Yang tidak termasuk kandungan surat al hujurat ayat 12 yaitu

Kandungan surat Al-Hujurat ayat 12 penting diketahui. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi manusia yang beragama Islam.

Allah menurunkan Al-Qur’an melalui perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an terdapat larangan serta anjuran yang harus manusia lakukan.

Apapun masalah yang kita lewati dan hadapi, jawabannya berada di dalam Al-Qur’an. Bukan hanya itu saja, kitab ini juga menyimpan banyak hikmah serta pelajaran bagi siapapun yang mau memahaminya.

Kita tahu bahwa dalam Al-Qur’an terdapat 114 surat yang terangkum dalam 30 juz. Salah satunya ada surat Al-Hujurat.

Dalam surat Al-Hujurat itu ada salah satu ayat yang menjadi peringatan bagi manusia. Lebih tepatnya berada dalam ayat 12. Pembahasan dalam ayat tersebut nyatanya sampai saat ini masih banyak yang menyepelekan.

baca juga: Kandungan Surat Al-Kafirun, Ajakan Hidup Bertoleransi

Dalam ajaran agama Islam, berprasangka buruk kepada sesama itu dilarang. Sama halnya yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12.

Yang tidak termasuk kandungan surat al hujurat ayat 12 yaitu
Yang tidak termasuk kandungan surat al hujurat ayat 12 yaitu

Dengan mengetahui arti ayat tersebut, kita bisa mendapatkan sedikit gambaran tentang kandungan surat Al-Hujurat ayat 12.

Pertama, ayat ini menganjurkan kita untuk tidak berprasangka buruk kepada sesama. Perbuatan tersebut dapat memberikan kita dosa serta mengurangi dosa orang yang kita gunjing. Bagaimana, apakah bisa menjadi penghuni surga?

Perlu Anda ketahui, dalam tafsir Ibnu Katsir ayat 12 ini, Allah melarang hamba yang beriman untuk berprasangka buruk kepada orang lain, yakni dengan cara mencurigai, memberikan tuduhan yang tidak ada dasar ataupun buktinya. Sebab hal tersebut merupakan perbuatan dosa dan harus kita jauhi.

baca juga: Kandungan Surat An-Nasr Menjadi Bukti Akan Adanya Pertolongan Allah

Mencari Keburukan Orang Lain

Kandungan surat Al-Hujurat ayat 12 lainnya, kita tidak boleh mencari keburukan orang lain. Adanya kata tajassasuu berasal dari jassa.

Artinya adalah upaya mencari tahu dengan cara yang tersembunyi. Maksudnya, kita sengaja mencari celah dalam kehidupan orang lain untuk menemukan kesalahan dan kekurangannya.

Dengan sengaja kita mencari kesalahan orang lain secara sembunyi-sembunyi, kemudian menyebarluaskannya.

Padahal kita tidak menggunakan bukti atau dasar yang mengatakan bahwa orang tersebut melakukan hal demikian seperti apa yang sudah kita ucapkan. Terkadang bodohnya manusia, mudah percaya tanpa mengetahui bukti yang sebenarnya.

Untuk itu, Allah melarang kita berbuat seperti itu. Tidak akan menyebabkan kita mendapatkan pahala dalam jumlah yang banyak, melainkan menambah dosa.

Bahkan menyebabkan dosa tersebut menjadi bertumpuk semakin banyak sehingga menghalangi kita untuk menjadi penghuni surga.

baca juga: Kandungan Surat At-Tin Menjelaskan Perbuatan Manusia dan Balasannya

Ghibah

Bukan hanya itu saja kandungan surat Al-Hujurat ayat 12, melainkan Allah juga menganjurkan kita untuk tidak membicarakan orang lain atau biasa kita sebut ghibah.

Tentu saja hal ini adalah suatu perbuatan dosa yang sangat besar. Ghibah merupakan perbuatan membicarakan orang lain yang tidak ada.

Perbuatan ini diibaratkan sama halnya kita memakan bangkai saudara kita sendiri yang sudah meninggal. Tentu saja kita akan merasa jijik bukan?

Coba saja kita logika. Jika ada saudara sesama muslim yang meninggal, kemudian dagingnya kita makan, sudah pasti merasa jijik dan tidak tega.

Seperti halnya membicarakan keburukan orang lain. Dahulu Nabi Muhammad SAW mencium bau busuk orang-orang yang berbuat ghibah.

Terkait kandungan surat Al-Hujurat ayat 12, Imam Ahmad meriwayatkan ketika Jabir bin Abdullah serta sejumlah sahabat lain saat sedang bersama Rasulullah SAW, bau busuk tersebut tercium kembali.

Rasulullah bersabda, tahukah kalian apakah bau ini? Ini merupakan bau orang-orang yang suka menggunjing orang lain (HR. Ahmad).

Sering sekali kita melakukan hal tersebut, namun tidak menyadarinya. Padahal perbuatan tersebut mengurangi pahala kita.

Ibarat dalam hal puasa, kita bisa mendapatkan 100 pahala. Tetapi karena menggunjing orang lain, kita hanya mendapatkan pahala setengahnya saja atau 50.

Bisa dikatakan sangat rugi jika seseorang puasa kemudian melakukan perbuatan yang dilarang. Ini merupakan kandungan surat Al-Hujurat ayat 12. (Muhafid/R6/HR-Online)

Ilustrasi Alquran Surat Al Hujarat ayat 12. Foto: Pixabay.

Alquran menyimpan banyak hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang membaca dan memahaminya. Ini termasuk surat Al Hujurat ayat 12 yang berisi perintah agar manusia menjauhi sifat suudzon atau berprasangka buruk, dan selalu bersikap khusnudzon atau berprasangka baik.

Dalam surat Al Hujurat ayat 12, Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.

Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 12

Dalam buku Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/MA Kelas X oleh Tim Ganesha Operation, ada tiga larangan utama yang terkandung dalam surat Al-Hujurat Ayat 12. Rinciannya, orang yang beriman dilarang berprasangka buruk, dilarang mencari kesalahan atau aib orang lain, dan dilarang bergunjing atau berghibah.

Rasulullah SAW dalam hadist yang diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim menjelaskan lebih lanjut tentang larangan berprasangka buruk. Hadist yang memperkuat kandungan surat Al Hujurat ayat 12 ini berbunyi:

Dari Abu Harairah RA berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah oleh mu berburuk sangka, karena berburuk sangka itu termasuk perkataan yang paling berdusta. Dan jangan buruk sangka, jangan mencari-cari kesalah orang lain, jangan membuat rangsangan dalam penawaran barang, jangan dengki mendengki, jangan benci membenci, jangan belakang-membelakangi, dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Ilustrasi sikap husnudzon. Foto: Pixabay

Dalam surat Al-Hujurat Ayat 12, seorang Muslim diwajibkan untuk selalu memiliki sifat khusnudzon. Dikutip dari buku Ilmu Tasawuf Penguatan Mental-Spiritual dan Akhlaq oleh Dr. H. Imam Kanafi, M.Ag, ada dua macam sikap khusnudzon, yaitu khusnudzon terhadap Allah SWT dan khusnudzon terhadap sesama manusia. Bagaimana contoh dua macam khusnudzon tersebut dalam kehidupan sehari-hari?

Contoh dari khusnudzon terhadap Allah SWT adalah manusia harus selalu yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir Allah SWT. Manusia juga harus yakin bahwa kehidupan ini sepenuhnya dikontrol oleh Allah SWT. Selain itu, manusia juga harus yakin bahwa Allah Maha Adil.

Sedangkan contoh dari khusnudzon terhadap sesama manusia, jika ada seseorang yang sudah berjanji akan datang ke rumah, tetapi setelah ditunggu-tunggu orang tersebut tidak kunjung datang. Nah, tuan rumah harus khusnudzon dengan menganggap bahwa ketidakhadiran orang tersebut karena ada hal yang lebih penting.