Agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat, seorang anak hendaknya ta’dzimul ustadz, artinya

MEDIA PAKUAN - Setiap orang yang sedang menuntut ilmu, tentu menginginkan ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu yang bermanfaat dapat membawa perubahan positif pada diri dan lingkungan.

Selain itu, seseorang yang memiliki ilmu bermanfaat, bisa menjadi amal yang selalu mengalirkan pahala meskipun dirinya sudah meninggal dunia.

Baca Juga: Bertabur Bintang, Shopee Tampilkan Stray Kids dan GOT7 Live Di TV Show Shopee 12.12 Birthday Sale!

Bahkan, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits mengenai hal tersebut.

“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputus amalnya kecuali tiga perkara; yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.”

[HR. Muslim]

Maka, cara paling baik untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat adalah dengan memiliki atau menghiasi diri dengan adab sebelum belajar. Sebuah pepatah Arab mengatakan :

الأدب  فوق العلم

"Adab di atas Ilmu” 

Baca Juga: Bukan Ikhtiar Saja dalam Bekerja, Inilah Doa Ketika Memulai Pekerjaan yang Berat

Arti dari pepatah tersebut ialah, orang yang ingin mendapatkan ilmu harus memiliki adab terlebih dahulu, karena orang yang belajar tanpa memiliki adab, disebutkan tidak akan mendapatkan apa yang dicarinya. 

Ilmu ibarat hewan buruan, jika ingin mendapatkannya maka pemburu harus memiliki bekal dan teknik berburu yang baik. Dengan memiliki bekal berburu yang baik, ia akan mendapatkan hewan buruan yang diingikan.

Begitu pula dengan orang yang tengah menuntut ilmu, harus memiliki sifat, teknik, dan kiat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Baca Juga: Sering Diterpa Berbagai Masalah, Inilah Doa dalam Menghadapi Perkara: Membantu Hati Lebih Tenang

Sifat, teknik, dan cara mendapatkan ilmu tersebut dirangkum dalam satu istilah yang mencakup semuanya, yaitu adab.

Apa sajakah adab bagi pencari ilmu? berikut ulasannya.

1. Adab kepada Diri Sendiri

Seorang penuntut ilmu harus memahami dan menghiasi diri dengan adab kepada diri sendiri, yaitu membersihkan diri dari sifat sombong. Kebalikan sifat sombong adalah rendah hati [tawadlu’]. Sifat inilah yang dianjurkan baginya.

Kesombongan dapat menghambat, bahkan menghalangi seseorang untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, lantaran dia menganggap dirinya sudah bisa, sehingga merasa tidak perlu mendengar dari orang lain.

Baca Juga: Tak Perlu Ke Salon, Inilah 7 Alat Sederhana Untuk Nail Art

Selain itu, jika ada orang yang lebih tahu darinya, dia merasa tersaingi dan membenci orang tersebut.

Nabi SAW menyebutkan bahwa sombong ialah, “Menolak kebenaran dan membenci manusia.”

Membenci dalam hal ini, termasuk membenci pada yang menyampaikan kebenaran dan pada manusia yang mau mendengarkan kebenaran.

Adab kepada diri sendiri termasuk dalam hal cara berjalan yang baik, tidak terburu-buru atau terlalu lambat. Karena terburu-buru adalah perbuatan syetan, sementara sifat lambat menunjukkan diri tidak bersungguh-sungguh dalam belajar.

Selain itu, bagian adab terhadap diri sendiri ialah menjaga pandangan dari yang diharamkan. Karena maksiat dapat menghilangkan ilmu yang sudah didapat. Sebuah pepatah mengakatakan:

موت العلم باالمعصية

"Meninggalnya/hilangnya ilmu dengan maksiat"

Baca Juga: Barang Anda Hilang! Jangan Dulu Marah atau Cemas, Berdoa dan Amalkan Doa secepatnya

Pepatah tersebut mengandung arti, ketika ilmu sudah didapat, maka harus dijaga dengan selalu melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.

2. Adab kepada Guru

Seorang murid harus memiliki keyakinan bahwa gurunya memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dirinya dan orang lain. Karena selain mendidik akal, ia juga mendidik rohani muridnya. 

Maka dari itu, sudah seharusnya bagi murid menghormati dan merendahkan diri dihadapan gurunya.

Bahkan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata: 

  اناعبدمن علمنۍ حرفا واحد

"Aku hamba sahayanya seseorang yang mengajariku ilmu walaupun satu huruf"

Baca Juga: Selalu Dihadapi Godaan yang Menyesatkan? Inilah Doa Selamat Dunia Akhira, Yuk Amalkan

Duduk dengan baik dan mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan gurunya, serta menahan diri dengan tidak bercanda atau mengobrol di hadapannya, merupakan adab yang sudah seharusnya dilakukan.

Bagian lain dari adab kepada guru ialah tidak memuji guru lain di hadapannya, karena khawatir murid tersebut dinilai menghina gurunya.

Selain itu, murid juga tidak boleh malu bertanya terhadap sesuatu yang belum dimengerti, karena guru tidak mengetahui secara detail, muridnya telah memahami atau belum terhadap ilmu yang telah disampaikan.

Baca Juga: Kurang dari 5 Menit , 11 Cara Redakan Stres dan Pulih Kembali, Ikuti Arahan Ini

3. Adab kepada Teman

Menghargai teman dan tidak menghinanya, ketika ia mengalami kesulitan dalam belajar, merupakan adab yang harus dilakukan.

Jangan sampai terlontar kata-kata yang tidak menyenangkan misalnya bodoh, idiot, dan kalimat merendahkan lainnya.

Sebab, hal tersebut dapat melukai hatinya serta membuat dirinya berkecil hati ketika belajar.

Adab lain kepada teman yang harus dilakukan ialah menguatkan mental dan semangatnya, ketika ia menghadapi masalah.

Baca Juga: Lalaikan Shalat Jumat! Begini Ancamannya Berdasarkan Hadits

Teman yang baik adalah teman yang bisa menguatkan bukan melemahkan, serta mengingatkan temannya ketika melakukan kesalahan. Sebuah pepatah mengatakan:

خيرالأصحاب من يدلك علۍالخير

“Sebaik-baik teman adalah yang mengarahkanmu kepada kebaikan.”

  • Nah, itulah 3 adab yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu agar bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Pastikan untuk melakukan kiat-kiat tersebut, supaya tercapai segala yang dicita-citakan.***

Rep: Syahruddin el-Fikri Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Burhanuddin Al-Zarnuji, pengarang kitab Ta'lim al-Muta'allim Ila Thariqah al-Ta'allum, menerangkan bahwa sebaiknya seorang pelajar itu menuntut ilmu dimulai pada hari Rabu. Alasannya, karena hari itu cahaya diciptakan.

Dan dalam belajar, sebaiknya dilakukan dengan cara menghafal baru kemudian memahaminya. Setelah menghapal dan paham baru lakukanlah pencatatan. Jangan mencatat sebelum paham karena itu membuang-buang waktu.

Selanjutnya, pada pasal tujuh, Al-Zarnuji menjelaskan tentang perlunya sikap tawakal bagi seorang penuntut ilmu. Karena dengan tawakal [memasrahkan sepenuhnya kepada Allah], dirinya akan mudah dalam menuntut ilmu. Lalu, pada pasal selanjutnya hingga ke-13, Al-Zarnuji menjelaskan tentang sikap wara' [menjaga makanan dan perbuatan yang dilarang untuk tidak disantap atau dilakukan], hal-hal yang membuat orang mudah menghafal dan yang mudah membuat orang gampang lupa, serta amalan dan bacaan yang membuat pengamal ilmu pengetahuan mudah mendapatkan rezeki dari Allah SWT.

Menurut Al-Zarnuji, ada hal-hal untuk mempermudah datangnya rezeki dan menghambat rezeki. Yang mempermudah datangnya rezeki adalah doa, sedangkan yang menjadi penyebab penghalang rezeki adalah dusta dan dosa. Dusta dapat menyebabkan kefakiran. ''Tidur di pagi hari bisa menyebabkan fakir harta juga fakir ilmu. Termasuk, rugi bila malam dibiarkan lewat begitu saja tanpa guna, karena malam juga termasuk dari umur yang dijatah.''

Hal lain yang dapat menghalangi rezeki ialah tidur dengan telanjang, kencing telanjang, makan dalam keadaan junub, tidur di atas lambung, membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah dan bawang putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah di dalam rumah, berjalan di muka orang tua, memanggil orang tua dengan nama keduanya, membersihkan gigi dengan sembarang kayu, membersihkan tangan dengan debu, duduk di muka pintu, bersandar di daun pintu, berwudu di tempat beristirahat, menambal baju yang sedang dikenakan, membersihkan badan dengan baju, membiarkan sarang laba-laba di dalam rumah, dan meremehkan [menunda-nunda] shalat.

Demikianlah, keterangan Al-Zarnuji tentang cara menuntut ilmu. Pada bagian penutup, Al-Zarnuji memberikan beberapa doa dalam belajar yang bisa diamalkan seorang pelajar agar mudah dalam mengingat pelajaran. Tak lupa pula, Al-Zarnuji menganjurkan pada pelajar untuk senantiasa memohon doa dan membaca shawalat untuk Rasulullah SAW, sebagai penghulu dan teladan umat Islam.

  • kitab kuning
  • ta'lim al-muta'allim

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...

AKURAT.CO, Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi kaum muslimin dan muslimat sejak ia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Menuntut ilmu ini pada dasarnya sudah Allah perintahkan kepada manusia ketika ayat pertama dalam Al-Qur'an diturunkan.

Ayat pertama tersebut yakni Surah Al-Alaq 1-5 di mana Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw untuk membaca.

Hanya saja, kita wajib pula mengetahui adab ketika menuntut ilmu. Kita harus berusaha agar ilmu yang kita pelajari dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri, orang lain, saat di dunia, sampai di akhirat kelak.

1. Mencari ridha Allah

Niat mencari ilmu haruslah lillahi ta'ala [karena Allah ta'ala]. Kita tidak boleh mencari ilmu untuk mengejar materi duniawi belaka.

Rasulallah saw bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah [ridha] Allah dengan ikhlas, tetapi ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka kelak ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” [HR. Ahmad].

2. Selalu merasa haus akan ilmu

Ketika kita menuntut ilmu, kita tidak boleh sombong dan merasa sudah tahu segalanya. Justru saat menuntut ilmu kita harus merasa tidak tahu apa-apa, selalu haus akan ilmu pengetahuan.

Rasulullah saw barsabda, “Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang yaitu orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang terhadapnya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” [HR. Al-Baihaqi].

3. Menjauhkan diri dari maksiat

Suatu ketika, Imam Syafii pernah berkeluh kepada gurunya karena hafalannya sangat lemah. Kemudian, gurunya Imam Syafii menyarankan agar ia menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Menurut gurunya, ilmu adalah cahaya Allah, ia tidak akan diberikan pada orang-orang yang berbuat kemaksiatan.

4. Berusaha mengamalkan ilmu dengan sebaik-baiknya

Ilmu yang bermanfaat adalah harapan semua orang. Nabi Muhammad saw bersabda, “Barang siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah petunjuknya [amalnya tidak semakin baik], maka ia hanya akan semakin jauh dari Allah.” [HR Ad-Darimi].

5. Diam dan memperhatikan apa yang disampaikan guru

Sudah sewajarnya seorang murid mendengarkan apa yang disampaikan gurunya. Hal ini selaras dikatakan Allah dalam Surah Al-A'raf ayat 204 yang artinya:

...Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” [QS. Al-A’raf: 204].

6. Berusaha memahami, menghafal, dan menyampaikan ilmunya

Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw bersabda, “Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fikih kepada orang yang lebih faham daripadanya....” [HR. At-Tirmidzi].

7. Menulis ilmu yang dipelajari

Menulis adalah bekerja untuk keabadian, termasuk mengabadikan ilmu yang kita pelajari. Rasulullah saw bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” [HR. Ibnu ‘Abdil Barr].

Wallahu a'lam.[]

Video yang berhubungan