Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi anggota dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan anggota yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5] Show
SejarahDaun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah). Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan memanfaatkan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3] Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan disebarluaskan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7] Pembuatan tanaman transgenikUntuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari anggota tertentu, salah satunya adalah anggota daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]
Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9] Contoh-contohBeberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini. Aplikasi tanaman transgenikAplikasi yang telah dikembangkanBeberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan disebarluaskan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29] Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan disebarluaskan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30] Aplikasi yang masih dikembangkanDalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34] Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35] KontroversiKampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika. Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan anggota yang terkait.[36] Pengaruh pada kesehatan manusiaSikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42] Pengaruh pada anggota yang terkait (ekologis)Peta penerimaan produk transgenik di dunia. Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di anggota yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke anggota yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4] Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan anggota yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah diketahui terjadi transfer horizontal. Pengaruh etika dan agamaDemo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004. Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus diperhatikan sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47] Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3] Pengaruh terhadap ekonomi globalRiset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Jika petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48] Di beberapa negara anggota Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48] Tanaman transgenik di IndonesiaPertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri. Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52] Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56] Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan anggota yang terkait.[16] Deteksi tanaman transgenik
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57] Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57] Pustaka
Lihat pula
Tautan luaredunitas.com Page 2Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi anggota dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan anggota yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5] SejarahDaun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah). Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan memanfaatkan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3] Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan disebarluaskan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7] Pembuatan tanaman transgenikUntuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari anggota tertentu, salah satunya adalah anggota daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]
Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9] Contoh-contohBeberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini. Aplikasi tanaman transgenikAplikasi yang telah dikembangkanBeberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan disebarluaskan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29] Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan disebarluaskan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30] Aplikasi yang masih dikembangkanDalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34] Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35] KontroversiKampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika. Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan anggota yang terkait.[36] Pengaruh pada kesehatan manusiaSikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa waktu merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42] Pengaruh pada anggota yang terkait (ekologis)Peta penerimaan produk transgenik di dunia. Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di anggota yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke anggota yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4] Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan anggota yang terkait.[38] Sebagai aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak berbagai daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun telah diketahui terjadi transfer horizontal. Pengaruh etika dan agamaDemo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004. Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai aksi "bermain sebagai Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus diperhatikan sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47] Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3] Pengaruh terhadap ekonomi globalRiset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Jika petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48] Di beberapa negara anggota Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48] Tanaman transgenik di IndonesiaPertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri. Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52] Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56] Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan anggota yang terkait.[16] Deteksi tanaman transgenik
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam waktu 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57] Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57] Pustaka
Lihat pula
Tautan luaredunitas.com Page 3Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bidang dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan bidang yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5] SejarahDaun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah). Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan menggunakan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3] Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens dikenal dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7] Pembuatan tanaman transgenikUntuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, binatang, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari bidang tertentu, salah satunya adalah bidang daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]
Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9] Contoh-contohBeberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.
Aplikasi tanaman transgenikAplikasi yang telah dikembangkanBeberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29] Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30] Aplikasi yang masih dikembangkanDalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34] Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian mengenai PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35] KontroversiKampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika. Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan adun oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan bidang yang terkait.[36] Pengaruh pada kesehatan manusiaSikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42] Pengaruh pada bidang yang terkait (ekologis)Peta penerimaan produk transgenik di dunia. Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di bidang yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke bidang yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4] Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan binatang hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan bidang yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah dikenal terjadi transfer horizontal. Pengaruh etika dan agamaDemo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004. Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus dilihat sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu mengenai tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47] Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3] Pengaruh terhadap ekonomi globalRiset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Bila petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48] Di beberapa negara bidang Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48] Tanaman transgenik di IndonesiaPertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri. Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan menggunakan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52] Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56] Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan mengenai "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan bidang yang terkait.[16] Deteksi tanaman transgenik
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57] Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57] Pustaka
Lihat pula
Tautan luaredunitas.com Page 4Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bidang dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan bidang yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5] SejarahDaun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah). Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan menggunakan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3] Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens dikenal dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7] Pembuatan tanaman transgenikUntuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, binatang, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari bidang tertentu, salah satunya adalah bidang daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]
Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9] Contoh-contohBeberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.
Aplikasi tanaman transgenikAplikasi yang telah dikembangkanBeberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29] Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30] Aplikasi yang masih dikembangkanDalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34] Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian mengenai PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35] KontroversiKampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika. Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan adun oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan bidang yang terkait.[36] Pengaruh pada kesehatan manusiaSikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42] Pengaruh pada bidang yang terkait (ekologis)Peta penerimaan produk transgenik di dunia. Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di bidang yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke bidang yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4] Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan binatang hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan bidang yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah dikenal terjadi transfer horizontal. Pengaruh etika dan agamaDemo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004. Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus dilihat sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu mengenai tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47] Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3] Pengaruh terhadap ekonomi globalRiset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Bila petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48] Di beberapa negara bidang Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48] Tanaman transgenik di IndonesiaPertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri. Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan menggunakan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52] Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56] Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan mengenai "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan bidang yang terkait.[16] Deteksi tanaman transgenik
Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57] Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57] Pustaka
Lihat pula
Tautan luaredunitas.com Page 5Tags (tagged): tataki, unkris, tosa, mi, 1, suatu, cara, memasak, ikan, daging, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, karena, teknik, tuna, salad, 2, metode, berasal, dari, asing, tinggal, nagasaki, referensi, a, b, c, d, dave, center, of, studies, jepang, kategori, tersembunyi, artikel, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 6Tags (tagged): tataki, unkris, suatu, cara, memasak, ikan, daging, dalam, seni, hancur, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, 1, populer, dari, teknik, tuna, ke, 19, mempelajari, memanggang, eropa, center, of, studies, food, network, diakses, 3, februari, 2014, kategori, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia Page 7Tags (tagged): tataki, unkris, suatu, cara, memasak, ikan, daging, dalam, seni, hancur, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, 1, populer, dari, teknik, tuna, ke, 19, mempelajari, memanggang, eropa, pusat, ilmu, pengetahuan, food, network, diakses, 3, februari, 2014, kategori, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 8Tags (tagged): tataki, unkris, tosa, mi, 1, suatu, cara, memasak, ikan, daging, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, karena, teknik, tuna, salad, 2, metode, berasal, dari, asing, tinggal, nagasaki, referensi, a, b, c, d, dave, pusat, ilmu, pengetahuan, jepang, kategori, tersembunyi, artikel, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 9Tags (tagged): daftar isi pusat, ilmu pengetahuan, pusat, ilmu pengetahuan daftar, isi pusat, ilmu, pengetahuan, daftar isi, pusat ilmu, program kuliah pegawai, kelas weekend, unkris, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 10Tags (tagged): daftar isi pusat, ilmu pengetahuan, pusat, ilmu pengetahuan daftar, isi pusat, ilmu, pengetahuan, daftar isi, pusat ilmu, program kuliah pegawai, kelas weekend, unkris, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia Page 11
Some Countries PortalOther Portal
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam | Yemen | Jordan Countries in South America Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaState and Territory in North America United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands | British Virgin Islands | Montserrat North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu | Wallis and Futuna List Portal Page 12
Some Countries PortalOther Portal
Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam | Yemen | Jordan Countries in South America Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | VenezuelaState and Territory in North America United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands | British Virgin Islands | Montserrat North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu | Wallis and Futuna List Portal Page 13Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian Page 14Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian Page 15Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia Page 16Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia Page 17Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 18Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 19Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 20Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 21Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 22Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 23Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 24Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 25Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id Page 26Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id |