Amalan apa yang masih bisa mengalir saat orang itu meninggal?

Suara.com - Saat seseorang telah meninggal maka terputuslah segala amal perbuatannya kecuali 3 amalan. Amalan tersebut akan terus mengalir meski dirinya telah meninggal dunia dan dapat bermanfaat bagi banyak orang. Apa saja amalan yang tidak terputus meskipun telah meninggal dunia?

Ada 3 amalan yang tidak terputus meskipun telah meninggal dunia tersebut yakni amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh. Hal ini telah diriwayatkan dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang salih." (HR Muslim Nomor 1631)

Dari hadist tersebut dapat diambil hikmah bagi seorang muslim untuk terus menjalankan amalan-amalan tersebut selama masa hidupnya agar menjadi orang yang beruntung. Berikut ini amalan yang tidak terputus meskipun telah meninggal dunia.

1.     Sedekah jariyah

Baca Juga: Amalan Setelah Sholat Subuh: Doa dan Dzikir yang Bisa Mendatangkan Keberkahan

Sedekah jariyah merupakan sebuah pemberian dari seorang muslim secara ikhlas kepada orang yang berhak menerimanya untuk mengharapkan ridho Allah SWT. Amalan yang temasuk jariyah adalah amalan yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain dalam jangka waktu yang lama.

Sehingga seseorang yang menerima manfaatnya dapat menyebarkannya kembali atau dapat digunakan oleh orang dari generasi ke generasi. Sedekah jariyah ini dapat berupa pemberian wakaf, biaya pembangunan masjid, membangun rumah sakit, pemberian buku yang bermanfaat, sedekah kepada fakir miskin dan yatim, serta berbagai amalan lainnya.

2.     Ilmu yang bermanfaat

Ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amalan yang tidak terputus dan bermanfaat bagi orang lain. Salah satu amalan ilmu ini adalah seseorang yang mengajari Al-Quran hingga mereka dapat membaca, memahami arti dan mengamalkannya.

Hal ini telah tertuang dalam sebuah hadist yang berbunyi, "Barang siapa membaca al-qur'an dan mengamalkannya maka kedua orang tuanya pada hari kiamat akan dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih bagus daripada cahaya matahari menembus rumah-rumah di dunia." (HR. Abu Dawud dan al-Hakim dari Mu'adz bin Jabal. Shahih. Al- Matjarur-Rabih hlm. 524 nomor 1084).

Baca Juga: Ceramah Gus Baha: Solusi untuk Orang yang Banyak Utang dan Tidak Bisa Melunasi

3.     Doa anak sholeh

Pendahuluan

Banyak aktivitas (‘amal) manusia yang bernilai ibadah seperti berbaik hati kepada sesama, menghormati tamu dan tetangga, menyantuni anak yatim, memberikan makan pada orang lain saat berbuka, menjawab salam, menengok orang sakit dan mendo’akannya, berdo’a menjelang tidur dan saat bangun tidur, berbakti kepada kedua orangtua, menolong orang lain, dan lainnya. Apalagi semua bentuk ibadah formal (mahdlah) seperti shalat, puasa, zakat, dan haji maupun ibadah tambahan (nafilah) yang bukan formal (ghair mahdlah) seperti shalat tarawih dan shalat malam lainnya, shalat dluha, membaca al-Qur`an, bertasbih, bershalawat, dan berdzikir (tahlil), dan lainnya jelas merupakan ‘amal yang diberikan pahala jika didasarkan pada niat yang benar dan lillahi ta’ala.

Pahala bagi semua ‘amal sebagaimana tersebut hanya berlaku bagi para pelakunya ketika masih hidup diberikan sekali sebagai investasi akherat, dan akan terputus manakala pelakunya meninggal dunia. Sementara pahala dari manapun sumbernya sangat dibutuhkan bagi setiap orang meskipun telah meninggal. 

Amalan (‘amal) apakah yang masih tetap diterima oleh seseorang ketika telah meninggal dunia? Hadits tentang Tiga ‘Amal

Ada tiga amalan (‘amal) yang masih dapat diterima oleh seseorang walaupun ia telah mendahului kita. Berikut ini adalah hadits yang menjelaskan tiga aktivitas (‘amal) manusia yang tidak terputus pahalanya:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ  – رواه مسلم والترمذيّ وأبو داود والنسائيّ وابن حبّان عن أبي هريرة  

(Ketika seorang manusia meninggal dunia, maka amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at, dan anak shaleh yang mau mendo’akannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam at-Tirmidzi, Imam Abu Dawud, Imam an-Nasa`i, dan Imam Ibnu Hibban bersumber dari Sayyidina Abu Hurairah ra.

Hadits serupa diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dengan redaksi sebagai berikut:

إِذَا مَاتَ العبدُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُه إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ – رواه البخاريّ في الأدب المفرد

(Jika seseorang meninggal dunia, maka (pahala) amalannya terputus kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at, atau anak shaleh yang mau mendo’akannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad

Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, semua amal manusia pasti terputus manakala ia meninggal dunia. Sedangkan tiga hal yang disebutkan dalam hadits tersebut akan tetap mengalir pahalanya karena pelakunya adalah penyebab terjadinya ketiga hal itu. Ketiga hal yang dimaksud adalah amalan (aktivitas) yang telah dikerjakan oleh si mayit ketika masih hidup tetapi manfa’atnya masih dirasakan oleh orang-orang yang hidup setelahnya, sehingga ia pun patut menerima pahala kebaikan atas amalnya itu.

Hadits tersebut beriisi informasi bahwa semua aktivitas, perjuangan, dan berbagai amalan (‘amal) akan terhenti bersamaan dengan terhentinya nyawa kecuali tiga amalan (aktivitas) yang pernah dilakukan (dimiliki), yaitu:

1. Sedekah Jariyah (shadaqah jariyah); yaitu sesuatu yang diberikan dalam bentuk apapun yang memberi manfa’at yang panjang tiada putus bagi orang lain. Contohnya adalah wakaf tanah, biaya (infaq) pembangunan masjid, wakaf buku untuk perpustakaan, pembangunan lembaga pendidikan, menggali sumur untuk umum, mencetak buku yang bermanfa’at bagi orang banyak, dan lain-lain.

Sedekah jariyah merupakan kegiatan berbagi untuk memberikan banyak manfa’at bagi orang lain, sehingga pahalanya pun akan senantiasa mengalir kepada orang yang melakukannya meskipun orang yang bersedekah telah meninggal dunia. Tentu saja, inti dari sekedah ini adalah niat yang tulus serta ikhlas, bukan karena mengharap pujian (riya`) dari pihak lain dan bukan untuk kebanggaan dari pandangan manusia belaka.

Contoh amal (sedekah) jariyah pada zaman Rasul Allâh saw.:

a. Kebun kurma yang disedekahkan oleh Sayyiduna Abu Thalhah ra. ketika turun firman Allâh, surat Ali ‘Imran ayat 92:

…لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗ

(Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai …)

b. Kebun yang disedeqahkan oleh Bani An-Najjar kepada Nabi Muhammad saw. untuk pembangunan masjid ketika Nabi datang di kota Madinah;  

Sumur “Raumah” yang terletak di sebelah Masjid Qiblatain dibeli oleh sayyiduna Utsman bin ‘Affan ra. dari orang Yahudi seharga 12.000 dirham dengan hak guna kemudian disedeqahkan kepada kaum muslimin di saat kekurangan air; Sikap positif beliau sebagai respon atas pertanyaan Rasul Allâh saw. ketika menyaksikan ummat Islam kekurangan air:

مَنْ يَشْتَرِي بِئْرَ رُومَةَ فَيَكُونُ دَلْوُهُ فِيهَا كَدِلاءِ المُسْلِمِينَ؟

(Siapa yang mau membeli sumur Raumah lalu disediakan untuk kepentingan Islam?)

Amalan apa yang masih bisa mengalir saat orang itu meninggal?
Sumur Raumah, waqaf Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan ra.

c. Kebun yang disedeqahkan oleh sayyiduna Umar bin al-Khatthab ra., dengan syarat tidak boleh dijual, diberikan maupun diwariskan, akan tetapi buahnya (kebun/tanah itu) diperuntukkan budak, orang-orang miskin, tamu, ibnu sabil (musafir yang kehabisan bekal), dan kerabat Rasul Allâh.

Di antara hadits-hadits yang menyebutkan shadaqah jariyyah, adalah hadits riwayat Imam al-Bukhari dan Imam Muslim bersumber dari Utsman bin ‘Affan ra., dia berkata: Sesungguhnya aku mendangar Rasul Allah saw. bersabda:

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللهِّ بَنَى اللُه لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ رواه البخاريّ

(Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah (ridla) Allâh, niscaya Allâh akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga). HR. Al-Bukhari

Di dalam riwayat lain yang bersumber dari sayyiduna Jabir ra., Nabi saw. bersabda:

مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا وَلَوْ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ

(Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun sebesar sarang burung atau lebih kecil darinya, niscaya Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga).

2. llmu yang bermanfa’at; seperti mengajarkan ilmu atau keterampilan kepada orang lain (siswa), menulis buku atau artikel dalam jurnal, dan lain sebagainya.

Ilmu yang bermanfaat ini adalah ilmu yang berguna bagi orang lain dalam hal kebaikan. Selama ilmu yang diajarkan tersebut masih digunakan dan dimanfa’atkan oleh orang lain setelahnya maka selama itu pula pahalanya tiada henti mengalir kepadanya meski telah meninggal dunia.

Ilmu yang bermanfa’at bisa berupa usaha menunjukkan seseorang ke jalan yang baik seperti beribadah, menuntut ilmu, menciantai al-Qur`an, mencintai Rasul, dan sebagainya. Dalam konteks ini sabda Nabi riwayat Imam Muslim yang bersumber dari Sayyiduna Abu Hurairah ra. berikut ini patut disimak:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا – رواه مسلم

(Sesungguhnya Rasul Allah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk (kebajikan), maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikitpun”). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim

Hadits lainnya menegaskan:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِه – رواه مسلم

(Siapapun yang memberi petunjuk (kebajikan), maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengerjakannya). Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim

3. Anak shaleh yang mau mendo’akannya;

Anak yang shaleh adalah anak yang dididik dengan sangat baik oleh orangtuanya sehingga anak tersebut menjadi anak yang taat kepada Allâh SWT., mampu dan mau mendo’akan kedua orangtuanya, taat dan bermanfaat bagi orang tuanya, agama, nusa, dan bangasa.

Hadits Ini sekaligus mengajarkan kepada manusia betapa pentingnya mendidik anak secara islami, menanamkan aqidah sejak dini kepada anak, dan membimbing anak menjadi generasi Qur`ani. Karena di balik kebanggaan memiliki anak yang patuh, bertaqwa, dan shaleh/shalehah, ada amal ibadah dan kebaikan dari anak shaleh yang akan senantiasa mengalir kepada kedua orangtuanya. Do’a anak shaleh yang ikhlas, tulus, dan selalu dipanjatkan untuk kedua orangtuanya merupakan suatu kebanggaan luar biasa bagi orangtua. Namun demikian keshalihan orangtua merupakan sarana pendidikan bagi terciptanya keshalihan anaknya.

Do’a seorang anak kepada orangtua itu sangat penting, bukan berarti do’a dari selain anak tidak diterima, akan tetapi sama kedudukannya ketika seorang jama’ah berdo’a untuk seseorang yang lebih tua atau orang lain siapapun. Oleh karena itu, bagi saudaraku yang tidak mempunyai anak hendaklah tidak perlu berkecil hati, tetaplah bersemangat dan berbuat baik kepada sesama agar orang lain mau mendo’akan dirimu dengan sebaik-baiknya.

Setiap ada orang meninggal dunia pasti ada do’a dan shalat jenazah, ini adalah dalil empirik yang membuktikan bahwa setiap kita membutuhkan do’a dari orang lain, dan do’a  orang lain –termasuk anaknya– itu sampai pada orang yang dido’akan.

Adapun cara mendo’akan orangtua adalah memohonkan ampunan minimal setiap usai shalat lima waktu dengan teks sebagai berikut:

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

(Ya Allah, Tuhanku! Sayangilah kedua orangtuaku sebagaimana mereka mendidikku di masa kecil).

Oleh karena itu, marilah kita memanfa’atkan kesempatan untuk beramal mulia terutama di bulan suci Ramadlan ini, baik dengan sedeqah jariyah (waqaf), menyampaikan ilmu, maupun mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan mau medo’akan kedua orangtuanya.

Wa- Allah a’lam bis-shawab

—–***********—-

Penulis: H. Mahlail Syakur Sf.
(Dosen FAI Unwahas, Ketua Lembaga Ta`lif wa-Nasyr (LTN) PWNU Jawa Tengah)

Apa saja amalan yang harus terus mengalir meskipun seseorang telah meninggal?

Artinya: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak sholeh yang berdoa baginya."

10 contoh sedekah jariyah?

Beberapa Contoh Amal Jariyah dalam Kehidupan.
Berbagi atau Menyebarkan Ilmu. ... .
2. Doa Anak Sholeh & Sholehah. ... .
3. Sedekah Harta. ... .
Memberikan Mushaf untuk Orang Lain. ... .
Membangun Masjid. ... .
6. Sungai yang Dialirkan. ... .
7. Mendirikan Rumah Sakit. ... .
Mendirikan Sekolah..

Sedekah yang pahalanya terus mengalir?

Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya bisa mengalir terus walau pemberi sedekah sudah tiada. Sedekah ini juga memiliki banyak keistimewaan. Meskipun seseorang sudah meninggal dunia, namun masih terdapat pahala yang masih terus mengalir. Salah satunya adalah sedekah jariyah.