambar 4.8a. Rancangan ini biasanya digunakan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan hasil-hasil kuantitatif berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data kualitatif. 2. Strategi Eksploratoris Sekuensial Strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengumpulan data kualitataif pada tahap pertama, kemudian diikuti oleh pengumulan dan analisis data kuantitataif pada tahap kedua disarkan pada hasil-hasil tahap pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama dan proses percampuran antarkedua metode terjadi ketika peneliti menghubungkan antara analisis data kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Langkah-langkah strategi ini seperti diilustrasikan pada Gambar 4.8b. Strategi ini, bisa atau tidak bisa, diimplementasikan berdasarkan perspektif teoretis tertentu. Pada level yang paling dasar, tujuan strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil kuantitif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Fokus utama dalam strategi ini adalah mengeksplorasi suatu fenomena, dan strategi ini cocok digunakan untuk menguji elemen-elemen dari suatu teori yang dihasilkan dari tahap kualitatif. Lebih dari itu, strategi ini juga dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atas penemuan-penemuan kualitatif pada sampel-sampel yang berbeda. 3. Strategi Transformatif Sekuensial Strategi transformatif sekuensial merupakan proyek dua tahap dengan perspektif teoretis tertentu. Strategi ini terdiri atas tahap pertama (baik itu kuantitatif maupun kualitatif) yang diikuti oleh tahap kedua (baik itu kuantitatif maupun kualitatif). Langkahlangkahnya seperti terlihat pada Gambar 4.8c. Perspektif ini dapat membentuk rumusan masalah yang akan dieksplorasi, menciptakan sensitivitas pengumpulan data dari kelompok-kelompok marginal, dan diakhiri dengan ajakan akan perubahan. Proses pencampuran, dalam strategi ini terjadi ketika menggabungakn antardua metode penelitian, seperti yang dilakukan dalam strategi sekuensial sebelumnya. Tujuan strategi ini adalah untuk menerapkan perspektif teoretis peneliti. Dengan diterapkannya penelitian dua tahap dalam strategi ini, peneliti dapat diharapkan dapat menyuarakan perspektif-perspektif yang berbeda, memberikan advokasi yang lebih baik kepada partisipan, atau memahami suatu fenomena dengan lebih baik. 4. Strategi Triangulasi Konkuren Peneliti, dalam strategi triangulasi konkueren mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren (dalam satu waktu), kemudian membandingkan dua database ini untuk mengetahui apakah ada konvergensi, perbedaan-perbedaan, atau beberapa kombinasi. Strategi ini pada umumnya menerapkan metode kuantitatif dan kualitatif secara terpisah untuk menutupi/menyeimbangkan kelemahan-kelemahan satu metode dengan kekuatan-kekuatan metode lain (atau sebaliknya, kekuatan satu metode menambah kekuatan metode yang lain). Pencampuran pada strategi ini terjadi ketika peneliti sampai pada tahap interpretasi dan pembahasan. Pencampuran dilakukan dengan meleburkan dua data penelitian menjadi satu (seperti mentransfornasi satu jenis data menjadi jenis data lain, sehingga keduanya dapat mudah diperbandingkan) atau dengan mengintegrasikan atau mengkomparasikan hasi-hasil dari dua data tersebut secara berdampingan dalam pembahasan. Strategi ini bermanfaat, selain karena sudah populer di kalangan peneliti, strategi ini dapat menghasilkan penemuan yang substantif dan benar-benar tervalidasi. 5. Strategi Embedded Konkuren Strategi embedded dicirikan sebagai metode campuran yang menerapkan satu-tahap pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dalam satu waktu, seperti terlihat pada Gambar 4.9b. Perbedaan dengan strategi lain, adalah bahwa strategi embedded memiliki metode primer yang memandu proyek dan database sekunder yang memainkan peran pendukung dalam posedur-prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang diprioritaskan (kuantitatif atau kualitatif) dilekatkan (embedded) atau disarangkan (nested) ke dalam metode yang lebih dominan (kualitatif atau kuantitatif. Pelekatan (embedded) ini dapat berarti bahwa metode sekunder menjabarkan rumusan masalah yang berbeda dari metode primer. Pencampuran dua data terjadi ketika peneliti mengkomparasikan satu sumber data dengan sumber data yang lain, biasanya pencampuran ini banyak muncul dalam bagian pembahasan penelitian. Strategi ini dapat digunakan agar peneliti dapat memperoleh pesrspektif-perspektif yang lebih luas karena tidak hanya menggunakan metode yang dominan saja, melainkan juga menggunakan dua metode yang berbeda. 6. Strategi Transformatif Konkuren Strategi transformatif konkuren diterapkan dengan mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara serempak serta didasarkan pada persepektif teoretis tertentu, seperti terlihat pada Gambar 4.9c. Perspektif ini dapat berorientasi pada ideologiideologi seperti teori kritis, advokasi, penelitian partisipatoris, atau pada kerangka konseptual tertentu. Perspektif ini biasanya direfleksikan dalam tujuan penelitian atau rumusan masalah, Perspektif ini pula, bahkan yang akan, menjadi kekuatan utama dalam mendefinisikan masalah, mengidentifikasikan rancangan dan sumber sumber data, menganalisis, menginterpretasi, dan melaporkan hasil penelitian. Selain itu, strategi transformatif juga dapat diterapkan dalam konteks strategi-strategi konkuren lain, seperti triangulasi dan embedded. Penerapan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi perspektif teoretis yang dibawanya. Proses pencampuran (mixing) dalam strategi ini terjadi ketika peneliti meleburkan, menghubungkan, atau melekatkan dua data yang berbeda. Strategi transformatif konkuren ini saling berbagi fitur dengan strategi embedded dan triangulasi, maka ketiga strategi ini pun juga saling berbagi kelemahan dan kelebihan masing-masing. Nilai lebih strategi ini ialah karena strategi ini telah menempatkan penelitian metode campuran dalam kerangka transformatif, yang membuatnya tampak menarik bagi para peneliti yang menggunakan perspektif transformatif untuk memandu penelitiannya. Berdasarkan kajian terhadap model-model metode campuran, seperti yang ditawarkan oleh Hesse, Bryman, Brannen, Onwuegbuzie, dan Creswell, selanjutnya Collins, Onwuegbuzie, dan Sutton (2006) mengkonsepsualisasikan metode campuran ke dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah: menentukan tujuan studi/penelitian, merumuskan tujuan penelitian, menentukan rasional penelitian/pencampuran, menentukan tujuan penelitian/pencampuran, merumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian, memilih desain sampling, memilih desain metode penelitian campuran, mengumpulkan data, menganalisis data, validasi/legitimasi data, menafsirkan data, menulis laporan metode penelitian campuran, dan mere-evaluasi pertanyaan penelitian. Secara bagan langkah-langkah tersebut seperti tergambar pada Gambar 4.10. | Merumuskan tujuan penelitian (2) | Menentukan tujuan studi/penelitian (1) | Menentukan tujuan metode penelitian campuran (4) | Menulis laporan penelitian (12) | Merumuskan pertanyaan penelitian (5) | Memilih desain metode campuran (7) | Memformulasikan pertanyaan penelitian (13) | Menentukan rasionel metode penelitian campuran (3) | Re-evaluasii pertanyaan penelitian | Interpretasi data (11) | Mengumpulkan data (8) | Analisis data (9) | Validasi data (10) | Memilih desain sampling (6) Gambar 4.10 Langkah-langkah Proses Metode Campuran Kamus I. Rumusan masalah Perumusan masalah dalam metode campuran, dengan mengingat metode campuran adalah gabungan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif, maka dalam merumuskan masalah mengikuti dan menyesuaikan pada ketentuan ke dua pendekatan tersebut. Beberapa panduan berikut ini, seperti dikemukakan Sarwono (2011) sebagai berikut. (1) Penelitian metode campuran memerlukan dua jenis rumusan masalah yang mencerminkan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Artinya dalam satu kajian diperlukan dua jenis rumusan masalah yang akan menuntun jalannya kedua penelitian tersebut, baik yang dilakukan secara bersamaan maupun berututan. (2) Jika penelitian dilakukan secara berurutan maka sebaiknya rumusan masalah dibuat sesuai dengan urutannya, misal jika penelitian kuantitatif diikuti penelitian kualitatif, sebaiknya rumusan masalah penelitian kedua digunakan untuk mengelaborasi rumusan masalah yang pertama. (3) Jika penelitian dilakukan bersamaan, maka sebaiknya rumusan masalah sudah sesuai dengan masing-masing karakteristik penelitian secara terpisah, misal rumusan masalah untuk tahap penelitian kuantitatif dimulai dengan kata: “Berapa besar hubungan antara x dan y” atau “berapa besar pengaruh x terhadap y?’. Sedang untuk rumusan masalah tahap penelitian kualitatif dapat dimulai dengan kata: “Apa, mengapa, dan bagaimana. Di bawah ini disajikan beberapa contoh rumusan masalah dalam penelitian metode gabungan. Contoh 1 Rumusan masalah: (a) Mengapa instruktur X menggunakan pendekatan problem based learning dalam meningkakan kemampuan mengemukakan pendapat para peserta kursus pada materi latih Y? (b) Apakah pendekatan problem based learning tersebut mempunyai pengaruh terhadap peningkakan kemampuan mengemukakan pendapat para peserta kursus pada materi latih Y? Tujuan penelitian (a) Mengetahui alasan-alasan pemilihan pendekatan problem based learning untuk materi latih Y. (b) Menganalisis besarnya pengaruh pendekatan problem based learning terhadap meningkatnya minat peserta. Pendekatan penelitian metode campurannya adalah masalah pertama diselesaikan dengan tahapan penelitian kualitatif, sedang rumusan masalah kedua untuk penelitian kuantitatif. Contoh 2 Runmusan masalah: (a) Apakah dengan metode pembelajaran “permainan peragaan” dapat meningkatkan sikap kejujuran pada siswa-siswa Sekolah Dasar? (b) Apakah dengan metode pembelajaran “permainan peragaan” untuk penanaman nilai kejujuran, pembelajaran menjadi menarik? (c) Apakah perilaku keteladanan sehari-hari para guru dapat meningkatkan atau tidak terhadap pemantapan nilai-nilai kejujuran? (d) Apakah dengan lingkungan sekolah yang ada, pesan yang disampaikan oleh guru dalam penanaman nilai kejujuran kondusif dapat ditangkap oleh para siswa sekolah dasar tersebut? Keempat masalah di atas dijaring dengan pendekatan kualitatif melalui FGD. Kemudian berdasarakan diskusi kualitataif tersebut, misal muncul masalah yang akan diteliti tentang: seberapa besar keefektifan metode pembelajaran “permainan peragaan” dalam penananam nilai kejujuran, sehingga para siswa dapat memahami dan dapat menerapkan niai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mengacu pada masalah tersebut, penelitian yang kemudian akan dilakukan ialah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei. J. Teknik Penarikan Sample 1. Model Tashakkori dan Teddlie Tashakkori dan Teddlie (ed), (2003); Sarwono (2011) mengajukan empat model kaitannya dengan teknik penarikan sample dalam metode penelitian gabungan, yaitu (1) basic mixing method sampling strategies, (2) sequential mixing method sampling, (3) concurrent mixing method sampling, dan(4) multilevel mixing method sampling (1) Basic mixing method sampling strategies, menunjuk kepada penarikan sampel dasar dengan menggunakan teknik probabilitas dan purposif (nonprobabilitas) dengan menggunakan metode gabungan (2) Sequential mixing method sampling, menunjuk kepada penarikan sampel dasar dengan menggunakan teknik probabilitas dan purposif (nonprobalbilitas) dengan menggunakan metode gabungan secara berurutan sesuai dengan desain penelitian gabungan yang digunakan. (3) Concurrent mixing method sampling, menunjuk kepada teknik penarikan sampel dengan menggunakan teknik probabilitas pada penelitian kuantitatif dan teknik purposif (nonprobabilitas) pada penelitian kuantitatif yang dilakukan secara bersamaan dalam penelitian yang menggunakan metode gabungan. (4) Multilevel mixing method sampling, menunjuk kepada penarikan sample dengan teknik probabilitas dan purposif pada tingkatan yang berbeda dalam sebuah studi, misal satu mulai dari tingkat tempat tinggal konsumen, kompleks perumahan, dan kota kemudian nasional. 2. Model Onwuegbuzie dan Collins Onwuegbuzie dan Collins dalam Sarwono (2011), mengemukakan bahwa dalam menentukan teknik penarikan sampel mempertimbangan (1) orientasi waktu kapan penelitian dilakukan (bersamaan atau berurutan), (2) hubungaan sampel yang bersifat identik, paralel, bercabang, dan bertingkat. Setelah dua pertimbangan ditentukan, kemudian teknik penarikan sampel ditentukan, yaitu dengan menentukan desain dan ukuran sampel sesuai dengan hubungan sampel yang ditentukan. Berdasar pertimbangan dan teknik penarikan sampel tersebut, muncul model penarikan sampel yang ditawarkan seperti pada Gambar 4.11 berikut ini. Orientasi Waktu Hubungan Sampel Skema Sampel | Memilih desain sampel dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif | Bersamaan waktunya | Identik | Paralel | Bercabang | Bertingkat | Berurutan | Paralel | Identik | Bercabang | Bertingkat Sumber: Sarwono (2011) Gambar 4.11 Model Penarikan Sampel Gambar 4.11, menunjukkan bahwa dalam menentukan teknik sampling penelitian metode campuran, langkah pertama harus dilihat bagaimana penelitian metode campuran tersebut akan dilakukan dalam kajian yang sama. Dasar yang harus diperhatikan adalah orientasi waktu dan pembobotan akan mendominasi salah satu pendekatan. Berdasarkan pertimbangan waktu akan menentukan, penelitian dilakukan secara bersamaam atau secara berurutan. Kemudian pertimbangan lainnya ialah relasi atau hubungan sampel. Onwuegbuzie dan Collins dalam Sarwono (2011) mengemukakan empat hubungan sebagai berikut. (1) Relasi identik, menunjuk pada sampel yang sama digunakan untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam model ini peneliti menggunakan sampel yang sama saat yang bersangkutan menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam kajian yang sama. (2) Relasi paralel, dimana sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif berbeda tapi berasal dari populasi yang mempunyai kesamaan kepentingan. Dalam model ini peneliti mengambil sampel yang berbeda tetapi berasal dari populasi yang sama (3) Relasi bercabang, dimana anggota yang sama yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian pertama mewakili, dalam relasi ini anggota yang sama yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian fase pertama mewakili subset dari orang-orang yang menjadi sampel yang dipilih untuk penelitian lainnya. (4) Relasi bertingkat, menggunakan dua atau lebih seperangkat sampel yang ditarik dari berbagai penelitian yang berbeda dan berasal dari populasi yang berbeda. 3. Menentukan Ukuran Sampel Penentuan sampel dalam penelitian metode campuran adalah menyesuaikan dengan kaidah yang berlaku pada masing-masing pendekatan dan menyesuaikan dengan tujuan penelitian. Artinya ketika penelitian itu menghendaki data yang diperoleh dari penelitian kualitatif maka ukuran sampelnya berdasarkan kaidah/ketentuan ukuran sampel penelitian pendekatan kualitatif. Begitu juga, kalau data penelitian akan dijaring dengan penelitian kuantitatif maka ukuran sampel mengikuti ketentuan penelitian kuantitatif. Hal tersebut sama, kalau tujuan penelitian untuk generalisasi hasil penelitian ke tingkat populasi maka dipergunakan ukuran sampel yang berlaku dalam penelitian kuantitatif Terdapat pertimbangan pokok yang harus diperhatikan yaitu pada penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya sampel berukuran besar, karena ada aturan dalam penelitian ini jika sampel diambil semakin besar, maka hasil akan mencerminkan kenyataan (populasi). Sementara itu, dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif umumnya sampel yang digunakan berjumlah kecil. Karena pada penelitian jenis ini bukan jumlah yang diutamakan melainkan kualitas sampel yang memiliki informasi banyak terhadap masalah yang dikaji itu yang diutamakan. K. Analisis Data Analisis data yang dilakukan pada penelitian metode campuran dikaitkan dengan strategi penelitian gabungan yang digunakan. Pertimbangan bahwa dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, maka pada umumnya analisisnya akan menggunakan analisis kuantitatif. Demikian juga, jika pertimbangan bahwa dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, model analisisnya akan menggunakan analisis kualitatif. 1. Model analisis kuantitatif Secara umum model analisis kuantitatif terdiri atas tiga tahapan yaitu uji validitas dan reliabilitas instrumen, analisis deskriptif, dan uji hipotesis atau inferensi (Sarwono, 2011). a. Uji validitas dan reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji instrumen pengambilan data (kuesioner). Validitas berkaitan dengan ketepatan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas mengacu pada konsistensi dan stabilitas hasil pengukuran instrumen yang digunakan sebagai pengukur. Untuk mengukur validitas butir-butir pertanyaan digunakan rumus Spearman and Brown. Sedangkan untuk mengukur reliabilitas digunakan rumus Cronbach Alpha. b. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan karakteristik utama data dalam pengertian kuantitatif, seperti frekuensi, persen, dan rerata c. Analisis inferensi/uji hipotesis Analisis ini merupakan analisis lanjut setelah analisis deskriptif berupa pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis dalam penelitian kuantitatif diperlukan sebagai sarana penegasan analisis deskriptif. Jika analisis deskriptif hanya sebatas membuat tabel distribusi frekuensi maka fase analisis inferensi, peneliti perlu melakukan pengujian hipotesis dengan rumus-rumus tertentu. 2. Model analisis kualitatif Analisis data kualitatif bermaksud menganalisis data bukan angka, melainkan data berupa teks, gambar, suara, atau kombinasi dan artifak. Oleh karena itu, analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik data dan dengan cara yang bermacam-macam. Teknik analisis data kualitatif menurut Creswell (2003) memiliki sifat-sifat, di antaranya: a. Merupakan proses yang berkelanjutan yang melibatkan refleksi peneliti secara terus menerus. b. Analisis umumnya menggunakan data yang berasal dari pertanyaan-pertanyaan terbuka hasil wawancara. c. Peneliti harus dapat menggabung analisis data dari yang bersifat umum ke spesifik Sedangkan menurut Seidel dalam Sarwono (2011) ada tiga langkah dalam analisis data kualitatif, yaitu: a. Memperhatikan, meliputi melakukan observasi dan melakukan koding data b. Mengumpulkan, meliputi kegiatan koleksi data dan melakukan pemilihan data, c. Memikirkan yang bermaksud memaknai koleksi data, melihat pola dan hubungan data, menemukan fenomena yang sedang dikaji. 3. Model analisis campuran Model analisis dalam penelitian metode campurann, tentunya mengikuti desain penelitian metode campuran yang dipilih oleh peneliti itu sendiri. Pada intinya model anlisis campuran adalah: a. Data kuantitatif tetap dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif b. Data kualitatif tetap dianalisis dengan teknik analisis kualitatif Sekalipun demikian, untuk tujuan tertentu, kadang-kadang peneliti melakukan: a. Kuantifikasi data kualitatif agar dapat dianalisis secara kuantitatif b. Data kuantitatif didasarkan pada asumsi dan penilaian yang dinyatakan dengan data kualitatif. 4. Cara mempresentasikan Penelitian kuantitatif, hasil analisisnya dapat dipresentasikan seperti dalam bentuk (1) tabulasi frekuensi, (2) hasil analisis uji hipotesis atau inferensi, dan (3) tabel, grafik, dan persamaan rumus-rumus. Sedangkan cara mempresentasikan hasil analisis penelitian kualitatif yang berupa rekaman dalam bentuk video atau audio misalnya, dapat dituangkan dalam bentuk teks. Presentasi dalam bentuk teks perlu dituangkan secara sistematis, logis, dan didasarkan pada kriteria tertentu, misal kategori, tema, atau perbandingan. L. Presentasi Laporan Penelitian 1. Struktur laporan Laporan penelitian model campuran sebaiknya mempunyai struktur tertentu. Struktur dapat berisi komponen sebaga berikut a. Untuk penelitian yang dilakukan secara berurutan, pengorganisasian dilakukan dengan cara hasil koleksi dan analisis data kuantitatif kemudian diikuti dengan koleksi dan analisis data kualitatif. Pada bagian interpretasi atau simpulan, peneliti memberikan komentar mengenai bagaimana temuan penelitian kualitatif membantu mengelaborasi hasil penelitian kuantitatif. Ini juga berlaku untuk urutan yang sebaliknnya. b. Untuk penelitian yang dilakukan secara bersamaan hasil koleksi data kuantitatif dan kualitatif dipaparkan secara terpisah, tetapi analisisnya dikombinasikan untuk dicari titik temunya. 2. Pemaparan Pemaparan laporan penelitian metode campuran, agar tidak berkesan terpisah-pisah maka perlu diberikan alasan-alasan mengapa penelitian itu menggunakan pendekatan metode campuran. Hal yang perlu dekemukakan dalam laporan penelitian metode campuran, antara lain berikut ini. a. Kemukakan keterangan fungsi pemaparan hasil analisis pendekatan penelitian yang satu terhadap pendekatan penelitian yang lain (kualitatif terhadap kuantitatif atau sebaliknya). Misal, analisis kualitatif dimaksudkan memberikan eksplanasi lebih lanjut dari hasil kuantitatf, atau sebaliknya hasil analisis kuantitatif merupakan sarana pembuktian hasil penelitian kualitatif. b. Peneliti harus dapat melihat dan menunjukkan titik temu dalam kedua analisis sehingga diperoleh pemaparan yang terintegrasi, atau setidak-tidaknya ada benang merah antara hasil analisis kuantitatif dan kualitatif. 3. Isi Laporan Terdapat banyak sistematika dalam laporan penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Komponen-komponen dalam sistematika isi laporan penelitian metode campuran yang perlu ada seperti berikut ini. Bagian Pendahuluan, isi yang perlu ada mencakupi Latar belakang Rumusan masalah Pertanyaan penelitian mencakup kuantitatif dan kualitatif Tujuan penelitian Manfaat Penelitian Tinjuan Pustaka dan Kajian Teoretis Metode Penelitian Karakteristik penelitian yang menggunakan gabungan Jenis desain penelitian campuran yang digunakan dalam penelitian Model visual dan prosedur desain Prosedur koleksi data yang mencakup tipe data dan strategi penarikan sampel Prosedur analisis data dan validasi Hasil Penelitian dan pembahasan Uji validitas instrumen koleksi data penelitian Hasil penelitian kuantitatif Hasil penelitian kualitatif Pembahasan Simpulan dan Rekomendasi CTNO Contoh infographic tp ctno akan adjust layout from time to time mengikut content yang akan diletakkan dalam ni. CTNO REKABENTUK KAEDAH CAMPURAN CTNO 1) APA ITU KAJIAN KAEDAH CAMPURAN Menurut Cresswell (2008), kajian kaedah campuran ialah menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif untuk lebih memahami dan menerangkan masalah kajian. 2) TUJUAN -Untuk menghasilkan penyelidikan yang kukuh. -Untuk memahami fenomena kajian dengan sepenuhnya berbanding menggunakan kualitatif dan kuantitatif secara sendiri. -Untuk memantapkan sokongan terhadap sesuatu isu, hujah atau dapatan yang diperoleh daripada pelbagai perspektif sama ada kualitatif atau kuantitatif. 3) SEBAB & ALASAN MENGGUNAKAN KAEDAH CAMPURAN o Keesahan : untuk menyokong data yang menggunakan kaedah kualitatif dan kuantitatif. o Keseimbangan : untuk menyeimbangkan kelemahan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. o Melengkapi : untuk melengkapi kajian dengan lebih menekankan data kualitatif atau kualitatif sahaja. o Proses : Kaedah kuantitatif akan menunjukkan keputusan manakala kualitatif akan menunjukkan proses. o Soalan berbeza : Kaedah kuantitatif dan kualitatif akan memberikan jawapan soalan yang berbeza. o Penerangan : Pendekatan kualitatif menerangkan keputusan kuantitatif dan sebaliknya. o Keputusan di luar jangkaan : untuk menangani seandainya terdapat keputusan di luar jangkaan iaitu sesuatu keputusan di luar jangkaan dan mengejutkan, penerangan yang berlainan. o Pembangunan instrumen : Kaedah kualitatif dibentuk untuk mereka reka bentuk instrumen, kemudian instrumen diuji. o Sampel : digunakan sebagai satu kemudahan pendekatan persampelan daripada pendekatan yang lain. o Kredibiliti : kedua-dua pendekatan menyatakan integriti dalam kajian. o Konteks : kualitatif menyediakan penjelasan, manakala kuantitatif secara umum. o Ilustrasi : data kualitatif membantu membangunkan bagi data kuantitatif secara mendalam. o Utiliti : lebih berguna untuk pengamal kajian/ ‘practitioners’. o Mengesahkan : digunakan bagi mengesahkan bahawa kaedah kuantitatif diuji, manakala kaedah kualitatif menghasilkan hipotesis. 4) REKABENTUK KAEDAH CAMPURAN o Kaedah Sequential - Sequential explanatory - Sequential exploratory - Sequential transformative design o Model Concurrent - Concurrent Triangulation design - Concurrent Embedded design - Concurrent Transformative design CTNO Mind to share ur info about mix method. Anything we can discuss here. Tq