Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?

Untuk mengetahui kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang diperlukan pendekatan untuk mengukur tingkah laku konsumen tersebut dengan pendekatan kardinal dan ordinal.

Ada beberapa faktor yang membedakan pendekatan kardinal dan ordinal, yaitu:

1. Berdasarkan Pengertian

Perbedaan pendekatan kardinal dan ordinal bila dilihat dari pengertiannya, yaitu:

Merupakan pendekatan nilai guna yang dapat menilai manfaat yang diberikan dengan mengukur dari kuantitas atau pun jumlahnya suatu barang yang dikonsumsi.

Merupakan pendekatan yang dapat menilai manfaat yang diberikan oleh masyarakat dari kegiatan konsumsi suatu barang namun jumlah suatu barang yang dikonsumsi tidak bisa dihitung jumlahnya.

Secara konsep pendekatan kardinal dan ordinal memiliki perbedaan, yaitu:

  • Konsep pendekatan kardinal

Dilakukan dengan mengukur secara langsung dari angka-angka atau dengan menggunakan konsep total utility dan marginal utility.

  • Konsep pendekatan ordinal

Dilakukan dengan cara membandingkan karena tidak dapat dihitung, dengan menggunakan konsep kurva indiferen dan garis anggaran.

  • Contoh dari pendekatan kardinal

Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 20 ribu rupiah sedangkan benda B dijual seharga 30 ribu rupiah.

Maka konsumen akan membeli benda B seharga 30 ribu karena satuan yang dinilai yaitu uang, benda B memiliki harga yang lebih tinggi daripada benda A.

Atau contoh lain dari pendekatan kardinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang disebuah toko namun ketika sampai di toko barang tersebut lebih mahal dari yang diperkirakan.

Maka konsumen tersebut akan menggurungkan niatnya untuk membeli barang tersebut karena ia merasa barang tersebut tidak sepadan dengan harga yang harus dibayar.

  • Contoh dari pendekatan ordinal

Yaitu, ketika suatu benda A dijual seharga 100 ribu rupiah tapi memiliki kualitas yang rendah sedangkan benda B dijual 50 ribu rupiah dengan kualitas yang tinggi.

Maka konsumen akan membeli benda B karena yang dilihat adalah kualitas suatu benda.

Contoh lain dari pendekatan ordinal yaitu, ketika seorang konsumen ingin membeli barang di toko namun ketika sampai di toko, barang tersebut memiliki harga yang jauh lebih mahal dari yang diperkirakan.

Maka konsumen tersebut akan tetap membelinya karena ia mendapatkan kepuasan dari barang tersebut.

4. Berdasarkan Kelebihan dan Kekurangan

Memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu awalnya pendekatan kardinal dikemukakan berdasarkan ilmu ekonomi neo klasik yang mengungkapkan bahwa kardinal bisa diukur dan dinyatakan secara kuantitatif berbentuk angka.

Namun seiring berjalannya waktu pengukuran menggunakan pendekatan kardinal tidak memungkinkan sehingga ada banyaknya kesulitan dalam mengukur kardinal berbentuk angka.

Konsumen saat ini lebih mengkonsumsi barang atau jasa berdasarkan faktor mood, minat dan selera sehingga pendekatan secara kardinal dinilai kurang tepat bila dihitung dengan angka.

yaitu awalnya pendekatan ordinal dikemukakan oleh para ekonom modern yang mengungkapkan bahwa konsumen tidak mungkin tingkat kepuasannya dapat diukur secara kuantitatif berbentuk angka namun berdasarkan fenomena psikologis.

Kesimpulan Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal

Berdasarkan pengertian, konsep, contoh serta kekurangan dan kelebihannya dapat disimpulkan, yaitu:

  • Pendekatan Kardinal
    • Memiliki kepuasan yang diperoleh konsumen dengan mengkonsumsi barang atau jasa yang dapat diukur secara angka.
    • Pendekatan kardinal dinilai secara obyektif.
    • Pendekatan kardinal kurang realistis karena pengukurannya secara kuantitatif sehingga tidak memungkinkan untuk menilai kepuasan.
    • Pendekatan kardinal berdasarkan analisis marjinal.
    • Pendekatan kardinal dapat diukur dari segi utilitas.
  • Pendekatan Ordinal
    • Memiliki kepuasan konsumen berasal dari mengkonsumsi barang atau jasa tidak sanggup diukur secara angka.
    • Pendekatan ordinal dinilai secara subjektif.
    • Pendekatan ordinal lebih realistis karena pengukurannya secara mengandalkan kualitatif.
    • Pendekatan ordinal berdasarkan analisis kurva indiferen.
    • Pendekatan ordinal dapat diukur berdasarkan peringkat preferensi komoditas jika dibandingkan satu dengan yang lainnya.

Teori perilaku konsumen membicarakan mengenai keputusan rumah tangga untuk mengkonsumsi barang. Teori perilaku konsumen penting untuk dipelajari agar memahami sisi permintaan barang dan jasa. Disini teori perilaku konsumen memberikan gambaran bagaimana konsumen menentukan alokasi sumber daya ekonominya untuk mencapai kepuasan maksimum.

Tujuan dari seseorang untuk melakukan konsumsi yaitu untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan memenuhi kebutuhan ini, konsumen akan mencapai kepuasan atau manfaat. Bagi konsumen, penting untuk mencapai kepuasan maksimum dalam konsumsi. Perilaku konsumen dalam melakukan konsumsi inilah yang ingin dibahas pada kesempatan ini.

Teori perilaku konsumen memiliki dua pendekatan yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal. Karena teori perilaku konsumen ini memiliki dua pendekatan yang digunakan, sehingga pembahasan teori perilaku konsumen ini akan dibagi menjadi dua bagian tersebut.

Teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Kardinal

Keputusan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang  didasarkan pada perbandingan antara manfaat yang diperoleh (kegunaan) dengan  biaya yang harus dikeluarkan. Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan kardinal memiliki pandangan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal. Hal ini mirip seperti kita menghitung berat dengan satuan berat (kilogram, gram), panjang dengan satuan panjang (meter, cm).  Adapun untuk menghitung kegunaan dalam pandangan kardinal yaitu dihitung dengan satuan util.

Ada beberapa istilah dan asumsi yang harus diketahui dalam membahas teori perilaku konsumen: 1. Utilitas Total  (Total Utility) yaitu nilai kegunaan atau manfaat yang diperoleh dari konsumsi 2. Utilitas Marginal (Marginal Utility) yaitu tambahan kegunaan yang diperoleh dari penambahan  satu unit barang yang dikonsumsi. 3. Semakin banyak barang yang di konsumsi seseorang maka besar kegunaan/manfaat yang didapatkan. Bila di konsumsi lebih dari satu barang, maka nanti akan di kategorikan masukan dalam satu bundel barang. gampangnya, nanti akan cuma di sebut sebagai barang. 4. The low of diminishing marginal utility (hukum pertambahan manfaat yang makin menurun). Atau yang dikenal juga dengan hukum Gossen. Berdasarkan hukum gossen bahwa penambahan konsumsi suatu barang akan menambah utilitas yang besar, akan tetapi makin lama pertambahan utilitas akan semakin mengecil bahkan bisa negatif. 5. Konsistensi Preferensi. Konsumen harus mampu menyusun prioritas pilihan agar bisa membuat keputusan dan bersifat konsisten.

6. Pengetahuan yang sempurna tentang barang yang akan keputusan konsumsinya.

Perbedaan Teori Pendekatan Kardinal dan Ordinal, Perilaku Konsumen, Pengertian, Contoh, Utitilitas, Hukum Gossen 1 2, Ekonomi - Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang harus melakukan pilihan. Pilihan tersebut harus dilakukan agar pemenuhan kebutuhan dapat mencapai utilitas yang maksimal. Setiap orang berbeda dalam menentukan pilihannya. Sebagai contoh, apakah Anda akan sarapan pagi dengan makan nasi atau makan roti? Setelah sarapan pagi, apakah Anda akan minum teh, kopi, susu, atau air putih? Pengambilan keputusan atas berbagai pilihan yang ada akan membentuk pola perilaku konsumen. Dalam teori perilaku konsumen, ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu sebagai berikut. 


1. Pendekatan Kardinal (Cardinal Approach)

Pendekatan utilitas kardinal menyatakan bahwa utilitas dapat diukur secara langsung melalui angka-angka. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga dengan pendekatan kardinal (cardinal approach).


Kata utilitas berasal dari bahasa Inggris, yaitu utility. Utilitas memiliki satuan yang disebut util. Utilitas yang diperoleh konsumen dalam mengonsumsi dapat berupa utilitas total (total utility) dan utilitas marjinal (marginal utility). Teori utilitas menyatakan utilitas barang dan jasa tertentu tidak bisa diukur dengan skala objektif, konsumen berwenang dalam memberikan peringkat terhadap beberapa alternatif yang berbeda.


Dalam pendekatan ini, digunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU). Untuk memahami penerapan pendekatan utilitas kardinal ini, misalnya setelah berolahraga, Anda akan merasa haus. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut, Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas. Kali pertama Anda meminum satu gelas air, Anda akan mendapatkan tingkat utilitas atau utilitas tertentu. Selanjutnya, Anda meminum air dalam gelas yang kedua. Dengan mengonsumsi air dalam gelas kedua, total utilitas Anda akan meningkat karena air dalam gelas kedua memberikan tambahan utilitas.

Demikian juga, jika Anda memutuskan untuk meminum air dalam gelas ketiga, nilai total utility akan bertambah karena air dalam gelas ketiga memberikan tambahan utilitas. Tambahan utilitas ini disebut utilitas marjinal atau marginal utility . Sejalan dengan hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility), semakin banyak Anda mengonsumsi air, utilitas tambahan yang diperoleh dari mengonsumsi air tersebut semakin berkurang. Utilitas marjinal yang semakin berkurang muncul dari kenyataan bahwa kenikmatan yang

Anda peroleh dari meminum air tersebut akan menurun sejalan dengan makin banyaknya air yang dikonsumsi. Dengan semakin berkurangnya utilitas tambahan tersebut, utilitas total akan meningkat dengan laju yang semakin menurun. Nilai utilitas total akan maksimum pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol (MU = 0).


Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan sama-sama disukai (indifference). Misalnya, ada dua barang X dan Y, konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama disukai seperti Y (X = Y). Tanpa sikap ini perilaku konsumen sulit dianalisis.


1.1. Hukum Gossen I

Berdasarkan pola konsumsi manusia dalam mengonsumsi satu jenis barang untuk mencapai utilitas maksimum, lahirlah Hukum Gossen I yang dikemukakan oleh Hermann Heinrich Gossen. Pada intinya, hukum ini menyatakan:


”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”


Utilitas dari meminum air dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda pertama kali minum, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util. Selanjutnya, pada saat Anda meminum air dalam gelas kedua nilai tingkat utilitas Anda meningkat menjadi 11util. Demikian juga, pada saat Anda meminum air dalam gelas ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik lagi menjadi 15 util. Selanjutnya, secara berturut-turut untuk gelas keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18 util, untuk gelas kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk gelas keenam nilai tingkat utilitasnya adalah 21 util, untuk gelas ketujuh juga nilai tingkat utilitasnya adalah 21 util. Apabila situasi tersebut digambarkan dalam tabel akan tampak sebagai berikut.

Tabel 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Jumlah Air yang Dikonsumsi (Gelas)

Utilitas Total (dalam Util)

Utilitas Marjinal (dalam util)

0

1

2

3

4

5

6

7

0

6

11

15

18

20

21

21

6

5

4

3

2

1

0


Dari Tabel 1. terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan konsumsi air, tetapi laju kenaikannya yang semakin menurun. Tabel 1. juga memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengkonsumsi sejumlah air sama dengan jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Coba Anda perhatikan. Pada saat Anda mengonsumsi 4 gelas air minum, utilitas total adalah 18 util. Jumlah dari utilitas marjinal hingga Anda mengonsumsi 4 gelas air minum adalah 6 + 5 + 4 + 3 = 18 util. Jadi, utilitas total adalah jumlah seluruh utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data dari Tabel 1. dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?
Kurva 1. Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

1.2. Hukum Gossen 2

Tidak dapat dipungkiri, manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Manusia memiliki banyak kebutuhan, mulai kebutuhan yang sangat penting sampai kebutuhan yang kurang atau tidak penting. Mulai dari kebutuhan primer sampai kebutuhan yang bersifat tersier. Untuk itu, H.H. Gossen mengemukakan lagi teorinya, yang dikenal dengan hukum Gossen 2, yang menyatakan:


“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”


Contoh Tabel 1. tersebut menguraikan tentang seorang konsumen yang memaksimumkan utilitas dari satu barang (air minum) yang dikonsumsinya. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap konsumen selalu mencoba mencapai utilitas maksimum dari berbagai jenis barang yang dikonsumsinya. Seandainya harga setiap barang adalah sama, utilitas akan mencapai maksimum pada saat utilitas marjinal dari setiap barang adalah sama. Sebagai contoh, Fatimah mengonsumsi 3 jenis barang yaitu X, Y, dan Z. Ternyata kuantitas X yang kedua, kuantitas Y yang ketiga, dan kuantitas Z yang kelima, memberikan utilitas yang sama. Jadi, Fatimah akan mencapai utilitas maksimum pada saat mengonsumsi dua unit barang X, tiga unit barang Y, dan lima unit barang Z. Secara ringkas, hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:


MUX = MUY = MUZ

Adapun untuk barang yang memiliki harga berbeda berlaku rumus sebagai berikut:

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?

Keterangan:


MUX = marginal utility barang X

MUY = marginal utility barang Y

MUZ = marginal utility barang Z

PX = price (harga) barang X

PY = price (harga) barang Y

PZ = price (harga) barang Z


Sebagai contoh, barang yang dikonsumsi Fatimah memiliki harga yang berbeda-beda, yaitu barang X harga per unit Rp500,00, barang Y harga per unit Rp5.000,00, dan harga barang Z harga per unit Rp10.000,00. Utilitas maksimum akan dicapai oleh Fatimah jika setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X adalah 5, nilai MU barang Y adalah 50, dan nilai MU barang Z adalah 100.

Dengan demikian, untuk mencapai utilitas maksimum dari berbagai barang yang dikonsumsi, seseorang harus mengatur konsumsinya sedemikian rupa sehingga setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap rupiah yang dibelanjakan.

Tokoh Ekonomi


Hermann Heinrich Gossen Gossen ialah orang yang kali pertama memperkenalkan hukum tambahan utilitas yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal utility). Gossen hidup pada masa 1810–1858. Pada 1854, beliau menulis karya ilmiah yang berjudul Enwicklung der Gesetze des Menschlichen Verkers und die Darausfliessenden Regeln fuer Menschliches Handeln. Karya ilmiah tersebut merupakan pendahulu dari pemikiran-pemikiran yang dikembangkan oleh para pakar Neo-Klasik. Di antara pemikiran-pemikiran beliau, terdapat dua pemikiran dasar yang menonjol, yang dikenal dengan dua hukum Gossen yaitu Hukum Gossen I dan Hukum Gossen II. (Sumber: Perkembangan Pemikiran Ekonomi, 1991)


2. Pendekatan Ordinal (Ordinal Approach)

Dewasa ini, para ahli ekonomi menolak gagasan tentang utilitas yang dapat diukur dengan angka-angka terhadap barang yang dikonsumsi sehari-hari. Kini telah dikembangkan pendekatan baru untuk menjelaskan prinsip memaksimumkan utilitas oleh seorang konsumen dengan pendapatan yang terbatas. Teori ini dikenal dengan teori utilitas ordinal, yang menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat dibandingkan. Jadi, menurut teori ini yang berlaku adalah apakah seorang konsumen lebih menyukai kombinasi barang tertentu daripada kombinasi barang lainnya. Dalam teori utilitas ordinal digunakan pendekatan kurva utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).


2.1. Kurva Indiferen (Indifference Curve)


Kurva indiferen adalah kurva yang menggambarkan kombinasi beberapa barang yang sama-sama disukai oleh konsumen, yaitu tidak ada pilihan untuk satu kombinasi dengan barang lain karena semuanya memiliki tingkat utilitas yang sama (atau jumlah utilitas yang sama) untuk konsumen. Dalam teori ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat memilih kombinasi konsumsi tanpa harus mengatakan bagaimana ia memilihnya. Sebagai contoh, Anda diberi kombinasi barang tertentu, misalnya 10 unit pakaian dan 8 unit buku. Kemudian, Anda diberi beberapa alternatif pilihan kombinasi barang dengan jumlah yang berbeda, misalnya 8 unit pakaian dan 10 unit buku.

Jika Anda menilai alternatif yang diberikan yaitu berupa tambahan 2 unit buku lebih rendah daripada pengurangan 2 unit pakaian, Anda akan memilih kombinasi barang yang pertama. Anda menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak berbeda atau indifferen. Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan, Anda memperoleh beberapa kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Anda akan memberikan utilitas yang sama. Setiap kombinasi barang tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut.


Tabel 2. Pilihan Kombinasi Barang yang Memberikan Utilitas (Utilitas yang Sama)

Kombinasi Barang

Pakaian

Buku

A

B

C

D

E

20

10

8

5

4

4

8

10

16

20


Jika digambarkan dalam kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?
Kurva 2. Kurva Indiferen.

Tabel 2. dan Kurva 2. merupakan salah satu dari berbagai kemungkinan yang tak terhitung banyaknya. Pembuatan tabel dan kurva semacam ini dapat diulang sebanyak yang diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang menggambarkan kombinasi barang yang memberikan tingkat utilitas yang lebih besar kepada konsumen. Dalam hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang lebih tinggi dengan menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang. Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran ke kanan atas. Hal ini, kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Dengan kata lain, semakin jauh kurva indiferen dari titik nol, semakin tinggi tingkat utilitas yang diberikan oleh kombinasi kedua barang. Himpunan dari beberapa kurva indiferen dinamakan peta indiferen (indifference map).

Sebagai contoh, Kurva 3. memperlihatkan kurva indiferen yang dikembangkan dari Kurva 2.2, yaitu sebagai berikut.

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?
Kurva 3. Peta Indiferen.

Jadi, kurva IC2 menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi dibandingkan kurva IC1, kurva IC3 lebih tinggi dibandingkan kurva IC2, dan seterusnya.


2.2. Garis Anggaran (Budget Line)

Konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya dihadapkan pada berbagai pilihan barang. Misalnya, Anda memiliki pendapatan tetap sebagai pelajar seperti kiriman uang dari orangtua Anda sebesar Rp500.000,00 dan uang tersebut Anda belikan pakaian dan buku pelajaran. Adapun harga pakaian adalah Rp20.000,00 per unit dan harga buku adalah Rp25.000,00 per unit. Anda akan menghabiskan uang yang ada untuk membeli pakaian dan buku. Anda dapat membelanjakan uang tersebut untuk membeli berbagai alternatif kombinasi pakaian dan buku. Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk membeli pakaian, Anda dapat membeli 25 potong pakaian.

Adapun jika digunakan untuk membeli buku, Anda dapat membeli 20 buku. Beberapa kemungkinan dari kombinasi pakaian dan buku tersebut terlihat pada Tabel 3. berikut.

Tabel 3. Alternatif Kombinasi Pakaian dan Buku

Pakaian

Buku

25

20

15

10

5

0

0

4

8

12

16

20


Berdasarkan Tabel 3, dapat digambarkan kurva garis anggaran yang berbentuk garis lurus. Kurva garis anggaran menunjukkan seluruh kombinasi dari kedua barang yang mungkin terjadi, sehingga seluruh pendapatan konsumen habis dibelanjakan. Dengan demikian, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi barang-barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan atau pendapatan tertentu dan pada harga barang-barang yang dibelinya.

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?
Kurva 4. Garis Anggaran.

Jika dilihat perilaku konsumen dalam mengonsumsi suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku konsumen rasional dan perilaku konsumen tidak rasional.

a) Perilaku Konsumen Rasional

Suatu konsumsi dapat dikatakan rasional jika memerhatikan hal-hal berikut:

  1. barang tersebut dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen;
  2. barang tersebut benar-benar diperlukan konsumen;
  3. mutu barang terjamin;
  4. harga sesuai dengan kemampuan konsumen.

b) Perilaku Konsumen tidak Rasional

Suatu perilaku dalam mengonsumsi dapat dikatakan tidak rasional jika konsumen tersebut membeli barang tanpa dipikirkan kegu naannya terlebih dahulu. Contohnya, yaitu:

  1. tertarik dengan promosi atau iklan baik di media cetak maupun elektronik;
  2. memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen;
  3. ada bursa obral atau bonus-bonus dan banjir diskon;
  4. prestise atau gengsi.

3. Keseimbangan Konsumen

Untuk mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya di antara dua produk, perlu digabungkan pengertian tentang apa yang ingin diperbuat dan apa yang dapat diperbuat oleh konsumen. Ini dilakukan dengan menggabungkan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen. Penggabungan peta indiferen dan kurva garis anggaran konsumen tampak pada Kurva 5. berikut.

Apa itu pendekatan kardinal dan contohnya?
Kurva 5. Keseimbangan Konsumen

Berdasarkan Kurva 5, dalam garis anggaran dapat diletakkan AB di atas peta indiferen konsumen. Perhatikan. Posisi di kanan atas garis AB menunjukkan kombinasi barang yang tidak dapat dibeli dengan anggaran yang dimiliki. Adapun posisi di kiri bawah garis AB menggambarkan kombinasi barang yang harga belinya lebih rendah dari pendapatan sehingga tidak masuk hitungan karena diasumsikan bahwa Anda akan membelanjakan seluruh pendapatan sebesar Rp500.000,00. Jadi posisi manakah yang akan Anda pilih?

Oleh karena Anda ingin memaksimumkan utilitas, Anda ingin mencapai kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Dengan mengamati Kurva 5, Anda akan mencapai utilitas maksimum pada saat garis anggaran menyinggung kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai. Keadaan ini disebut dengan keseimbangan konsumen. Dari Kurva 5, kombinasi barang yang paling disukai dan dapat dicapai dengan anggaran yang ada terletak pada titik E. Pada titik E tersebut, Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran terbatas. Artinya, Anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat pendapatan Anda. Keterbatasan di sini merupakan satu kenyataan bahwa seseorang tidak akan dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.

Referensi :

Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2009. Mengasah Kemampuan Ekonomi 1 : Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Mandrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. p. 170.