Yang merupakan contoh produk pengawetan bahan makanan dengan cara diasap adalah

Pengasapan

Pengasapan merupakan cara pengawetan dengan dengan menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya. Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau proses pengawetan makanan, terutama ikan. Selain itu pengasapan dapat menghambat oksidasi lemak didalam bahan pangan tersebut. Makanan diasapi dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan dekat dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar. Pembakaran tanpa api akan menghasilkan banyak uap dan panas yang cukup untuk mengurangi kadar air pada daging. Asap akan melapisi permukaan daging dan memberikan cita rasa dan aroma yang khas pada daging yang dihasilkan.

Sebelum diasapi, daging biasanya direndam di dalam air garam. Beberapa jenis ikan tidak perlu direndam lebih dulu di dalam air garam, Setelah dilap dan dikeringkan, makanan digantung di tempat pengasapan yang biasanya memiliki cerobong asap. Sebagai kayu asap biasanya dipakai serpihan kayu yang bila dibakar memiliki aroma harum seperti kayu pohon ek dan bukan kayu yang memiliki damar. Ke dalam kayu bakar bisa ditambahkan rempah-rempah seperti cengkeh dan akar manis

Apabila kayu dipanaskan maka sejumlah senyawa-senyawa kimia akan terbebaskan ke udara. Asap kayu terdiri dari partikel-partikel bahan yang sanagat kecil, ringan dan tersebar di udara. Ukuran dari partikel-partikel bahan ini tergantung dari keadaan bagaimana asap itu terbentuk. Proses melekatnya partikel-partikel asap tadi berkaitan erat dengan perbaikan kualitas bahan makanan yang diasapi.

Pengasapan biasanya dikombinasikan pemakainnya dengan proses pemanasan lain untuk membantu membunuh mikroorganisme. Selain untuk membunuh mikroorganisme, juga pemanasan ini dapat membatu mengeringkan bahan yang diasapi sehingga menjadi lebih awet. Dalam hal ini pengasapan biasanya dilakukan pada suhu sekitar 57⁰ C. Jika pengasapan tidak dikombinasikn dengan pemanasan lainnya, maka suhu yang dipergunakan biasanya lebih tinggi lagi. Pengasapan yang dilakukan pada suhu sekitar 60⁰ C dapat menghambat terjadinya reaksi enzimatik didalam bahan makanan yang diasapi.

Prinsip Pengasapan

Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan memanfaatkan kombinasi perlakuan perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa asap dalam bentuk uap dan butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap tersebut menempel pada daging dan terlarut dalam lapisan air yang ada dipermukaan daging, sehingga terbentuk aroma dan rasa yang khas pada produk, dan warnanya menjadi keemasan atau kecoklatan.

Syarat Pengasapan

Seperti halnya dengan pengeringan melalui terik matahari maupun menggunakan cara diangin-angin yang biasa dilakukan oleh orang Indonesia, pengasapan terlebih dahulu harus melalui proses pengerjaan awal, antara lain penggaraman, pengeringan, dan pemanasan. Ketiga hal tersebut ditujukan untuk menjamin kesempurnaan hasil pengasapan.

Faktor yang Mempengaruhi Pengasapan

  1. Jenis bahan bakar
  2. Kadar air kayu pengasap
  3. Kepekatan asap
  4. Suhu
  5. Kelembaban

Cara Pengasapan

Proses pengasapan terjadi dalam tiga tingkatan:

  1. Pengaringan (pendahuluan), dalam tingkatan ini bahan makanan mulai mengering karena kontak dengan udara atau uap yang panas.
  2. Proses peresapan asap
  3. Perlakuan panas, dalam tingkatan ini merupakan proses pengeringan lanjutan

Ada dua cara pengerjaan pengasapan yang diketahui, yaitu:

Dalam cara ini asap meresap ke permukaan bahan makanan, saat bahan makanan berada langsung di atas kayu yang membara. Dalam hal ini tidak diperlukan tehnik-tehnik khusus untuk memperbaiki melekatnya partikel-partikel asap pada bahan makanan. Perhatikan gambar 1 dibawah ini.

Cara ini menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk mendorong partikel-partikel/ senyawa-senyawa yang ada dalam asap kedalam bahan makanan yang diasapi. Di dalam pengasapan buatan, asap yang digunakan dapat berupa gas yang dihasilkan dari kayu bakar dan cairan.

Ada berbagai macam metode pengasapan namun konsep dan proses awal pengasapan pada dasarnya sama. Inti dari pengasapan adalah menghilangkan kandungan air sehingga bakteri pembusuk tidak bisa tumbuh. Ada dua jenis pengasapan yaitu pengasapan panas dan pengasapan dingin, semuanya tergantung jumlah panas yang digunakan. Selain itu, berkembang pula cara pengasapan yang tergolong baru berupa pengasapan elektrik dan pengasapan liquid yang dikenal dengan asap cair.

Tabel Perbedaan Pengasapan Panas dan Pengasapan Dingin

Jenis Pengasapan

Temperatur Waktu

Daya Tahan

Pengasapan Dingin

40-50oC 1-2 minggu

2-3 minggu sampai beberapa bulan

Pengasapan Panas

70-100oC Beberapa jam

Beberapa Hari

Suhu yang digunakan untuk pengasapan panas cukup tinggi sehingga daging ikan menjadi matang. Daya awet ikan yang diasap panas karena garam, asap, dan panas. Sedangkan pada ikan yang diasap dingin dikarenakan garam, asam dan pengeringan. pengeringan tersebut akan terjadi akibat aliran asap dalam jangka waktu yang lama. Hal itu sangat penting karena daya awet yang ditimbulkan oleh asap dan garam tidak mencukupi.pengasapan yang terlalu lama akan menghilangkan kelezatan ikan karena terlalu banyak air yang hilang. Demikian pula pemakaian asap yang terlalu panas.

Proses pengasapan berlangsung sebagai berikut. Penggaraman dilakukan dengan jumlah garam yang bervariasi, tergantung pada tujuan yaitu menggunakan garam sebanyak 10%-40% selama 20-60 menit. Pencucian ikan bertujuan mengurangi kadar garam pada kulit dan menghilangkan kristal-kristal garam pada permukaan daging ikan. Selanjutnya ikan digantung di tempat yang kering dan teduh selama 1-2 jam. Apabila memungkinkan, di tempat terbuka yang tertiup angin. Bertujuan untuk mengeringkan bagian permukaan ikan hingga terbentuk pellicle, yaitu permukaan ikan yang licin dan elastis, terutama ikan-ikan yang tidak bersisik. Alat penggantung ikan yang dipakai dalam pengeringan tersebut biasanya penggantung ikan yang dipakai pada proses pengasapan. Timbulnya pellicle mempercepat penempelan partikel-partikel asap pada ikan. Penggantungan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan rusuk besi, tali atau kait. Perhatikan gambar 2 berikut ini.

Pengasapan dingin merupakan cara pengasapan pada suhu rendah, yaitu tidak lebih tinggi dari suhu 33oC sekitar (15-33oC). Waktu pengasapannya dapat mencapai 4-6 minggu. Penggunaan suhu rendah dimaksudkan agar daging ikan tidak menjadi masak atau protein di dalamnya tidak terkoagulasi. Akibatnya, ikan asap yang dihasilkan masih tergolong setengah masak sehingga sebelum ikan asap disantap masih perlu diolah kembali menjadi produk siap santap.

      2. Pengasapan Panas

Pengasapan panas dengan menggunakan suhu pengasapan yang cukup tinggi, yaitu 80-90oC. Karena suhunya tinggi, waktu pengasapan pun lebih pendek, yaitu 3-8 jam dan bahkan ada yang hanya 2 jam. Melalui suhu yang tinggi, daging ikan menjadi masak dan tidak perlu diolah terlebih dahulu sebelum disantap.

Suhu pengasapan yang tinggi mengakibatkan enzim menjadi tidak aktif sehingga dapat mencegah kebusukan. Proses pengawetan tersebut juga dikarenakan adanya asap. Jika suhu yang digunakan 30-50oC maka disebut pengasapan panas dengan suhu rendah dan jika suhunya 50-90oC, maka disebut pengasapan panas dan suhu tinggi.

        3. Pengasapan Elektrik.

Ikan asap dengan asap dari pembakaran gergaji (serbuk gergaji) yang dilewatkan medan listrik dengan tegangan tinggi. Ikanpun mengalami tahap pengeringan untuk mempersiapkan permukaan ikan menerima partikel asap, lalu tahap pengasapan, dan tahap pematangan. Pada ruang pengasap dipasang kayu melintang di bagian atas dan dililiti kabel listrik. Ikan digantung dengan kawat pada kayu berkabel listrik tersebut.

         4. Pengasapan Cair

Asap liquid pada dasarnya merupakan asam cuka (vinegar) kayu yang diperoleh dari destilasi kering terhadap kayu. Pada destilasi kering tersebut, vinegar kayu dipisahkan dari tar dan hasilnya diencerkan dengan air lalu ditambahkan garam dapur secukupnya, kemudian ikan direndam dalam larutan asap tersebut selama beberapa jam. Faktor penting yang perlu diperhatikan pada pengasapan liquid adalah konsentrasi, suhu larutan asap, serta waktu perendaman. Setelah itu, ikan dikeringkan di tempat teduh.

Kelebihan penggunaan asap cair dalam pengasapan adalah

  1. Beberapa aroma dapat dihasilkan dalam produk yang seragam dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
  2. Lebih intensif dalam pemberian aroma.
  3. Kontrol hilangnya aroma lebih mudah.
  4. Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis bahan pangan.
  5. Dapat digunakan oleh konsumen pada level komersial.
  6. Lebih hemat dalam pemakaian kayu sebagai sumber asap.
  7. Polusi lingkungan dapat diperkecil.
  8. Dapat diaplikasikan ke dalam berbagai kehidupan seperti penyemprotan, pencelupan atau dicampur langsung ke dalam makanan.

Produk Hasil Pengasapan

a) Daging

Di pabrik pengemas daging yang modern, pengasapan dilakukan dalam rumah asap yang terdiri dari beberapa tingkat. Apabila daging yang diasapi akan disimpan pada suhu kamar, maka daging tersebut harus diasapi padasuhu 57,2⁰ C sehingga suhu bagian dalam daging mencapai 110⁰ C. Daging asap dapat disimpan beberapa lama, mempunyai flavor yang menyenangkan dan rasanya lebih baik.

b) Sosis

Dipabrik-pabrik sosis yang modern sekarang pada kenyataanya baik proses pengasapan maupun proses pemasakan dilakukan bersama-sama dalam satu asap. Dengan udara yang terkontrol dan dilengkapi dengan penyiram air panas, atau produk dapat dipindahkan dari rumah asap umtuk kemudian dimasak. Tujuan daripada proses pengasapan pada sosis adalah untuk memperbaiki kenampakan sosis yaitu oleh komponen-komponen dalam asap, untuk memberi flavor asap yang khas, untuk memberi daya awt oleh bahan-bahan bakteriostatik dan bahan-bahan antioksidan yang berasal dari asap.

c) Ikan

Ikan salem merupakan ikan yang banyak diasapi di Amerika Serikat. Setelah digarami pada konsentrasi rendah, ikan salem kemudian diasap dinin. Ikan salem yang masih lunak direndam dalam air tawar selama semalam atau disimpan dalam air yang mengalir selama sepuluh jam, kemudian ikan itu dicuci, ditiriskan dan kemudian dibereskan. Ikan salem kemudian diasap pada suhu sekitar 27⁰ C selama 24 sampai 48 jam dalam asap yang sedikit.

d) Keju

Pengasapan keju merupakan hal yang telah dikerjakan sejak jaman dahulu. Pengasapan keju dapat memperbaiki kualitas penyimpanan keju tersebut, hal itu disebabkan karena permukaan keju akan diseliputi dan diliputi oleh senyawa-senyawa anti mikrobia dan antioksidan yang memang terdapat didalam asap. Dengan demikian keju akan langsung terhindar dari serangan kapang dan jasad-jasad renik lainnya.

Pengasapan Ikan

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu dilakukan untuk mencegah proses pembusukan. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak.

Menurut perkiraan FAO, 2% dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara pengasapan sedangkan di negara-negara tropik jumlahnya mencapai 30%. Dibandingkan cara pengawetan ikan dengan cara penggaraman atau pengasinan, pengawetan ikan dengan cara pengasapan di Indonesia kurang begitu luas dipraktikkan, hal ini mungkin disebabkan pemasarannya yang agak sulit, karena konsumen ikan asap masih sangat terbatas.

Ikan Asap

Ikan asap adalah ikan yang diolah dari ikan segar atau ikan yang digarami terlebih dahulu (bahkan dapat pula diambil dari ikan-ikan hasil penggaraman kering atau basah), tergantung dengan selera konsumen. Ikan asap merupakan produk akhir yang siap untuk dimakan artinya tanpa diolah lagi sudah dapat disantap.

Prinsip Pengawetan Ikan Dengan Cara Pengasapan

Pengasapan merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengawetkan ikan tanpa campuran bahan pengawet. Pengasapan ikan dilakukan pada suhu 650C – 800C selama 3-4 jam. Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non resinous) atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.

Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang amat kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dalam perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap oleh ikan terutama dalam bentuk uap, senyawa tersebut memberikan warna dan rasa yang diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel padatan tidak begitu penting pada proses pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan karena adanya aksi desinfeksi dari formaldehid, asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.

Butiran-butiran asap mengambil peranan penting dalam pewarnaan. Pengeringan mempunyai fungsi penting dalam pengawetan ikan asap, kecepatan penyerapan asap kedalam daging ikan dan pengeringannnya tergantung kepada banyaknya asap yang terjadi, suhu dan kandungan air dari ikan yang diasapi.

Bila kayu atau serbuk kayu dibakar, maka selulose akan diuraikan menjadi alkohol-alkohol berantai lurus yang lebih pendek, aldehid-aldehid, keton-keton dan asam-asam organic. Selain lignin diuraikan menjadi turunan-turunan phenol, quinol, guaikol dan piragatol. Dengan menggunakan teknik kromatografi kertas telah diketahui adanya kurang lebih 20 macam senyawa kimia dalam asap. Persentase setiap senyawa kimia pada asap yang dihasilkan tergantung kepada jenis kayu yang digunakan.

Untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu yang lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan.

Tinggi rendahnya efisiensi proses pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara sekelilingnya, bila udara dingin yang masuk kedalam unit pengasapan dipanasi, maka beratnya akan menjadi lebih ringan daripada udara di luar, dan udara ini akan masuk atau naik dengan cepat ke unit pengasapan dan melintasi ikan-ikan di dalamnya. Banyaknya uap air yang diserap oleh udara tergantung suhunya, jadi bila udara dingin dipanasi maka kapasitas pengeringan akan lebih tinggi. Dalam keadaan lembab, udara jenuh yang telah panas tidak dapat dipanasi lagi secara cepat untuk mengurangi kandungan uap airnya dan oleh karena itu kapasitas menurun.

Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air tergantung pada kapasitas pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran asap. Pada tahap kedua, dimana permukaan ikan sudah agak kering suhu ikan akan mendekati suhu udara dan asap. Kecepatan pengeringan akan menjadi lambat karena air harus merembes dahulu dari lapisan dalam daging ikan,bila pengeringan mula-mula dilakukan pada suhu yang terlalu tingi dan terlalu cepat, maka permukaan ikan akan menjadi keras dan akan menghambat penguapan air selanjutnya dari lapisan dalam, sehingga kemungkinan daging ikan bagian dalam tidak mengalami efek pengeringan. Perhatikan gambar 3.

Proses-Proses Pada Pengasapan Yang Mempunyai Efek Pengawetan

Pada pengasapan terdapat beberapa proses yang mempunyai efek pengawetan, yaitu : penggaraman, pengeringan, pemanasan dan pengasapannya sendiri.

Proses penggaraman dilakukan sebelum ikan diasapi, penggaraman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara penggaraman kering ( dry salting) dan penggaraman basah atau larutan (brine salting). Penggaraman menyebabkan daging ikan menjadi lebih kompak, karena garam menarik air dan menggumpalkan protein dalam daging ikan. Pada konsentrasi tertentu,garam dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Disamping itu garam juga menyebabkan daging ikan menjadi enak.

2. Pengeringan

Ikan yang sudah digarami dan ditiriskan dimasukkan ke dalam kamar asap yang berisi asap panas hasil pembakaran. Pemanasan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya penguapan air pada daging ikan, sehingga permukaan air dan dagingnya mengalami pengeringan. Hal ini akan memberikan efek pengawetan karena bakteri-bakteri pembusuk lebih aktif pada produk-produk berair. Oleh karena itu, proses pengeringan mempunyai peranan yang sangat penting dan ketahanan mutu produk tergantung kepada banyaknya air yang diuapkan.

3. Pemanasan

Ikan dapat diasapi dengan pengasapan panas atau dengan pengasapan dingin. Pada pengasapan dingin panas yang timbul karena asap tidak begitu tinggi efek pengawetannya hampir tidak ada. Untuk meningkatkan daya awet ikan, waktu untuk penasapan harus diperpanjang. Pada pengasapan panas karena jarak antara sumber api (asap) dengan ikan biasanya dekat, maka suhunya lebih tinggi sehingga ikan menjadi masak. Suhu yang tinggi dapat menghentikan aktifitas enzim-enzim yang tidak diinginkan, menggumpalkan protein ikan dan menguapkan sebagian air dari dalam jaringan daging ikan. Jadi disini ikan selain diasapi juga terpanggang sehingga dapat langsung dimakan

4. Pengasapan

Tujuan dari pengasapan adalah untuk mengawetkan dan memberi warna dan rasa spesifik pada ikan. Sebenarnya asap sendiri daya pengawetnya sangat terbatas (yang tergantung kepada lama dan ketebalan asap), sehingga agar ikan dapat tahan lama, pengasapan harus dikombinasikan dengan cara-cara pengawetan lainnya, misalnya dengan pemakaian zat-zat pengawet atau penyimpanan pada suhu rendah.

Pengaruh Pengasapan Pada Ikan Yang Diasap

  1. Daya Awet Ikan
  2. Rupa Ikan
  3. Warna Ikan
  4. Rasa Ikan

Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Asap

  1. Bahan Mentah (raw material)
  2. Perlakuan-perlakuan Pendahuluan (pretreatments)
  3. Pengeringan Sebelum Pengasapan

Cara Memilih Ikan Segar

Begitu ikan mati maka peredaran darahnya akan terhenti dan terjadi suatu reaksi kimia yang menyebabkan ikan tersebut menjadi kaku. Ikan seperti ini masih dianggap sebagai ikan segar dan berkualitas sama dengan ikan hidup.

Tanda-tanda ikan segar yang dapat kita lihat dari luar :

  1. Ikan bercahaya seperti ikan hidup.
  2. Jika ikan tersebut bersisik, sisik tersebut masih tertanam kuat pada dagingnya.
  3. Insang berwarna merah cerah.
  4. Badan kaku atau liat.
  5. Baunya masih seperti ikan hidup.
  6. Mata ikan jernih dan terang.

Dalam keadaan seperti ikan segar ini, walaupun ada kuman-kuman pembusuk tetapi belum cukup kuat untuk menghancurkan daging ikan. Dengan pengaruh panas maka kuman-kuman ini jumlahnya bertambah banyak, sehingga daging mulai lunak dan proses pembusukan terjadi.

Dalam beberapa jam saja ikan yang semula kaku akan menjadi lunak dan berlendir. Pembusukan menyebabkan kemunduran kualitas ikan sehingga perlu diupayakan proses pengawetan yang dapat mengurangi kecepatan pembusukan.

Cara Pembuatan Ikan Asap :

  • Siangi ikan, cuci, dan kelompokkan menurut ukuran;
  • Masukkan garam ke dalam ½ liter air dan didihkan, kemudian dinginkan.
  • Rendam ikan selama: 15-20 menit, tiriskan, dan angin-anginkan sampai permukaannya kering;
  • Ikat satu persatu kemudian gantungkan dalam ruang pengasapan, dengan jarak masing-masing 1 cm atau gantung dengan ekor ke bawah dan kepala menghadap ke atas dengan menggunakan kaitan kawat, atau susun satu persatu di atas anyaman bambu, kemudian disusun dalam lemari pengasapan secara berlapis-lapis. Antara masing-masing lapisan diberi jarak kira-kira sama dengan rata-rata panjang ikan. Agar pengasapan merata ikan harus dibolak-balik.
  • Siapkan bahan bakar berupa arang dan potong-potong kayu di bawah ruang pengasapan, kemudian bakar;
  • Bubuhkan ampas tebu atau serbuk gergaji sedikit demi sedikit sampai timbul asap. Panas diatur pada suhu: 70° – 80° C selama 2-3 jam (harus dijaga agar panas merata dan ikan tidak sampai hangus); Panas diatur pada suhu: 30°C – 40°C selama 4 jam terus menerus. Hasil pengasapan ditandai dengan bau harum yang khas dari ikan asap;
  • Keluarkan ikan asap dari lemari pengasapan lalu bungkus atau kemas dalam kantong plastik.

Ciri-Ciri Khas Ikan Asap

Ikan asap yang Baik Adalah :

  1. Rupa dan warna: produk harus licin, mengkilat, dan berwarna coklat emas muda;
  2. Bau dan rasa: produk memberikan bau atau aroma yang khas ikan asap (bau asap yang sedap dan merangsang selera);
  3. Dengan cara pengasapan pada suhu 70°C – 80° C, ikan tahan lama disimpan sampai 1 bulan, dibandingkan dengan pengasapan pada suhu 20°C – 30°C kurang tahan dari 1 bulan.
  4. Selain bandeng, ikan yang biasa diasap adalah ikan tembang, lemuru, kembung, selar, tongkol, dan cakalang.

Kelemahan Pengasapan Ikan

Pengasapan ikan mempunyai kelemahan di antaranya sebagai berikut :

  • Tekstur ikan dapat berubah menjadi keras terutama jika pengasapan dilakukan pada suhu rendah dalam waktu lama.
  • Proses pengasapan secara sempurna memerlukan waktu yang cukup lama.
  • Ikan asap yang teksturnya menjadi sangat keras diperlukan proses rehidrasi (pembasahan kembali) sebelum ikan dapat dikonsumsi.

Ikan yang telah diasap harus disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Kerusakan yang sering terjadi pada ikan asap adalah terjadinya pertumbuhan jamur atau kapang, karena jamur dapat tumbuh pada makanan dengan kadar air rendah. Pertumbuhan jamur pada ikan asap dapat menyebabkan terjadinya perubahan bau menjadi tengik dan perubahan tekstur.

Pustaka

  1. Adawyah, Rabiatul. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.
  2. Buckle, K.A. 2010. Ilmu Pangan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
  3. Sutoyo, MD. 1987. Pedoman Mengasap Ikan Cara Sederhana dan Modern. Jakarta: Titik Terang.
  4. Winarno, F.G., Srikandi, F. dan Dedi F. 1982. Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta: Gramedia.

Sumber Internet:

ISI LEBIH LENGKAPNYA (MAKALAH ASLI LENGKAP DENGAN GAMBAR), BISA DIDOWNLOAD DISINI *SEHARUSNYA SIH TANPA IKLAN.
JANGAN LUPA! SAAT MENGCOPY, PASTIKAN MENGCOPY SEMUA DAFTAR PUSTAKA YANG TERCANTUM YA!
TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG (_ _)
ADA PERTANYAAN ? KESINI AJA!