Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi anggota dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan anggota yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5]

Sejarah

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Daun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah).

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan memanfaatkan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3]

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan disebarluaskan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7]

Pembuatan tanaman transgenik

Untuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari anggota tertentu, salah satunya adalah anggota daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]

  • Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.[11] Metode ini sering dipergunakan pada spesies jagung dan padi.[11] Untuk melaksanakannya, dipergunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.[11] Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.[11] Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan terlindung, walaupun benar probabilitas terjadi kerusakan sel selama penembakan berlanjut.[11]
  • Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.[14] Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami sebab memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.[14] Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.[14] Gen asing yang akan diisikan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti.[14] Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.[14] Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman karenanya sifat-sifat yang diminta dapat diekspresikan tumbuhan.[14]
  • Metode elektroporasi.[13] Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus merasakan pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).[13] Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.[13] Kemudian, dipertontonkan ronde pengembalian dinding sel tanaman.[13]

Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9]

Contoh-contoh

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Aplikasi tanaman transgenik

Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan disebarluaskan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan disebarluaskan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang masih dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35]

Kontroversi

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan anggota yang terkait.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42]

Pengaruh pada anggota yang terkait (ekologis)

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di anggota yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke anggota yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4]

Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan anggota yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah diketahui terjadi transfer horizontal.

Pengaruh etika dan agama

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.

Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus diperhatikan sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47]

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3]

Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Jika petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48]

Di beberapa negara anggota Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48]

Tanaman transgenik di Indonesia

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Pertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri.

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52]

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56]

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan anggota yang terkait.[16]

Deteksi tanaman transgenik

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Strip untuk mendeteksi jagung transgenik.

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57]

Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57]

Pustaka

  1. ^ a b c (Inggris) Department of Soil and Crop Sciences at Colorado State University (11 Maret 2004). "What Are Transgenic Plants?". Diakses 23 Mei 2010. 
  2. ^ a b (Inggris) Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning. Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2. Page.274-276
  3. ^ a b c d e f g h Antonius Suwanto. "Tanaman Transgenik: Bagaimana Kita Menyikapinya ?". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  4. ^ a b c d e f g h (Inggris) C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions. 
  5. ^ a b c d e f g h i Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses 17 Mei 2010. 
  6. ^ a b c (Inggris) M.K. Sateesh (2008). Bioethics and Biosafety. I K International Pvt Ltd. ISBN 978-81-906757-0-3. Page.456
  7. ^ a b c (Inggris) Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology: fundamentals of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-5. Page.210-211
  8. ^ (Inggris) Elisa Ferrante, David Simpson (Juni 2001). "A Review of the Progression of Transgenic Plants Used to Produce Plantibodies For Human Usage". Biological & Biomedical Sciences 4. Diakses 3 Juni 2010. 
  9. ^ a b c d e f (Inggris) Kathleen Laura Hefferon (2009). Biopharmaceuticals in Plants: Toward the Next Century of Medicine. CRC Press. ISBN 978-1-4398-0474-2. Page.1
  10. ^ (Inggris) Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole. ISBN 978-0-495-55445-5. Page.333-336
  11. ^ a b c d e f g h (Inggris) Jamie Pighin (Agustus 2003). "Transgenic Crops: How Genetics Is Providing New Ways To Envision Agriculture". Diakses 8 Juni 2010. 
  12. ^ a b (Inggris) Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-8356-073-3. Page.202-204
  13. ^ a b c d e (Inggris) Jeff Schahczenski, Katherine Adam (2006). "Transgenic Crops". ATTRA. Diakses 8 Juni 2010. 
  14. ^ a b c d e f (Inggris) Madigan MT, Martinko JM (2006). Brock: Biology of Microorganism. Pearson Education International. ISBN 0-13-196893-9. Page.989-990
  15. ^ a b c d e f g (Inggris) Gupta P K (2004). Biotechnology And Genomics. Rastogi Publications. ISBN 81-7133-667-0. Page.468-480
  16. ^ a b c d e f FG Winarno, Agustinah W (2007). Pengantar Bioteknologi. MBRIO Press. ISBN 979-3098-58-9. Hal.131-139;182
  17. ^ a b (Inggris) Timothy Rockey. "The Transgenic Tomato". Diakses 12 Juni 2010. 
  18. ^ a b (Inggris) Knut Heller (2007). Genetically engineered food: methods and detection. Wiley-VCH. ISBN 978-3-527-31393-8. Page.31
  19. ^ a b (Inggris) Gad Loebenstein, George Thottappilly (2009). The Sweetpotato. Springer. ISBN 978-1-4020-9474-3. Page.43-44
  20. ^ a b (Inggris) Rachael Scarth, Jihong Tang (2006). "Modification of Brassica Oil Using Conventional and Transgenic Approaches". Crop Sci 46: 1225–1236. doi:10.2135/cropsci2005.08-0245. Diakses 9 Juni 2010. 
  21. ^ a b (Inggris) Dennis Gonsalves (2004). "Transgenic Papaya in Hawaii and Beyond". AgBioForum 7: 36–40. Diakses 9 Juni 2010. 
  22. ^ a b (Inggris) ILSI Research Foundation. "GM Crop Database". Diakses 9 Juni 2010. 
  23. ^ a b (Inggris) Haim D. Rabinowitch, Lesley Currah (2002). Allium crop science: recent advances. CABI. ISBN 978-0-85199-510-6. Page.123
  24. ^ a b (Inggris) Scorza R, Ravelonandro M, Callahan AM, Cordts JM, Fuchs M, Dunez J, Gonsalves D (November 1994). "Transgenic plums (Prunus domestica L.) express the plum pox virus coat protein gene". Plant Cell Reports 14 (1). 
  25. ^ a b (Inggris) Shin S, Mackintosh CA, Lewis J,†, Heinen SJ, Radmer L, Dill-Macky R, Baldridge GD, Zeyen RJ, Muehlbauer GJ. (2008). "Transgenic wheat expressing a barley class II chitinase gene has enhanced resistance against Fusarium graminearum". Journal of Experimental Botany 59 (9): 2371–2378. doi:10.1093/jxb/ern103. Diakses 10 Juni 2010. 
  26. ^ a b c d e (Inggris) S. Mahesh, A. B. Vedamurthy (2008). Biotechnology-4. New Age Publications. ISBN 978-81-224-1442-4. Page.51-52
  27. ^ a b (Inggris) Dana Pusta, Ioan Paşca, Roman Morar, Rodica Sobolu, Camelia Răducu, Antonia Odagiu (2008). "He Transgenic Plants – Advantages Regarding Their Cultivation And Potentially Risks Concerning The Food Safety". Journal of Central European Agriculture 9 (4): 785–788. 
  28. ^ (Inggris) Charles T. Allen, Marwan S. Kharboutli, Charles Capps, Larry D. Earnes. "Effectiveness Of Bollgard Ii Cotton Varieties Against Foliage And Fruit Feeding Caterpillars In Arkansas". Proceedings of the 2000 Cotton Research Meeting. 
  29. ^ Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI. "Keputusan Domestik". Indonesia BCH. Diakses 14 Juni 2010. 
  30. ^ a b c d e (Inggris) Golden Harvest Organics LLC. "The Failure of the first GM Foods". Diakses 13 Juni 2010. 
  31. ^ (Inggris) K. Lindsey (1998). Transgenic plant research. CRC Press. ISBN 978-90-5702-326-2. Page.120-121
  32. ^ (Inggris) Mandy Redig (2003). "Banana Vaccines: A Conversation with Dr. Charles Arntzen". Journal of Young Investigators 7 (1). Diakses 10 Juni 2010. 
  33. ^ (Inggris) Kirsi-Marja Oksman-Caldentey, Wolfgang Barz (2002). Plant biotechnology and transgenic plants. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0794-1. Page.204-205
  34. ^ a b (Inggris) David P. Clark, Nanette Jean Pazdernik (2008). Biotechnology: applying the genetic revolution. Academic Press. ISBN 978-0-12-175552-2. Page.414
  35. ^ a b c (Inggris) C Nawrath, Y Poirier, C Somerville (Desember 1994). "Targeting of the polyhydroxybutyrate biosynthetic pathway to the plastids of Arabidopsis thaliana results in high levels of polymer accumulation". Proc Natl Acad Sci USA 91 (26): 12760–12764. 
  36. ^ a b (Inggris) Anne Simon Moffat (Desember 1998). "Biotechnology: Toting Up the Early Harvest Of Transgenic Plants". Science: 2176 – 2178. doi:10.1126/science.282.5397.2176. Diakses 15 Juni 2010. 
  37. ^ (Inggris) Yuan Kun Lee (2006). Microbial biotechnology: principles and applications. World Scientific Publishing Company. ISBN 978-981-256-676-8. Page.518
  38. ^ a b c d e f Departemen Teknologi Informasi Koran Jakarta (23 Januari 2010). "Transgenik yang Menimbulkan Kontroversi". Diakses 7 Juni 2010. 
  39. ^ a b Ani Purwati (9 Februari 2007). "Industri Padi Transgenik Hadapi Kerugian Dampak Penolakan Global". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  40. ^ (Inggris) María Angélica Larach (Desember 2001). "Trade in transgenic products: a review of the international debate". Cepal Review: 75: 201–216. 
  41. ^ Séralini GE, Clair E, Mesnage R, Gress S, Defarge N, Malatesta M, Hennequin D, de Vendômois JS (September 2012). "Long term toxicity of a Roundup herbicide and a Roundup-tolerant genetically modified maize". Food Chem. Toxicol. 50 (11): 4221–31. doi:10.1016/j.fct.2012.08.005. PMID 22999595. Templat:Retracted
  42. ^ Lihat Masalah Séralini
  43. ^ (Inggris) Hardy Hall (8 Agustus 2005). "BT CORN: IS IT WORTH THE RISK?". Diakses 7 Juni 2010. 
  44. ^ a b Siswono (9 Februari 2004). "Diskusi tentang Pangan Transgenik Berlanjut Terus". Diakses 8 Juni 2010. 
  45. ^ (Inggris) Richard Sherlock, John D. Morrey (2002). Ethical issues in biotechnology. Rowman & Littlefield Publishers, Inc. ISBN 978-0-7425-1377-8. Page.71-74
  46. ^ (Inggris) Luis G. Jiménez-Arias (2008). Bioethics and the Environment. A Brief Review of the Ethical Aspects of the Precautionary Principle and Genetic Modified Crops. Libros en Red. ISBN 978-1-59754-380-4. Page.44-45
  47. ^ a b c (Inggris) K. Hazzah (4 Agustus 2000). "Are GMO's Halal?". Diakses 13 Juni 2010. 
  48. ^ a b c d e f g (Inggris) Deborah B. Whitman (April 2000). "Genetically Modified Foods: Harmful or Helpful?". CSA Discovery Guides. Diakses 7 Juni 2010. 
  49. ^ (Inggris) European Commission (ec.europa.eu). "Economic Impacts of Genetically Modified Crops on the Agri-Food Sector". WORKING DOCUMENT: Directorate-General for Agriculture. 
  50. ^ (Inggris) Doriana Daroit, Luis Felipe Nascimento (2009). "The Influence of the Actor Network on the Innovative Process of Transgenic Soybean in Rio Grande Do Sul, Brazil". J. Technol. Manag. Innov. 2009, Volume 4, Issue 4 4 (4). 
  51. ^ a b c d e www.beritabumi.or.id (13 Jan 2008). "Kronologis Komersialisasi Kapas Transgenik Bt di Indonesia". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  52. ^ a b Amiruddin Syam (21 January 2010). "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kapas Transgenik di sulawesi Selatan". Balai Akbar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Diakses 8 Juni 2010. 
  53. ^ a b c d www.litbang.deptan.go.id (9 Februari 2007). "Riset Transgenik Tetap Dilakukan". Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development). Diakses 8 Juni 2010. 
  54. ^ Balai Akbar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). "Biogen Online: Visi & Misi". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  55. ^ Hermas Effendi Prabowo (18 Mei 2010). "Kebijakan Transgenik Berstandar Ganda". KOMPAS.com. Diakses 9 Juni 2010. 
  56. ^ a b Heru Triyono (20 Agustus 2009). "Produk Transgenik di Tengah Publik". TEMPOinteraktif. Diakses 9 Juni 2010. 
  57. ^ a b c d e f g (Inggris) Tanner SN, Jenkins GR, Kendall DC. "Technologies (ELISA, PCR, etc.) and standard to test for genetic traits". International Quality Grains Conference Proceedings. Diakses 9 Juni 2010. 
  58. ^ a b (Inggris) Kranthi KR, Kranthi S, Khadi BM, Jain KC. Challenges in detecting GM crops. 

Lihat pula

  • Padi emas
  • Jagung Bt
  • Senjata gen

Tautan luar


edunitas.com


Page 2

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi anggota dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan anggota yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5]

Sejarah

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Daun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah).

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan memanfaatkan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3]

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan disebarluaskan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7]

Pembuatan tanaman transgenik

Untuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari anggota tertentu, salah satunya adalah anggota daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]

  • Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.[11] Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.[11] Untuk melaksanakannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.[11] Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.[11] Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan terlindung, meskipun benar probabilitas terjadi kerusakan sel selama penembakan berlanjut.[11]
  • Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.[14] Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami sebab memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.[14] Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.[14] Gen asing yang akan diisikan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti.[14] Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.[14] Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman karenanya sifat-sifat yang diminta dapat diekspresikan tumbuhan.[14]
  • Metode elektroporasi.[13] Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus merasakan pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).[13] Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.[13] Kemudian, dipertontonkan ronde pengembalian dinding sel tanaman.[13]

Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9]

Contoh-contoh

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Aplikasi tanaman transgenik

Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan disebarluaskan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan disebarluaskan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang masih dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35]

Kontroversi

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan baik oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan anggota yang terkait.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa waktu merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42]

Pengaruh pada anggota yang terkait (ekologis)

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di anggota yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke anggota yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4]

Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan hewan hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan anggota yang terkait.[38] Sebagai aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak berbagai daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun telah diketahui terjadi transfer horizontal.

Pengaruh etika dan agama

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.

Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai aksi "bermain sebagai Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus diperhatikan sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47]

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3]

Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Jika petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48]

Di beberapa negara anggota Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48]

Tanaman transgenik di Indonesia

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Pertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri.

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52]

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56]

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan anggota yang terkait.[16]

Deteksi tanaman transgenik

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Strip untuk mendeteksi jagung transgenik.

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam waktu 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57]

Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57]

Pustaka

  1. ^ a b c (Inggris) Department of Soil and Crop Sciences at Colorado State University (11 Maret 2004). "What Are Transgenic Plants?". Diakses 23 Mei 2010. 
  2. ^ a b (Inggris) Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning. Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2. Page.274-276
  3. ^ a b c d e f g h Antonius Suwanto. "Tanaman Transgenik: Bagaimana Kita Menyikapinya ?". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  4. ^ a b c d e f g h (Inggris) C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions. 
  5. ^ a b c d e f g h i Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses 17 Mei 2010. 
  6. ^ a b c (Inggris) M.K. Sateesh (2008). Bioethics and Biosafety. I K International Pvt Ltd. ISBN 978-81-906757-0-3. Page.456
  7. ^ a b c (Inggris) Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology: fundamentals of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-5. Page.210-211
  8. ^ (Inggris) Elisa Ferrante, David Simpson (Juni 2001). "A Review of the Progression of Transgenic Plants Used to Produce Plantibodies For Human Usage". Biological & Biomedical Sciences 4. Diakses 3 Juni 2010. 
  9. ^ a b c d e f (Inggris) Kathleen Laura Hefferon (2009). Biopharmaceuticals in Plants: Toward the Next Century of Medicine. CRC Press. ISBN 978-1-4398-0474-2. Page.1
  10. ^ (Inggris) Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole. ISBN 978-0-495-55445-5. Page.333-336
  11. ^ a b c d e f g h (Inggris) Jamie Pighin (Agustus 2003). "Transgenic Crops: How Genetics Is Providing New Ways To Envision Agriculture". Diakses 8 Juni 2010. 
  12. ^ a b (Inggris) Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-8356-073-3. Page.202-204
  13. ^ a b c d e (Inggris) Jeff Schahczenski, Katherine Adam (2006). "Transgenic Crops". ATTRA. Diakses 8 Juni 2010. 
  14. ^ a b c d e f (Inggris) Madigan MT, Martinko JM (2006). Brock: Biology of Microorganism. Pearson Education International. ISBN 0-13-196893-9. Page.989-990
  15. ^ a b c d e f g (Inggris) Gupta P K (2004). Biotechnology And Genomics. Rastogi Publications. ISBN 81-7133-667-0. Page.468-480
  16. ^ a b c d e f FG Winarno, Agustinah W (2007). Pengantar Bioteknologi. MBRIO Press. ISBN 979-3098-58-9. Hal.131-139;182
  17. ^ a b (Inggris) Timothy Rockey. "The Transgenic Tomato". Diakses 12 Juni 2010. 
  18. ^ a b (Inggris) Knut Heller (2007). Genetically engineered food: methods and detection. Wiley-VCH. ISBN 978-3-527-31393-8. Page.31
  19. ^ a b (Inggris) Gad Loebenstein, George Thottappilly (2009). The Sweetpotato. Springer. ISBN 978-1-4020-9474-3. Page.43-44
  20. ^ a b (Inggris) Rachael Scarth, Jihong Tang (2006). "Modification of Brassica Oil Using Conventional and Transgenic Approaches". Crop Sci 46: 1225–1236. doi:10.2135/cropsci2005.08-0245. Diakses 9 Juni 2010. 
  21. ^ a b (Inggris) Dennis Gonsalves (2004). "Transgenic Papaya in Hawaii and Beyond". AgBioForum 7: 36–40. Diakses 9 Juni 2010. 
  22. ^ a b (Inggris) ILSI Research Foundation. "GM Crop Database". Diakses 9 Juni 2010. 
  23. ^ a b (Inggris) Haim D. Rabinowitch, Lesley Currah (2002). Allium crop science: recent advances. CABI. ISBN 978-0-85199-510-6. Page.123
  24. ^ a b (Inggris) Scorza R, Ravelonandro M, Callahan AM, Cordts JM, Fuchs M, Dunez J, Gonsalves D (November 1994). "Transgenic plums (Prunus domestica L.) express the plum pox virus coat protein gene". Plant Cell Reports 14 (1). 
  25. ^ a b (Inggris) Shin S, Mackintosh CA, Lewis J,†, Heinen SJ, Radmer L, Dill-Macky R, Baldridge GD, Zeyen RJ, Muehlbauer GJ. (2008). "Transgenic wheat expressing a barley class II chitinase gene has enhanced resistance against Fusarium graminearum". Journal of Experimental Botany 59 (9): 2371–2378. doi:10.1093/jxb/ern103. Diakses 10 Juni 2010. 
  26. ^ a b c d e (Inggris) S. Mahesh, A. B. Vedamurthy (2008). Biotechnology-4. New Age Publications. ISBN 978-81-224-1442-4. Page.51-52
  27. ^ a b (Inggris) Dana Pusta, Ioan Paşca, Roman Morar, Rodica Sobolu, Camelia Răducu, Antonia Odagiu (2008). "He Transgenic Plants – Advantages Regarding Their Cultivation And Potentially Risks Concerning The Food Safety". Journal of Central European Agriculture 9 (4): 785–788. 
  28. ^ (Inggris) Charles T. Allen, Marwan S. Kharboutli, Charles Capps, Larry D. Earnes. "Effectiveness Of Bollgard Ii Cotton Varieties Against Foliage And Fruit Feeding Caterpillars In Arkansas". Proceedings of the 2000 Cotton Research Meeting. 
  29. ^ Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI. "Keputusan Domestik". Indonesia BCH. Diakses 14 Juni 2010. 
  30. ^ a b c d e (Inggris) Golden Harvest Organics LLC. "The Failure of the first GM Foods". Diakses 13 Juni 2010. 
  31. ^ (Inggris) K. Lindsey (1998). Transgenic plant research. CRC Press. ISBN 978-90-5702-326-2. Page.120-121
  32. ^ (Inggris) Mandy Redig (2003). "Banana Vaccines: A Conversation with Dr. Charles Arntzen". Journal of Young Investigators 7 (1). Diakses 10 Juni 2010. 
  33. ^ (Inggris) Kirsi-Marja Oksman-Caldentey, Wolfgang Barz (2002). Plant biotechnology and transgenic plants. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0794-1. Page.204-205
  34. ^ a b (Inggris) David P. Clark, Nanette Jean Pazdernik (2008). Biotechnology: applying the genetic revolution. Academic Press. ISBN 978-0-12-175552-2. Page.414
  35. ^ a b c (Inggris) C Nawrath, Y Poirier, C Somerville (Desember 1994). "Targeting of the polyhydroxybutyrate biosynthetic pathway to the plastids of Arabidopsis thaliana results in high levels of polymer accumulation". Proc Natl Acad Sci USA 91 (26): 12760–12764. 
  36. ^ a b (Inggris) Anne Simon Moffat (Desember 1998). "Biotechnology: Toting Up the Early Harvest Of Transgenic Plants". Science: 2176 – 2178. doi:10.1126/science.282.5397.2176. Diakses 15 Juni 2010. 
  37. ^ (Inggris) Yuan Kun Lee (2006). Microbial biotechnology: principles and applications. World Scientific Publishing Company. ISBN 978-981-256-676-8. Page.518
  38. ^ a b c d e f Departemen Teknologi Informasi Koran Jakarta (23 Januari 2010). "Transgenik yang Menimbulkan Kontroversi". Diakses 7 Juni 2010. 
  39. ^ a b Ani Purwati (9 Februari 2007). "Industri Padi Transgenik Hadapi Kerugian Dampak Penolakan Global". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  40. ^ (Inggris) María Angélica Larach (Desember 2001). "Trade in transgenic products: a review of the international debate". Cepal Review: 75: 201–216. 
  41. ^ Séralini GE, Clair E, Mesnage R, Gress S, Defarge N, Malatesta M, Hennequin D, de Vendômois JS (September 2012). "Long term toxicity of a Roundup herbicide and a Roundup-tolerant genetically modified maize". Food Chem. Toxicol. 50 (11): 4221–31. doi:10.1016/j.fct.2012.08.005. PMID 22999595. Templat:Retracted
  42. ^ Lihat Masalah Séralini
  43. ^ (Inggris) Hardy Hall (8 Agustus 2005). "BT CORN: IS IT WORTH THE RISK?". Diakses 7 Juni 2010. 
  44. ^ a b Siswono (9 Februari 2004). "Diskusi tentang Pangan Transgenik Berlanjut Terus". Diakses 8 Juni 2010. 
  45. ^ (Inggris) Richard Sherlock, John D. Morrey (2002). Ethical issues in biotechnology. Rowman & Littlefield Publishers, Inc. ISBN 978-0-7425-1377-8. Page.71-74
  46. ^ (Inggris) Luis G. Jiménez-Arias (2008). Bioethics and the Environment. A Brief Review of the Ethical Aspects of the Precautionary Principle and Genetic Modified Crops. Libros en Red. ISBN 978-1-59754-380-4. Page.44-45
  47. ^ a b c (Inggris) K. Hazzah (4 Agustus 2000). "Are GMO's Halal?". Diakses 13 Juni 2010. 
  48. ^ a b c d e f g (Inggris) Deborah B. Whitman (April 2000). "Genetically Modified Foods: Harmful or Helpful?". CSA Discovery Guides. Diakses 7 Juni 2010. 
  49. ^ (Inggris) European Commission (ec.europa.eu). "Economic Impacts of Genetically Modified Crops on the Agri-Food Sector". WORKING DOCUMENT: Directorate-General for Agriculture. 
  50. ^ (Inggris) Doriana Daroit, Luis Felipe Nascimento (2009). "The Influence of the Actor Network on the Innovative Process of Transgenic Soybean in Rio Grande Do Sul, Brazil". J. Technol. Manag. Innov. 2009, Volume 4, Issue 4 4 (4). 
  51. ^ a b c d e www.beritabumi.or.id (13 Jan 2008). "Kronologis Komersialisasi Kapas Transgenik Bt di Indonesia". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  52. ^ a b Amiruddin Syam (21 January 2010). "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kapas Transgenik di sulawesi Selatan". Balai Akbar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Diakses 8 Juni 2010. 
  53. ^ a b c d www.litbang.deptan.go.id (9 Februari 2007). "Riset Transgenik Tetap Dilakukan". Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development). Diakses 8 Juni 2010. 
  54. ^ Balai Akbar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). "Biogen Online: Visi & Misi". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  55. ^ Hermas Effendi Prabowo (18 Mei 2010). "Kebijakan Transgenik Berstandar Ganda". KOMPAS.com. Diakses 9 Juni 2010. 
  56. ^ a b Heru Triyono (20 Agustus 2009). "Produk Transgenik di Tengah Publik". TEMPOinteraktif. Diakses 9 Juni 2010. 
  57. ^ a b c d e f g (Inggris) Tanner SN, Jenkins GR, Kendall DC. "Technologies (ELISA, PCR, etc.) and standard to test for genetic traits". International Quality Grains Conference Proceedings. Diakses 9 Juni 2010. 
  58. ^ a b (Inggris) Kranthi KR, Kranthi S, Khadi BM, Jain KC. Challenges in detecting GM crops. 

Lihat pula

  • Padi emas
  • Jagung Bt
  • Senjata gen

Tautan luar


edunitas.com


Page 3

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bidang dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan bidang yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5]

Sejarah

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Daun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah).

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan menggunakan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3]

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens dikenal dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7]

Pembuatan tanaman transgenik

Untuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, binatang, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari bidang tertentu, salah satunya adalah bidang daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]

  • Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.[11] Metode ini sering dipergunakan pada spesies jagung dan padi.[11] Untuk melaksanakannya, dipergunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.[11] Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.[11] Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan terlindung, walaupun benar probabilitas terjadi kerusakan sel selama penembakan berlanjut.[11]
  • Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.[14] Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami sebab memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.[14] Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.[14] Gen asing yang akan diisikan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti.[14] Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.[14] Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman karenanya sifat-sifat yang diminta dapat diekspresikan tumbuhan.[14]
  • Metode elektroporasi.[13] Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus merasakan pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).[13] Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.[13] Kemudian, dipertontonkan ronde pengembalian dinding sel tanaman.[13]

Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9]

Contoh-contoh

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Jenis tanamanSifat yang telah dimodifikasiModifikasiFoto
PadiBerisi provitamin A (beta-karotena) dalam jumlah tinggi.[15]Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri Erwinia disisipkan pada kromosom padi.[15]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Jagung, kapas, kentangTahan (resisten) terhadap hama.[16]Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis ditransfer ke dalam tanaman.[15][16]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

TembakauTahan terhadap cuaca dingin.[15]Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari tanaman Arabidopsis thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) diisikan ke tembakau.[15]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

TomatRonde pelunakan tomat diperlambat sehingga tomat dapat disimpan semakin lama dan tidak cepat busuk.[17]Gen khusus yang dikata antisenescens ditransfer ke dalam tomat untuk menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat).[16] Selain menggunakan gen dari bakteri E. coli, tomat transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen yang telah dimiliknya secara alami.[17]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

KedelaiBerisi asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida glifosat.[15][18] Dengan demikian, saat disemprot dengan herbisida tersebut, hanya gulma di sekitar kedelai yang akan mati.Gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium galur CP4 diisikan ke kedelai dan juga dipergunakan teknologi molekular untuk meningkatkan pembentukan asam oleat.[15][18]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Ubi jalarTahan terhadap penyakit tanaman yang dikarenakan virus.[19]Gen dari selubung virus tertentu ditransfer ke dalam ubi jalar dan dibantu dengan teknologi peredaman gen.[19]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

KanolaBerproduksi minyak kanola yang berisi asam laurat tinggi sehingga semakin menguntungkan untuk kesehatan dan secara ekonomi.[20] Selain itu, kanola transgenik yang disisipi gen penyandi vitamin E juga telah ditemukan.[16]Gen FatB dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman kanola untuk meningkatkan kandungan asam laurat.[20]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

PepayaResisten terhadap virus tertentu, contohnya Papaya ringspot virus (PRSV).[21]Gen yang menyandikan selubung virus PRSV ditransfer ke dalam tanaman pepaya.[21]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

MelonBuah tidak cepat busuk.[22]Gen baru dari bakteriofag T3 diambil untuk mengurangi pembentukan hormon etilen (hormon yang berperan dalam pematangan buah) di melon.[22]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Bit gulaTahan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat.[23]Gen dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces viridochromogenes ditransfer ke dalam tanaman bit gula.[23]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Prem (plum)Resisten terhadap infeksi virus cacar prem (plum pox virus).[24]Gen selubung virus cacar prem ditransfer ke tanaman prem.[24]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

GandumResisten terhadap penyakit hawar yang dikarenakan cendawan Fusarium.[25]Gen penyandi enzim kitinase (pemecah dinding sel cendawan) dari jelai (barley) ditransfer ke tanaman gandum.[25]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Aplikasi tanaman transgenik

Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang masih dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian mengenai PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35]

Kontroversi

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan adun oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan bidang yang terkait.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42]

Pengaruh pada bidang yang terkait (ekologis)

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di bidang yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke bidang yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4]

Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan binatang hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan bidang yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah dikenal terjadi transfer horizontal.

Pengaruh etika dan agama

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.

Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus dilihat sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu mengenai tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47]

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3]

Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Bila petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48]

Di beberapa negara bidang Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48]

Tanaman transgenik di Indonesia

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Pertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri.

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan menggunakan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52]

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56]

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan mengenai "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan bidang yang terkait.[16]

Deteksi tanaman transgenik

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Strip untuk mendeteksi jagung transgenik.

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57]

Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57]

Pustaka

  1. ^ a b c (Inggris) Department of Soil and Crop Sciences at Colorado State University (11 Maret 2004). "What Are Transgenic Plants?". Diakses 23 Mei 2010. 
  2. ^ a b (Inggris) Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning. Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2. Page.274-276
  3. ^ a b c d e f g h Antonius Suwanto. "Tanaman Transgenik: Bagaimana Kita Menyikapinya ?". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  4. ^ a b c d e f g h (Inggris) C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions. 
  5. ^ a b c d e f g h i Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses 17 Mei 2010. 
  6. ^ a b c (Inggris) M.K. Sateesh (2008). Bioethics and Biosafety. I K International Pvt Ltd. ISBN 978-81-906757-0-3. Page.456
  7. ^ a b c (Inggris) Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology: fundamentals of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-5. Page.210-211
  8. ^ (Inggris) Elisa Ferrante, David Simpson (Juni 2001). "A Review of the Progression of Transgenic Plants Used to Produce Plantibodies For Human Usage". Biological & Biomedical Sciences 4. Diakses 3 Juni 2010. 
  9. ^ a b c d e f (Inggris) Kathleen Laura Hefferon (2009). Biopharmaceuticals in Plants: Toward the Next Century of Medicine. CRC Press. ISBN 978-1-4398-0474-2. Page.1
  10. ^ (Inggris) Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole. ISBN 978-0-495-55445-5. Page.333-336
  11. ^ a b c d e f g h (Inggris) Jamie Pighin (Agustus 2003). "Transgenic Crops: How Genetics Is Providing New Ways To Envision Agriculture". Diakses 8 Juni 2010. 
  12. ^ a b (Inggris) Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-8356-073-3. Page.202-204
  13. ^ a b c d e (Inggris) Jeff Schahczenski, Katherine Adam (2006). "Transgenic Crops". ATTRA. Diakses 8 Juni 2010. 
  14. ^ a b c d e f (Inggris) Madigan MT, Martinko JM (2006). Brock: Biology of Microorganism. Pearson Education International. ISBN 0-13-196893-9. Page.989-990
  15. ^ a b c d e f g (Inggris) Gupta P K (2004). Biotechnology And Genomics. Rastogi Publications. ISBN 81-7133-667-0. Page.468-480
  16. ^ a b c d e f FG Winarno, Agustinah W (2007). Pengantar Bioteknologi. MBRIO Press. ISBN 979-3098-58-9. Hal.131-139;182
  17. ^ a b (Inggris) Timothy Rockey. "The Transgenic Tomato". Diakses 12 Juni 2010. 
  18. ^ a b (Inggris) Knut Heller (2007). Genetically engineered food: methods and detection. Wiley-VCH. ISBN 978-3-527-31393-8. Page.31
  19. ^ a b (Inggris) Gad Loebenstein, George Thottappilly (2009). The Sweetpotato. Springer. ISBN 978-1-4020-9474-3. Page.43-44
  20. ^ a b (Inggris) Rachael Scarth, Jihong Tang (2006). "Modification of Brassica Oil Using Conventional and Transgenic Approaches". Crop Sci 46: 1225–1236. doi:10.2135/cropsci2005.08-0245. Diakses 9 Juni 2010. 
  21. ^ a b (Inggris) Dennis Gonsalves (2004). "Transgenic Papaya in Hawaii and Beyond". AgBioForum 7: 36–40. Diakses 9 Juni 2010. 
  22. ^ a b (Inggris) ILSI Research Foundation. "GM Crop Database". Diakses 9 Juni 2010. 
  23. ^ a b (Inggris) Haim D. Rabinowitch, Lesley Currah (2002). Allium crop science: recent advances. CABI. ISBN 978-0-85199-510-6. Page.123
  24. ^ a b (Inggris) Scorza R, Ravelonandro M, Callahan AM, Cordts JM, Fuchs M, Dunez J, Gonsalves D (November 1994). "Transgenic plums (Prunus domestica L.) express the plum pox virus coat protein gene". Plant Cell Reports 14 (1). 
  25. ^ a b (Inggris) Shin S, Mackintosh CA, Lewis J,†, Heinen SJ, Radmer L, Dill-Macky R, Baldridge GD, Zeyen RJ, Muehlbauer GJ. (2008). "Transgenic wheat expressing a barley class II chitinase gene has enhanced resistance against Fusarium graminearum". Journal of Experimental Botany 59 (9): 2371–2378. doi:10.1093/jxb/ern103. Diakses 10 Juni 2010. 
  26. ^ a b c d e (Inggris) S. Mahesh, A. B. Vedamurthy (2008). Biotechnology-4. New Age Publications. ISBN 978-81-224-1442-4. Page.51-52
  27. ^ a b (Inggris) Dana Pusta, Ioan Paşca, Roman Morar, Rodica Sobolu, Camelia Răducu, Antonia Odagiu (2008). "He Transgenic Plants – Advantages Regarding Their Cultivation And Potentially Risks Concerning The Food Safety". Journal of Central European Agriculture 9 (4): 785–788. 
  28. ^ (Inggris) Charles T. Allen, Marwan S. Kharboutli, Charles Capps, Larry D. Earnes. "Effectiveness Of Bollgard Ii Cotton Varieties Against Foliage And Fruit Feeding Caterpillars In Arkansas". Proceedings of the 2000 Cotton Research Meeting. 
  29. ^ Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI. "Keputusan Domestik". Indonesia BCH. Diakses 14 Juni 2010. 
  30. ^ a b c d e (Inggris) Golden Harvest Organics LLC. "The Failure of the first GM Foods". Diakses 13 Juni 2010. 
  31. ^ (Inggris) K. Lindsey (1998). Transgenic plant research. CRC Press. ISBN 978-90-5702-326-2. Page.120-121
  32. ^ (Inggris) Mandy Redig (2003). "Banana Vaccines: A Conversation with Dr. Charles Arntzen". Journal of Young Investigators 7 (1). Diakses 10 Juni 2010. 
  33. ^ (Inggris) Kirsi-Marja Oksman-Caldentey, Wolfgang Barz (2002). Plant biotechnology and transgenic plants. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0794-1. Page.204-205
  34. ^ a b (Inggris) David P. Clark, Nanette Jean Pazdernik (2008). Biotechnology: applying the genetic revolution. Academic Press. ISBN 978-0-12-175552-2. Page.414
  35. ^ a b c (Inggris) C Nawrath, Y Poirier, C Somerville (Desember 1994). "Targeting of the polyhydroxybutyrate biosynthetic pathway to the plastids of Arabidopsis thaliana results in high levels of polymer accumulation". Proc Natl Acad Sci USA 91 (26): 12760–12764. 
  36. ^ a b (Inggris) Anne Simon Moffat (Desember 1998). "Biotechnology: Toting Up the Early Harvest Of Transgenic Plants". Science: 2176 – 2178. doi:10.1126/science.282.5397.2176. Diakses 15 Juni 2010. 
  37. ^ (Inggris) Yuan Kun Lee (2006). Microbial biotechnology: principles and applications. World Scientific Publishing Company. ISBN 978-981-256-676-8. Page.518
  38. ^ a b c d e f Departemen Teknologi Informasi Koran Jakarta (23 Januari 2010). "Transgenik yang Menimbulkan Kontroversi". Diakses 7 Juni 2010. 
  39. ^ a b Ani Purwati (9 Februari 2007). "Industri Padi Transgenik Hadapi Kerugian Dampak Penolakan Global". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  40. ^ (Inggris) María Angélica Larach (Desember 2001). "Trade in transgenic products: a review of the international debate". Cepal Review: 75: 201–216. 
  41. ^ Séralini GE, Clair E, Mesnage R, Gress S, Defarge N, Malatesta M, Hennequin D, de Vendômois JS (September 2012). "Long term toxicity of a Roundup herbicide and a Roundup-tolerant genetically modified maize". Food Chem. Toxicol. 50 (11): 4221–31. doi:10.1016/j.fct.2012.08.005. PMID 22999595. Templat:Retracted
  42. ^ Lihat Persoalan Séralini
  43. ^ (Inggris) Hardy Hall (8 Agustus 2005). "BT CORN: IS IT WORTH THE RISK?". Diakses 7 Juni 2010. 
  44. ^ a b Siswono (9 Februari 2004). "Diskusi mengenai Pangan Transgenik Berlanjut Terus". Diakses 8 Juni 2010. 
  45. ^ (Inggris) Richard Sherlock, John D. Morrey (2002). Ethical issues in biotechnology. Rowman & Littlefield Publishers, Inc. ISBN 978-0-7425-1377-8. Page.71-74
  46. ^ (Inggris) Luis G. Jiménez-Arias (2008). Bioethics and the Environment. A Brief Review of the Ethical Aspects of the Precautionary Principle and Genetic Modified Crops. Libros en Red. ISBN 978-1-59754-380-4. Page.44-45
  47. ^ a b c (Inggris) K. Hazzah (4 Agustus 2000). "Are GMO's Halal?". Diakses 13 Juni 2010. 
  48. ^ a b c d e f g (Inggris) Deborah B. Whitman (April 2000). "Genetically Modified Foods: Harmful or Helpful?". CSA Discovery Guides. Diakses 7 Juni 2010. 
  49. ^ (Inggris) European Commission (ec.europa.eu). "Economic Impacts of Genetically Modified Crops on the Agri-Food Sector". WORKING DOCUMENT: Directorate-General for Agriculture. 
  50. ^ (Inggris) Doriana Daroit, Luis Felipe Nascimento (2009). "The Influence of the Actor Network on the Innovative Process of Transgenic Soybean in Rio Grande Do Sul, Brazil". J. Technol. Manag. Innov. 2009, Volume 4, Issue 4 4 (4). 
  51. ^ a b c d e www.beritabumi.or.id (13 Jan 2008). "Kronologis Komersialisasi Kapas Transgenik Bt di Indonesia". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  52. ^ a b Amiruddin Syam (21 January 2010). "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kapas Transgenik di sulawesi Selatan". Balai Akbar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Diakses 8 Juni 2010. 
  53. ^ a b c d www.litbang.deptan.go.id (9 Februari 2007). "Riset Transgenik Tetap Dilakukan". Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development). Diakses 8 Juni 2010. 
  54. ^ Balai Akbar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). "Biogen Online: Visi & Misi". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  55. ^ Hermas Effendi Prabowo (18 Mei 2010). "Kebijakan Transgenik Berstandar Ganda". KOMPAS.com. Diakses 9 Juni 2010. 
  56. ^ a b Heru Triyono (20 Agustus 2009). "Produk Transgenik di Tengah Publik". TEMPOinteraktif. Diakses 9 Juni 2010. 
  57. ^ a b c d e f g (Inggris) Tanner SN, Jenkins GR, Kendall DC. "Technologies (ELISA, PCR, etc.) and standard to test for genetic traits". International Quality Grains Conference Proceedings. Diakses 9 Juni 2010. 
  58. ^ a b (Inggris) Kranthi KR, Kranthi S, Khadi BM, Jain KC. Challenges in detecting GM crops. 

Lihat pula

  • Padi emas
  • Jagung Bt
  • Senjata gen

Tautan luar


edunitas.com


Page 4

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya.[1][2] Penggabungan gen asing ini berhaluan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan,[1] misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan mutu yang semakin tinggi dari tanaman alami.[1] Sebagian akbar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dipertontonkan untuk mengatasi kepentingan pangan masyarakat dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia[3] sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bidang dari pemuliaan tanaman. Mempunyainya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi warga dunia sebab sebagian warga khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan bidang yang terkait (ekologi), membahayakan kesehatan manusia, dan memengaruhi perekonomian global.[4][5]

Sejarah

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Daun kacang non-transgenik (atas) dan transgenik yang tahan serangan hama (bawah).

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dipertontonkan semenjak tahun 8000 SM saat praktik pertanian dimulai di Mesopotamia.[6] Secara konvensional, pemuliaan tanaman dipertontonkan dengan menggunakan ronde seleksi dan persilangan tanaman.[7] Kedua ronde tersebut memakan saat yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu sebab bergantung dari mutasi alamiah secara tanpa pola.[7] Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, adalah durian liar.[3] Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.[3]

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 saat bakteri Agrobacterium tumefaciens dikenal dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman.[6] Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, adalah bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah sukses dikembangkan oleh manusia.[6][8] Semenjak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kepentingan komersial dan peningkatan tanaman terus dipertontonkan manusia.[9] Tanaman transgenik pertama yang sukses dihasilkan dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai.[9] Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996.[9] Pada tahun 2004, semakin dari 80 juta hektare tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia adalah kedelai transgenik.[7]

Pembuatan tanaman transgenik

Untuk menciptakan suatu tanaman transgenik, pertama-tama dipertontonkan identifikasi atau pencarian gen yang akan berproduksi sifat tertentu (sifat yang diinginkan).[2] Gen yang diminta dapat diambil dari tanaman lain, binatang, cendawan, atau bakteri.[10] Setelah gen yang diminta didapat karenanya dipertontonkan perbanyakan gen yang dikata dengan istilah kloning gen.[11] Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan diisikan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang dipergunakan untuk transfer gen).[12] Kemudian, vektor kloning akan diisikan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat dijadikan semakin jumlah seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.[12] Apabila gen yang diminta telah dijadikan semakin jumlah dalam jumlah yang cukup karenanya akan dipertontonkan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang bersumber dari bidang tertentu, salah satunya adalah bidang daun.[11] Transfer gen ini dapat dipertontonkan dengan beberapa metode, adalah metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan pertolongan listrik).[11][13]

  • Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.[11] Metode ini sering dipergunakan pada spesies jagung dan padi.[11] Untuk melaksanakannya, dipergunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.[11] Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman.[11] Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan terlindung, walaupun benar probabilitas terjadi kerusakan sel selama penembakan berlanjut.[11]
  • Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.[14] Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami sebab memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.[14] Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.[14] Gen asing yang akan diisikan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti.[14] Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.[14] Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman karenanya sifat-sifat yang diminta dapat diekspresikan tumbuhan.[14]
  • Metode elektroporasi.[13] Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus merasakan pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).[13] Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman.[13] Kemudian, dipertontonkan ronde pengembalian dinding sel tanaman.[13]

Setelah ronde transfer DNA beres, dipertontonkan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang sukses disisipi gen asing.[9] Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.[9] Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), karenanya dapat dipertontonkan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diteliti.[9]

Contoh-contoh

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Jenis tanamanSifat yang telah dimodifikasiModifikasiFoto
PadiBerisi provitamin A (beta-karotena) dalam jumlah tinggi.[15]Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri Erwinia disisipkan pada kromosom padi.[15]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Jagung, kapas, kentangTahan (resisten) terhadap hama.[16]Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis ditransfer ke dalam tanaman.[15][16]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

TembakauTahan terhadap cuaca dingin.[15]Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari tanaman Arabidopsis thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) diisikan ke tembakau.[15]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

TomatRonde pelunakan tomat diperlambat sehingga tomat dapat disimpan semakin lama dan tidak cepat busuk.[17]Gen khusus yang dikata antisenescens ditransfer ke dalam tomat untuk menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat).[16] Selain menggunakan gen dari bakteri E. coli, tomat transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen yang telah dimiliknya secara alami.[17]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

KedelaiBerisi asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida glifosat.[15][18] Dengan demikian, saat disemprot dengan herbisida tersebut, hanya gulma di sekitar kedelai yang akan mati.Gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium galur CP4 diisikan ke kedelai dan juga dipergunakan teknologi molekular untuk meningkatkan pembentukan asam oleat.[15][18]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Ubi jalarTahan terhadap penyakit tanaman yang dikarenakan virus.[19]Gen dari selubung virus tertentu ditransfer ke dalam ubi jalar dan dibantu dengan teknologi peredaman gen.[19]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

KanolaBerproduksi minyak kanola yang berisi asam laurat tinggi sehingga semakin menguntungkan untuk kesehatan dan secara ekonomi.[20] Selain itu, kanola transgenik yang disisipi gen penyandi vitamin E juga telah ditemukan.[16]Gen FatB dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman kanola untuk meningkatkan kandungan asam laurat.[20]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

PepayaResisten terhadap virus tertentu, contohnya Papaya ringspot virus (PRSV).[21]Gen yang menyandikan selubung virus PRSV ditransfer ke dalam tanaman pepaya.[21]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

MelonBuah tidak cepat busuk.[22]Gen baru dari bakteriofag T3 diambil untuk mengurangi pembentukan hormon etilen (hormon yang berperan dalam pematangan buah) di melon.[22]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Bit gulaTahan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat.[23]Gen dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces viridochromogenes ditransfer ke dalam tanaman bit gula.[23]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Prem (plum)Resisten terhadap infeksi virus cacar prem (plum pox virus).[24]Gen selubung virus cacar prem ditransfer ke tanaman prem.[24]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

GandumResisten terhadap penyakit hawar yang dikarenakan cendawan Fusarium.[25]Gen penyandi enzim kitinase (pemecah dinding sel cendawan) dari jelai (barley) ditransfer ke tanaman gandum.[25]

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Aplikasi tanaman transgenik

Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk berproduksi tiga jenis sifat unggul, adalah tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.[26][27] Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah dihasilkan secara massal dan dipasarkan di dunia.[27] Gen asing yang jumlah dipergunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis.[26] Semenjak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di segi bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard".[28] Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke beragam negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".[29]

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah dihasilkan oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".[30] Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum matang kesudahan disemprot dengan gas etilen untuk menciptakan buah matang dan berwarna merah.[30] Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa.[30] Tujuan pembuatan tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan.[31] Namun, penjualan Flavr Savr ditarik dalam saat kurang dari setahun sebab gagasan kesehatan dan penjualannya merasakan kerugian.[30] Produk tersebut tidak jumlah terjual sebab harganya dua kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.[30]

Aplikasi yang masih dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik masih diaplikasikan untuk berproduksi senyawa yang benar faedahnya untuk kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin.[26] Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang masih dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat.[32] Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti semenjak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas.[33] Aplikasi lain yang masih dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membuat supaya bersih polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri).[34] Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.[34]

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli(3-hidroksibutirat) atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable).[35] Sebagian akbar plastik yang benar dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya adalah minyak bumi.[26] Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, dipergunakan PHB yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus.[35] Empat pen pembentuk PHB dari bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat berproduksi PHB.[26] Penelitian mengenai PHB dari tumbuhan masih dalam tahap pengembangan sebelum dihasilkan massal.[35]

Kontroversi

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Kampanye penolakan jagung Bt di Kenya, Afrika.

Perkembangan tanaman transgenik dapat diterima dengan adun oleh Amerika Serikat, Argentina, Cina, dan Kanada.[36] Namun, jumlah negara Eropa yang menolak tanaman transgenik sebab kekhawatiran terhadap potensi gangguan kesehatan konsumen dan kerusakan bidang yang terkait.[36]

Pengaruh pada kesehatan manusia

Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya bersumber dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional.[37] Dari sisi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru untuk manusia.[5] Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik dihasilkan secara massal, akan melaksanakan beragam pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin supaya produk tanaman tersebut terlindung untuk dikonsumsi.[4] Apabila berpotensi menyebabkan alergi, karenanya tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan semakin lanjut.[38] Kekhawatiran lain yang timbul di warga adalah probabilitas gen asing pada tanaman transgenik dapat beralih ke tubuh manusia apabila dikonsumsi.[38] Argumen tersebut dinilai banyak sekali oleh para ilmuwan sebab makanan yang bersumber dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diresap tubuh sehingga tidak akan benar gen aktif.[38] Untuk memberikan kebebasan kepada warga dalam memilih produk transgenik atau produk alami, beragam negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melaksanakan pemberian label terhadap produk transgenik.[39][40] Pelabelan tersebut juga berhaluan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.[39] Dan dapat menimbulkan tumor, hasil ini telah di tes oleh seorang ilmuwan terhadap tikus yang diberi makan jagung transgenik selama beberapa saat merasakan tumor di ginjal dan hatinya.[41] Namun penelitian yang dipertontonkan Gilles-Éric Séralini ini memiliki kontroversi.[42]

Pengaruh pada bidang yang terkait (ekologis)

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Peta penerimaan produk transgenik di dunia.

Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik muncul sebab dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang semakin kuat atau resisten) di bidang yang terkait.[5] Kekhawatiran ini terlihat jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt yang memiliki racun Bt untuk membunuh hama lepidoptera berupa ngengat dan kupu-kupu tertentu.[43] Benar probabilitas hama yang akan dibunuh dapat beradaptasi dengan tanaman tersebut dan menjadi hama yang semakin tahan atau resisten terhadap racun Bt.[5] Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan adalah hama jagung, turut terkena dampak berupa peningkatan kematian dampak memakan daun tumbuhan perdu (Asclepias) yang terkena abuk sari dari jagung Bt.[4] Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati sebab habitatnya dirusak dan hal ini tidak mengadakan komunikasi sama sekali dengan jagung Bt.[3] Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan penggunaan pestisida secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke bidang yang terkait.[4] Selain itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian pestisida.[4]

Kontroversi lain yang bersesuaian dengan isu ekologi adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di dunia melalui penyerbukan (polinasi).[38] Abuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin dan binatang hingga menyerbuki tanaman lain.[38] Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan bidang yang terkait.[38] Sbg aksi pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk mempercepat pertumbuhan dan reproduksi tanaman, seperti: alfalfa (Medicago sativa), kanola, bunga matahari, dan padi, disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi dengan daerah penghalang.[4][5] Hal itu dipertontonkan untuk menekan perpindahan abuk sari ke tanaman lain, terlebih gulma.[4] Apabila gulma memiliki gen tersebut karenanya pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat dapat merusak beragam daerah pertanian di sekitarnya.[4] Hingga sekarang belum terdapat segala sesuatu yang diajarkan bahwa transfer horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", walaupun telah dikenal terjadi transfer horizontal.

Pengaruh etika dan agama

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Demo menentang jagung transgenik di Perancis pada tahun 2004.

Dari sisi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman adalah aksi yang tidak menghormati penciptaan Tuhan.[44] Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sbg aksi "bermain sbg Tuhan" sebab mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya.[45] Konsep teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik adalah suatu probabilitas yang disiapkan oleh Tuhan sebab tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan.[44] Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan nasihat Gereja Katolik, namun kelestarian dunia juga harus dilihat sebab adalah tanggung jawab manusia.[46] Dalam menanggapi isu mengenai tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang benar telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[47] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan dikata Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya.[47] Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.[47]

Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya adalah hal yang alamiah dan biasa terjadi di dunia semenjak pertama kali berlanjutnya kehidupan.[3] Mereka juga berargumen bahwa persilangan beragam jenis padi yang dipertontonkan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dipertontonkan para petani semenjak dahulu.[3] Perkawinan beragam varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang benar di tanaman tersebut.[3] Para ilmuwan hanya mempercepat ronde transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.[3]

Pengaruh terhadap ekonomi global

Riset dan pengembangan tanaman transgenik membutuhkan biaya yang akbar dan umumnya dipertontonkan oleh perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah di negara maju.[5] Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah dihasilkan akan dipatenkan.[48] Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa, diistilahkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat berakibat petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara dapat berdiri sendiri dan harus memainkan pembelian pada produsen dari negara maju.[49] Ketergantungan para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen bunuh diri".[5] Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak).[48] Hal ini akan menyebabkan terjadinya aliran modal dari negara berkembang ke negara maju untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melaksanakan penanaman.[5] Para petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan menjadi mahal sebab pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh diri" yang dipertontonkan oleh produsen benih.[48] Bila petani tersebut tidak dapat memainkan pembelian benih transgenik karenanya kesenjangan ekonomi selang negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sbg konsumen akan semakin melebar.[5] Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut pernah dipertontonkan oleh Yayasan Rockefeller.[48] Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang semakin murah kepada negara-negara miskin.[48]

Di beberapa negara bidang Brasil, pelarangan tanaman transgenik telah berakibat terjadinya penyelundupan benih transgenik oleh para petani di negara tersebut.[48][50] Mereka takut akan menderita kerugian ekonomi apabila tidak dapat berlomba di pasar global dengan negara pengekspor serealia lainnya.[48]

Tanaman transgenik di Indonesia

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Pertanian di Indonesia belum berproduksi tanaman transgenik sendiri.

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melaksanakan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan.[51] Uji coba itu dipertontonkan oleh PT Monagro Kimia dengan menggunakan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto.[51] Hal itu mendatangkan jumlah protes dari beragam LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka.[51] Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan berbakat dalam dan luar negeri.[51] Kasus tersebut berlanjut dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia memberhentikan komersialisasi kapas transgenik.[51] Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dipertontonkan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, adalah Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa.[52] Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik semakin menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.[52]

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melaksanakan impor beras dan jagung.[53] Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Akbar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melaksanakan penelitian di segi rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.[53] Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai lebih kurang ketinggalan.[53] Melalui BB-Biogen, beragam riset tanaman transgenik yang mencakup padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dipertontonkan oleh Indonesia.[53][54] Pada tahun 2010, sejumlah 50% dari kedelai impor yang dipergunakan di Indonesia adalah produk transgenik yang di selangnya didatangkan dari Amerika Serikat.[55][56] Hal ini menyebabkan sebagian akbar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.[56]

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.[16] Keputusan mengenai "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik supaya tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan bidang yang terkait.[16]

Deteksi tanaman transgenik

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Strip untuk mendeteksi jagung transgenik.

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Mesin untuk reaksi berantai polimerase (PCR).

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.[57] Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur).[58] Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kesudahan strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.[57] Apabila dalam saat 5-10 menit muncul dua garis pada strip karenanya sampel tersebut positif adalah tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat karenanya hasil yang didapat adalah negatif.[57][58] Teknik ini sesuai pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.[57]

Uji lain yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay).[57] Uji PCR adalah salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung.[57] Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral adalah metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigen-antibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.[57]

Pustaka

  1. ^ a b c (Inggris) Department of Soil and Crop Sciences at Colorado State University (11 Maret 2004). "What Are Transgenic Plants?". Diakses 23 Mei 2010. 
  2. ^ a b (Inggris) Jay D. Gralla, Preston Gralla (2004). Complete idiot's guide to understanding cloning. Alpha. ISBN 978-1-59257-148-2. Page.274-276
  3. ^ a b c d e f g h Antonius Suwanto. "Tanaman Transgenik: Bagaimana Kita Menyikapinya ?". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  4. ^ a b c d e f g h (Inggris) C. Neal Stewart, Jr, Harold A. Richards, Matthew D. Halfhill (2005). Transgenic Plants and Biosafety: Science, Misconceptions and Public Perceptions. 
  5. ^ a b c d e f g h i Richardus Widodo (23 April 2008). "Kontroversi Pangan Rekayasa Genetik". Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Diakses 17 Mei 2010. 
  6. ^ a b c (Inggris) M.K. Sateesh (2008). Bioethics and Biosafety. I K International Pvt Ltd. ISBN 978-81-906757-0-3. Page.456
  7. ^ a b c (Inggris) Alexander N. Glazer, Hiroshi Nikaidō (2007). Microbial biotechnology: fundamentals of applied microbiology. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-84210-5. Page.210-211
  8. ^ (Inggris) Elisa Ferrante, David Simpson (Juni 2001). "A Review of the Progression of Transgenic Plants Used to Produce Plantibodies For Human Usage". Biological & Biomedical Sciences 4. Diakses 3 Juni 2010. 
  9. ^ a b c d e f (Inggris) Kathleen Laura Hefferon (2009). Biopharmaceuticals in Plants: Toward the Next Century of Medicine. CRC Press. ISBN 978-1-4398-0474-2. Page.1
  10. ^ (Inggris) Michael R. Cummings (2008). Human heredity: principles & issues. Brooks Cole. ISBN 978-0-495-55445-5. Page.333-336
  11. ^ a b c d e f g h (Inggris) Jamie Pighin (Agustus 2003). "Transgenic Crops: How Genetics Is Providing New Ways To Envision Agriculture". Diakses 8 Juni 2010. 
  12. ^ a b (Inggris) Rajiv Tyagi, P.R. Yadav (2008). Biotechnology of Plant Tissue. Educa Books. ISBN 978-81-8356-073-3. Page.202-204
  13. ^ a b c d e (Inggris) Jeff Schahczenski, Katherine Adam (2006). "Transgenic Crops". ATTRA. Diakses 8 Juni 2010. 
  14. ^ a b c d e f (Inggris) Madigan MT, Martinko JM (2006). Brock: Biology of Microorganism. Pearson Education International. ISBN 0-13-196893-9. Page.989-990
  15. ^ a b c d e f g (Inggris) Gupta P K (2004). Biotechnology And Genomics. Rastogi Publications. ISBN 81-7133-667-0. Page.468-480
  16. ^ a b c d e f FG Winarno, Agustinah W (2007). Pengantar Bioteknologi. MBRIO Press. ISBN 979-3098-58-9. Hal.131-139;182
  17. ^ a b (Inggris) Timothy Rockey. "The Transgenic Tomato". Diakses 12 Juni 2010. 
  18. ^ a b (Inggris) Knut Heller (2007). Genetically engineered food: methods and detection. Wiley-VCH. ISBN 978-3-527-31393-8. Page.31
  19. ^ a b (Inggris) Gad Loebenstein, George Thottappilly (2009). The Sweetpotato. Springer. ISBN 978-1-4020-9474-3. Page.43-44
  20. ^ a b (Inggris) Rachael Scarth, Jihong Tang (2006). "Modification of Brassica Oil Using Conventional and Transgenic Approaches". Crop Sci 46: 1225–1236. doi:10.2135/cropsci2005.08-0245. Diakses 9 Juni 2010. 
  21. ^ a b (Inggris) Dennis Gonsalves (2004). "Transgenic Papaya in Hawaii and Beyond". AgBioForum 7: 36–40. Diakses 9 Juni 2010. 
  22. ^ a b (Inggris) ILSI Research Foundation. "GM Crop Database". Diakses 9 Juni 2010. 
  23. ^ a b (Inggris) Haim D. Rabinowitch, Lesley Currah (2002). Allium crop science: recent advances. CABI. ISBN 978-0-85199-510-6. Page.123
  24. ^ a b (Inggris) Scorza R, Ravelonandro M, Callahan AM, Cordts JM, Fuchs M, Dunez J, Gonsalves D (November 1994). "Transgenic plums (Prunus domestica L.) express the plum pox virus coat protein gene". Plant Cell Reports 14 (1). 
  25. ^ a b (Inggris) Shin S, Mackintosh CA, Lewis J,†, Heinen SJ, Radmer L, Dill-Macky R, Baldridge GD, Zeyen RJ, Muehlbauer GJ. (2008). "Transgenic wheat expressing a barley class II chitinase gene has enhanced resistance against Fusarium graminearum". Journal of Experimental Botany 59 (9): 2371–2378. doi:10.1093/jxb/ern103. Diakses 10 Juni 2010. 
  26. ^ a b c d e (Inggris) S. Mahesh, A. B. Vedamurthy (2008). Biotechnology-4. New Age Publications. ISBN 978-81-224-1442-4. Page.51-52
  27. ^ a b (Inggris) Dana Pusta, Ioan Paşca, Roman Morar, Rodica Sobolu, Camelia Răducu, Antonia Odagiu (2008). "He Transgenic Plants – Advantages Regarding Their Cultivation And Potentially Risks Concerning The Food Safety". Journal of Central European Agriculture 9 (4): 785–788. 
  28. ^ (Inggris) Charles T. Allen, Marwan S. Kharboutli, Charles Capps, Larry D. Earnes. "Effectiveness Of Bollgard Ii Cotton Varieties Against Foliage And Fruit Feeding Caterpillars In Arkansas". Proceedings of the 2000 Cotton Research Meeting. 
  29. ^ Balai Kliring Keamanan Hayati Indonesia, Pusat Penelitian Bioteknologi - LIPI. "Keputusan Domestik". Indonesia BCH. Diakses 14 Juni 2010. 
  30. ^ a b c d e (Inggris) Golden Harvest Organics LLC. "The Failure of the first GM Foods". Diakses 13 Juni 2010. 
  31. ^ (Inggris) K. Lindsey (1998). Transgenic plant research. CRC Press. ISBN 978-90-5702-326-2. Page.120-121
  32. ^ (Inggris) Mandy Redig (2003). "Banana Vaccines: A Conversation with Dr. Charles Arntzen". Journal of Young Investigators 7 (1). Diakses 10 Juni 2010. 
  33. ^ (Inggris) Kirsi-Marja Oksman-Caldentey, Wolfgang Barz (2002). Plant biotechnology and transgenic plants. CRC Press. ISBN 978-0-8247-0794-1. Page.204-205
  34. ^ a b (Inggris) David P. Clark, Nanette Jean Pazdernik (2008). Biotechnology: applying the genetic revolution. Academic Press. ISBN 978-0-12-175552-2. Page.414
  35. ^ a b c (Inggris) C Nawrath, Y Poirier, C Somerville (Desember 1994). "Targeting of the polyhydroxybutyrate biosynthetic pathway to the plastids of Arabidopsis thaliana results in high levels of polymer accumulation". Proc Natl Acad Sci USA 91 (26): 12760–12764. 
  36. ^ a b (Inggris) Anne Simon Moffat (Desember 1998). "Biotechnology: Toting Up the Early Harvest Of Transgenic Plants". Science: 2176 – 2178. doi:10.1126/science.282.5397.2176. Diakses 15 Juni 2010. 
  37. ^ (Inggris) Yuan Kun Lee (2006). Microbial biotechnology: principles and applications. World Scientific Publishing Company. ISBN 978-981-256-676-8. Page.518
  38. ^ a b c d e f Departemen Teknologi Informasi Koran Jakarta (23 Januari 2010). "Transgenik yang Menimbulkan Kontroversi". Diakses 7 Juni 2010. 
  39. ^ a b Ani Purwati (9 Februari 2007). "Industri Padi Transgenik Hadapi Kerugian Dampak Penolakan Global". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  40. ^ (Inggris) María Angélica Larach (Desember 2001). "Trade in transgenic products: a review of the international debate". Cepal Review: 75: 201–216. 
  41. ^ Séralini GE, Clair E, Mesnage R, Gress S, Defarge N, Malatesta M, Hennequin D, de Vendômois JS (September 2012). "Long term toxicity of a Roundup herbicide and a Roundup-tolerant genetically modified maize". Food Chem. Toxicol. 50 (11): 4221–31. doi:10.1016/j.fct.2012.08.005. PMID 22999595. Templat:Retracted
  42. ^ Lihat Persoalan Séralini
  43. ^ (Inggris) Hardy Hall (8 Agustus 2005). "BT CORN: IS IT WORTH THE RISK?". Diakses 7 Juni 2010. 
  44. ^ a b Siswono (9 Februari 2004). "Diskusi mengenai Pangan Transgenik Berlanjut Terus". Diakses 8 Juni 2010. 
  45. ^ (Inggris) Richard Sherlock, John D. Morrey (2002). Ethical issues in biotechnology. Rowman & Littlefield Publishers, Inc. ISBN 978-0-7425-1377-8. Page.71-74
  46. ^ (Inggris) Luis G. Jiménez-Arias (2008). Bioethics and the Environment. A Brief Review of the Ethical Aspects of the Precautionary Principle and Genetic Modified Crops. Libros en Red. ISBN 978-1-59754-380-4. Page.44-45
  47. ^ a b c (Inggris) K. Hazzah (4 Agustus 2000). "Are GMO's Halal?". Diakses 13 Juni 2010. 
  48. ^ a b c d e f g (Inggris) Deborah B. Whitman (April 2000). "Genetically Modified Foods: Harmful or Helpful?". CSA Discovery Guides. Diakses 7 Juni 2010. 
  49. ^ (Inggris) European Commission (ec.europa.eu). "Economic Impacts of Genetically Modified Crops on the Agri-Food Sector". WORKING DOCUMENT: Directorate-General for Agriculture. 
  50. ^ (Inggris) Doriana Daroit, Luis Felipe Nascimento (2009). "The Influence of the Actor Network on the Innovative Process of Transgenic Soybean in Rio Grande Do Sul, Brazil". J. Technol. Manag. Innov. 2009, Volume 4, Issue 4 4 (4). 
  51. ^ a b c d e www.beritabumi.or.id (13 Jan 2008). "Kronologis Komersialisasi Kapas Transgenik Bt di Indonesia". KONPHALINDO. Diakses 8 Juni 2010. 
  52. ^ a b Amiruddin Syam (21 January 2010). "Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kapas Transgenik di sulawesi Selatan". Balai Akbar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Diakses 8 Juni 2010. 
  53. ^ a b c d www.litbang.deptan.go.id (9 Februari 2007). "Riset Transgenik Tetap Dilakukan". Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Indonesian Agency for Agricultural Research and Development). Diakses 8 Juni 2010. 
  54. ^ Balai Akbar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen). "Biogen Online: Visi & Misi". BB-Biogen Bogor. Diakses 8 Juni 2010. 
  55. ^ Hermas Effendi Prabowo (18 Mei 2010). "Kebijakan Transgenik Berstandar Ganda". KOMPAS.com. Diakses 9 Juni 2010. 
  56. ^ a b Heru Triyono (20 Agustus 2009). "Produk Transgenik di Tengah Publik". TEMPOinteraktif. Diakses 9 Juni 2010. 
  57. ^ a b c d e f g (Inggris) Tanner SN, Jenkins GR, Kendall DC. "Technologies (ELISA, PCR, etc.) and standard to test for genetic traits". International Quality Grains Conference Proceedings. Diakses 9 Juni 2010. 
  58. ^ a b (Inggris) Kranthi KR, Kranthi S, Khadi BM, Jain KC. Challenges in detecting GM crops. 

Lihat pula

  • Padi emas
  • Jagung Bt
  • Senjata gen

Tautan luar


edunitas.com


Page 5

Tags (tagged): tataki, unkris, tosa, mi, 1, suatu, cara, memasak, ikan, daging, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, karena, teknik, tuna, salad, 2, metode, berasal, dari, asing, tinggal, nagasaki, referensi, a, b, c, d, dave, center, of, studies, jepang, kategori, tersembunyi, artikel, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 6

Tags (tagged): tataki, unkris, suatu, cara, memasak, ikan, daging, dalam, seni, hancur, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, 1, populer, dari, teknik, tuna, ke, 19, mempelajari, memanggang, eropa, center, of, studies, food, network, diakses, 3, februari, 2014, kategori, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian, encyclopedia


Page 7

Tags (tagged): tataki, unkris, suatu, cara, memasak, ikan, daging, dalam, seni, hancur, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, 1, populer, dari, teknik, tuna, ke, 19, mempelajari, memanggang, eropa, pusat, ilmu, pengetahuan, food, network, diakses, 3, februari, 2014, kategori, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 8

Tags (tagged): tataki, unkris, tosa, mi, 1, suatu, cara, memasak, ikan, daging, inilah, menjadi, asal, mula, istilah, karena, teknik, tuna, salad, 2, metode, berasal, dari, asing, tinggal, nagasaki, referensi, a, b, c, d, dave, pusat, ilmu, pengetahuan, jepang, kategori, tersembunyi, artikel, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 9

Tags (tagged): daftar isi pusat, ilmu pengetahuan, pusat, ilmu pengetahuan daftar, isi pusat, ilmu, pengetahuan, daftar isi, pusat ilmu, program kuliah pegawai, kelas weekend, unkris, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 10

Tags (tagged): daftar isi pusat, ilmu pengetahuan, pusat, ilmu pengetahuan daftar, isi pusat, ilmu, pengetahuan, daftar isi, pusat ilmu, program kuliah pegawai, kelas weekend, unkris, kelas, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, indonesia, ensiklopedia


Page 11


Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

FootballFormula One

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

BadmintonTennis

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Olympics


Some Countries Portal


Other Portal


Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
GodMuhammad
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Qur'anPillars of Islam
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Pillars of FaithSchool
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
History


Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Jesus ChristTrinity
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
BibleHistory



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua



Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan


Countries in South America

Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


State and Territory in North America

United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat


North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena


Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna


List Portal

Page 12

D G I L N Q V X 
Search in Center of Studies   

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan

FootballFormula OneBadmintonTennisOlympics


Some Countries Portal


Other Portal


Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
GodMuhammadQur'anPillars of IslamPillars of FaithSchoolHistory


Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Tumbuhan transgenik yang tahan terhadap hama dan penyakit telah dihasilkan
Jesus ChristTrinityBibleHistory



Sumatera : Bengkulu | Jambi | Bangka Belitung Islands | Riau Islands | Lampung | NAD (Nanggro Aceh Darusalam) | Riau | West Sumatra | South Sumatra | North SumatraJava : Banten | DKI Jakarta | West Java | Central Java | East Java | Yogyakarta | Kalimantan : West Kalimantan | South Kalimantan | Central Kalimantan | East Kalimantan | North KalimantanNusa Tenggara Islands : Bali | West Nusa Tenggara | East Nusa TenggaraSulawesi : Gorontalo | West Sulawesi | South Sulawesi | Central Sulawesi | Southeast Sulawesi | North SulawesiKeliruku Islands : Keliruku | North KelirukuPapua : Papua | West Papua



Afghanistan | Saudi Arabia | Armenia | Azerbaijan | Bahrain | Bangladesh | Bhutan | Brunei | China (People's Republic of China) | Georgia | Hong Kong | India | Indonesia | Iran | Iraq | Israel | Japan | Cambodia | Kazakhstan | Cocos Islands (Keeling) (Australia) | South Korea | North Korea | Kuwait | Kyrgyzstan | Laos | Lebanon | Macau | Malaysia | Maldives | Mongolia | Myanmar (Burma) | Nepal | Oman | Pakistan | Palestine | Christmas Island (Australia) | Qatar | Russia | Singapore | Sri Lanka | Syria | Taiwan | Tajikistan | Thailand | Timor Leste (East Timor) | Turkey | Turkmenistan | United Arab Emirates | Uzbekistan | Vietnam |
Yemen | Jordan


Countries in South America

Argentina | Bolivia | Brazil | Chile | Ecuador | Guyana | Colombia | Paraguay | Peru | Suriname | Uruguay | Venezuela


State and Territory in North America

United States | Antigua And Barbuda | Bahamas | Barbados | Belize | Dominican | El Salvador | Grenada | Guatemala | Haiti | Honduras | Jamaica | Canada | Costa Rica | Cuba | Mexico | Panama | Saint Kitts and Nevis | Saint Lucia |
Saint Vincent and the GrenadinesDenmark Region : Greenland
Netherlands Region : Aruba | Netherlands Antilles
French Region : Guadeloupe | Martinique | Saint Pierre and Miquelon
USA Region : United States Virgin Islands | Puerto Rico
Region United Kingdom : Anguilla | Bermuda | Cayman Islands | Turks and Caicos Islands |
British Virgin Islands | Montserrat


North Africa : Algeria | Libya | Morocco | Egypt | Sudan | TunisiaWest Africa : Benin | Burkina Faso | Gambia | Ghana | Guinea | Guinea | Liberia | Mali | Mauritania | Niger | Nigeria | Ivory Coast | Senegal | Sierra Leone | Cape Verde | TogoCentral Africa : Central Africa | Angola | Chad | Gabon | Equatorial Guinea | Cameroon | Democratic Republic of the Congo | Republic of Congo | Sao Tome and PrincipeEast Africa : Burundi | Djibouti | Eritrea | Ethiopia | Kenya | Comoros | Madagascar | Malawi | Mauritius | Mozambique | Rwanda | Seychelles | Somalia | Tanzania | Uganda | Zambia | ZimbabweSouth Africa : South Africa | Botswana | Lesotho | Namibia | SwazilandTerritorial and Regional Dependency : Melilla | Reunion | Western Sahara | Saint Helena


Australasian :Australia | Cocos Islands Cocos (Keeling) | Christmas Island | Norfolk Island | New Zealand | Micronesia :Guam | Mariana Mariana Islands | Marshall Islands | Kiribati | Micronesia | Nauru | PalauMelanesia :Fiji | New Caledonia | Solomon Islands | Papua New Guinea | VanuatuPolynesia :Cook Islands | Pitcairn Islands | French Polynesia | Samoa | American Samoa | Tokelau | Tonga | Tuvalu |
Wallis and Futuna


List Portal

Page 13

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, sumatra, jabodetabek, borneo, kalimantan, puppet, wayang, java, west, papua, countries, in, europe, albanian, andorra, armenia, peru, suriname, uruguay, venezuela, state, and, territory, regional, dependency, melilla, reunion, western, sahara, saint, center, studies, portal, japan, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 14

Tags (tagged): the, world, encyclopedia, of, contents, unkris, geography, portal, africa, south, america, north, kalimantan, nusa, tenggara, islands, bali, west, sri, lanka, syria, taiwan, tajikistan, thailand, timor, leste, burundi, djibouti, eritrea, ethiopia, kenya, comoros, center, studies, formula, 1, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, indonesian


Page 15

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, indonesia, sumatera, jabodetabek, kalimantan, wayang, maluku, utara, papua, barat, negara, peru, suriname, uruguay, venezuela, wilayah, lesotho, namibia, swaziland, territorial, islam, jawa, jepang, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, bahasa, ensiklopedia


Page 16

Tags (tagged): daftar, isi, pusat, ilmu, pengetahuan, unkris, portal, utama, agama, astronomi, bahasa, biografi, biologi, budaya, bengkulu, jambi, kepulauan, bangka, belitung, riau, kong, india, indonesia, iran, iraq, israel, jepang, kamboja, tunisia, afrika, barat, benin, burkina, faso, gambia, ghana, asia, ateisme, atheis, program, kuliah, pegawai, kelas, weekend, eksekutif, ensiklopedi, ensiklopedia


Page 17

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 18

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 3, 3 Diva (album), 3 Doa 3 Cinta (film), 3 Doors Down, 3 Februari, 30 Oktober, 30 Persei, 30 Rock, 30 September, 33 (angka), 330, 330 (angka), 330-an, 360-an, 360-an SM, 3600 Detik, 360s, 390 's, 390 SM, 390-an, 390-an SM, Judul Topik (Artikel) 3, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) 3, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, Aaptos papillata, Aaptos pernucleata, Aaptos robustus, Aaptos rosacea, Abdul Aziz Alu-Sheikh, Abdul Aziz Angkat, Abdul Aziz bin Abdulah bin Baz, Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh, Abisai, Abit, Mook Manaar Bulatn, Kutai Barat, Abitibi-Consolidated, AbiWord, AC Arles-Avignon, AC Bellinzona, AC Martina, AC Milan, Judul Topik (Artikel) A, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) A, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) B, B17, B20, B22, B25, Babirik, Beruntung Baru, Banjar, Babirik, Hulu Sungai Utara, Babirusa, Babirusa Buru, Badan Liga Indonesia, Badan Meteorologi Australia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Badan Meteorologi Jepang, Bagik Payung, Suralaga, Lombok Timur, Bagik Polak, Labu Api, Lombok Barat, Baginda, Sumedang Selatan, Sumedang, Bagindo Aziz Chan, Bahasa Bawean, Bahasa Belanda, Bahasa Belanda di Indonesia, Bahasa Belarus, Judul Topik (Artikel) B, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) B, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Cairate, Cairina scutulata, Cairn Terrier, Cairns, Calung, Calungbungur, Sajira, Lebak, Caluso, Caluya, Antique, Canadian dollar, Canadian Football League, Canadian Grand Prix, Canadian Hot 100, Cane Toa, Rikit Gaib, Gayo Lues, Cane Uken, Rikit Gaib, Gayo Lues, Canellales, Canero, Judul Topik (Artikel) C, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) C, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) H, H.H.H. Tower, H.M.A. Tihami, H.O.S. Tjokroaminoto, H.O.T., Hak LGBT di Oseania, Hak LGBT di Pakistan, Hak LGBT di Republik Tiongkok, Hak LGBT di Rumania, Halte Cinango, Halte Cisomang, Halte Cisomang layout, Halte Citaliktik, Handil Labuan Amas, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Maluka, Bumi Makmur, Tanah Laut, Handil Negara, Kurau, Tanah Laut, Handil Purai, Beruntung Baru, Banjar, Harapan, Tanah Pinem, Dairi, Harapankarya, Pagelaran, Pandeglang, Harappa, Harara, Dusun Timur, Barito Timur, Judul Topik (Artikel) H, p2k.unkris.ac.id Program Kuliah Pegawai, Kelas Weekend, Judul Topik (Artikel) H, Unkris, Pusat Ilmu Pengetahuan, Kelas Eksekutif, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, ensiklopedia dunia p2k.unkris.ac.id