Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah

Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah
Dekan: Dr. Ir. H. Sudarjat, M.P.

Dalam suatu majelis, Rasulullahi SAW pernah bersabda bahwa akan datang suatu masa dimana umatku seperti buih di lautan. Kemudian para sahabat bertanya, “kenapa demikian ya Rasul?” Nabi pun menjelaskan bahwa di masa itu umat Islam akan sangat besar jumlahnya tetapi sangat rapuh, mudah bercerai berai.

Setiap mukmin dalam mengemban tugas hidupnya tidak lepas dari dua kewajiban, yakni kewajiban memelihara hubungan baik dengan Allah SWT dan memelihara hubungan baik dengan sesama manusia. Dengan tegas Allah SWT telah menjelaskan dalam Alquran bahwa sesungguhnya orang-orang yang memutuskan hubungan kepada Allah maupun kepada sesama manusia hidupnya akan diliputi kehinaan dimana saja mereka berada. Ibadah kepada Allah, disamping dapat mengingatkan diri kita kepada batas-batas kekuasaan diri, juga bisa menghilangkan sikap angkuh dan sombong yang dapat merusak ikatan batin serta manjauhkan persaudaraan.

Berkenaan dengan hubungan yang harus dipelihara dengan sesama manusia Rasulullah SAW telah memberikan tuntunannya sebagaimana dalam sabdanya: “Belum disebut beriman salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri“ (HR. Bukhori).

Alquran mengingatkan kita bahwa setiap individu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan ukhuwah dan kebersamaan antara satu individu dengan lainnya akan saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Banyak orang mengorbankan ukhuwah hanya karena perbedaan penafsiran tentang agama atau karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu misalnya politik, padahal jelas rumusan dalam Alquran:”innamalmu’minuna ikhwatun” (Al Hujurot:10) merupakan refleksi seseorang dari tingkat keimanannnya dengan melihat sampai sejauh mana dia memelihara ukhuwah.

Di dalam Surat Ali Imron:103:”Wa’tasimu bihablillahi jami’a wala tafarroqu (dan berpeganglah kalian semua pada tali Allah ‘agama islam’ dan janganlah bercerai berai, dan di dalam surah AnNahl:90 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu agar kamu dapat mengambil pengajaran”, semakin memperjelas akan kewajiban kita untuk memelihara ukhuwah islamiyah.

Dalam upaya mewujudkan ukhuwah ini, ada beberapa hal yang perlu kita bina bersama, yaitu:

1)    Bersikap husnuzhon diantara kita. Selama ini lebih sering kita menggunakan prasangka dan praduga dan sering tidak menggunakan akal sehat sehingga kita sering terperosok pada sikap su’uzhon kepada sesama muslim. Bila sikap ini dibiarkan akan berkembang sikap apriori, sulit menaruh kepercayaan walaupun kepada orang seiman.   Oleh karenanya Alloh melarang sifat itu: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagaian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang. “(QS. Al-Hujurot : 12).

2)    Berpeganglah kita semua pada tali Allah (Al Islam) secara kaffah, dalam pergaulan hendaknya berpedoman dan mengacu kepada syariat islam. Bersikaplah sebagai seorang pemaaf, sikap yang sangat disukai Allah SWT: “Yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imron: 134).

3)    Laksanakan hak dan kewajiban kita sebagai muslim dalam kehidupan bermasyarakat seperti tercantum dalam hadis yang bersumber dari Abu Hurairoh, Rasulullah bersabda “Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima yaitu: menjawab salam, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mendatangi undangan, mendoakan orang yang bersin jika mengucapkan Alhamdulillah dengan ucapan yarhamukalloh. (Muttafakun alaih).

4)    Jaga dan perbanyak ikatan tali silaturahmi. Ibadah vertikal (transendental) habluminallah, dan horizontal habluminannas.

5)    Tumbuhkan sikap saling percaya. Kita hendaklah selalu percaya kepada kemampuan saudara kita untuk membina, mendidik, dan memimpin jemaahnya. Kita seringkali ikut campur dalam urusan rumah tangganya, walaupun tidak diminta. Lebih bahaya lagi kita sering memvonis ‘salah’ akan pemahaman agama saudara kita yang berbeda, yang berujung pada permusuhan diantara umat islam.

Wallahu’alam.
Sudarjat

Hikmah Ramadan sebelumnya:

Jakarta -

Ukhuwah artinya persaudaraan. Istilah ini menjadi tidak asing bila dikaitkan dengan hubungan sosial sesama umat muslim yang ingin hidup berkelompok. Berikut ini penjelasan ukhuwah dalam Islam.

Menurut Ar Raghib dalam Mufradat Alfazhil Quran, kata ukhuwuah berasal dari kata akhun. Akun mengandung arti berserikat dengan yang lain karena kelahiran dari dua belah pihak atau karena persusuan. Kata ini juga menjelaskan seluruh mukmin adalah bersaudara.

Sementara menurut Imam Hasan Al Banna, ukhuwah dapat diartikan sebagai keadaan mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa dengan ikatan akidah. Ikatan inilah yang mendefinisikan ukhuwan sebagai saudaran keimanan.

Senada dengan itu, dikutip dari buku Akhlak Keagamaan Kelas XII karya Rofa'ah, ukhuwah artinya jalinan persaudaraan yang didasari dengan keimanan pada Allah dan RasulNya. Istilah lain yang kerap kita jumpai adalah ukhuwah islamiyah.

Persoalan ukhuwah Islamiyah juga sudah diterangkan dalam firman Allah QS Al Hujurat ayat 10,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat."

Berdasarkan ayat di atas, Allah menggunakan kata ikhwah atau saudara seketurunan untuk menjelaskan hubungan sesama umat muslim. Dilansir dari ulama Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat, hal ini untuk mempertegas jalinan hubungan antar sesama muslim.

Hubungan tersebut tidak hanya terjalin oleh keimanan, tetapi dibuat seakan-akan terikat dalam persaudaraan seketurunan. Sebab, menjalin hubungan yang harmonis bagi sesama muslim menjadi kewajiban bagi tiap-tiap muslim itu sendiri.

Untuk menjalin persaudaraan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, diperlukan tiang penyangga agar ukhuwah bisa tetap berdiri kokoh. Terutama di kalangan umat muslim. Ada 4 asas ukhuwah Islamiyah yang diajarkan dalam Islam. Ada apa saja?

4 Asas Ukhuwah dalam Islam

Asas ini mengandung makna saling mengenal. Namun, tidak hanya terbatas pada hal yang bersifat fisik atau identitas ringkas. Namun, mengenal lebih dalam lagi seperti, latar belakang pendidikan, budaya. keagamaan, pemikiran, ide-ide, cita-cita serta masalah kehidupan.

Artinya saling memahami kelebihan dan kekurangan atau pun kekuatan dan kelemahan masing-masing. Bila ini tercapai, segala macam bentuk kesalahpahaman dapat dihindari.

Asas ta'awun berarti saling tolong menolong. Konsepnya bisa berupa yang kuat menolong yang lemah atau yang dirasa mampu agar menolong yang kekurangan. Melalui asas ini kerja sama akan tercipta dengan baik dan saling menguntungkan sesuai fungsi dan kemampuan masing-masing.

Asas yang terakhir adalah saling memberikan jaminan. Artinya sesama umat muslim harus saling memberikan rasa aman dan terhindar dari kekhawatiran serta kecemasan. Jaminan ini mirip dengan asas sebelumnya, misalnya ada jaminan dari sesama saudara muslim untuk memberi pertolongan saat menghadapi masalah.

Itulah penjelasan dari ukhuwah yang artinya persaudaraan dalam Islam berikut dengan 4 asasnya. Semoga dengan pemahaman ini kita dapat meningkatkan ukhuwah dengan sesama muslim ya.

Simak Video "Asa Menjadi Penghapal Al-Qur'an"



(rah/erd)

Sifat- Sifat Mulia: Mujahadah An-Nafs, Husnuzan dan Ukhuwah – Sebagai umat Islam yang baik, meniti hidup dalam kemuliaan adalah keadaan dimana seseorang menjalani kehidupan dengan berpegang teguh sepenuhnya kepada Al-Quran dan Sunnah nabi. Mulai dari aktivitas yang paling kecil sampai aktivitas yang kompleks, semuanya berpegang teguh pada Al-Quran dan Sunnah nabi.

Misalnya, mulai dari makan, bekerja, bersosialisasi dengan makhluk hidup lainnya, semuanya berlandaskan dengan Al-Quran dan Sunnah, inilah yang dimaksud dengan meniti kehidupan dengan kemuliaan. Semua hal dan aktivitas dimuka bumi diciptakan bukan karena sebab atau sia-sia, melainkan berguna dan penuh kemuliaan.

Meniti hidup dengan mengikuti Al-Quran dan Sunnah-Nya tidak hanya mendapat kemuliaan di dunia, namun juga kemuliaan di kehidupan selanjutnya. Mengendalikan diri dari nafsu, berprasangka baik adalah beberapa cara untuk menerapkan kehidupan untuk memperoleh kemuliaan di hadapan Allah SWT. Untuk memahami bagaimana cara meniti kehidupan dengan kemuliaan, simak tulisan di bawah ini.

A. Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

1. Pengertian Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat, menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh. Dapat disimpulkan bahwa arti dari Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada kejelekan. Pada buku Mujahadah, memiliki makna sebuah upaya untuk menggapai Ridah Allah Swt. yang merupakan amalan yang akan membuka pintu hidayah.

Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah
Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah

2. Dalil tentang Sifat Mulia Mujahadah An-nafs

Mujahadah an-nafs dibahas dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 72 yang berbunyi :

“Sesungguuhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (tetapi) jika mereka meminta pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah SWT Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.“

Didalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah akan memberikan derajat yang mulia untuk orang-orang yang berhijrah bersama Nabi Muhammad. Peristiwa hijrah disini merupakan sebuah penerapan dalam agama islam tentang pentingnya menjaga, dan menegakkan nilai-nilai dalam kemanusiaan.

Umat islam yang taat hendaknya berjuang di jalan Allah SWT dengan bersedia menanggung semua risiko dan siap mengorbankan semua harta dan jiwanya. Di dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa umat islam harus bertindak sesiao dengan ketetapan yang telah Allah SWT tetapkan, karena Allah SWT maha melihat dan maha mengetahui.

Mujahadah Nafsu juga dijelaskan dalam hadits nabi yang diriwaytkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda,
“Orang yang perkasa bukanlah orang yang menang dalam perkelahian, orang yang perkasa adalah orang yang menendalikan dirinya ketika marah.”

3. Macam-Macam Hawa Nafsu

Dalam dinamika kehidupan manusia, seseorang tidak hanya dikarunia sifat mulia, melaikan juga hawa nafsu yang bertentangn dari sifat mulia yang bisa dimiliki oleh seseorang. Manusia memiliki tiga jenis nafsu seperti berikut ini:

a. Nafsul Ammarah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 53, yang menceritakan kisah nabi Yusuf, ayatnya berbunyi :

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku dari kesalahan-kesalahn, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.”

Nafsu ammarah adalah nafsu yang dari hati dan akal dikendalikan oleh keinginan, syahwat dan khayalan. Maka dari itu nafsu yang seperti ini hanya cenderung pada syahwat semata. Orang akan lebih cenderung kepada hal-hal materi, hal-hal yang hanya bisa dinikmati dengan inderawi. Nafsu jenis ini menjadi tempat cikal bakal dari kejahatan dan akhlak tercela. Maka dari itu, kita harus bisa mengendalikan diri sehingga nafsu ini tidak mengendalikan kita.

b. Nafsul Lawwamah

Nafsul ammarah tertera di dalam Al-Quran surat Al-Qiyamah ayat 2, ayatnya berbunyi :

وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

“Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri.”

Nafsu lawwamah adalah nafsu yang dari hati dan akal yang saling berkaitan dengan khayalan, syahwat dan keinginannya. Jenis nafsu ini memiliki kecenderungan terhadap ar-rayu’ atau rasio. orang-orang yang munafik didominasi oleh ra’yu yang membuat diri mereka berada dalam keraguan antara memilih baik atau buruk, memilih taat atau bermaksiat dan memilih untuk beriman atau kafir. Hal ini digambarkan pada Al-Quran surat An-Nisa ayat 143 yang berbunyi :

مُّذَبْذَبِيْنَ بَيْنَ ذٰلِكَۖ لَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ وَلَآ اِلٰى هٰٓؤُلَاۤءِ ۗ وَمَنْ يُّضْلِلِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ سَبِيْلًا

“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian, iman atau kafir: tidak masuk kepada golongan orang-orang beriman dan tidak pula kepada golonganorang-orang kafir, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”

Berlangganan Gramedia Digital

Baca SEMUA koleksi buku, novel terbaru, majalah dan koran yang ada di Gramedia Digital SEPUASNYA. Konten dapat diakses melalui 2 perangkat yang berbeda.

Rp. 89.000 / Bulan

c. Nafsul Muthmainnah

Nafsul muthmainnah adalah nafsu yang dari hati dan akalnya mampu mengendalikan syahwat, kecenderungan dan khayalan. Orang yang memiliki jiwa seperti ini akan cenderung mengingat Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Sebagaimana tertera dalam Al-Quran surat Ar-Ra’d ayat 28 yang berbunyi:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

“yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Nafsu jenis ini bisa mengeluarkan sifat-sifat jelek yang ada di dalam hati seorang manusia. Manusia yang senantiasa cinta kepada Allah dan memiliki jiwa yang tenang akan dimasukan ke dalam surga Allah. Hal ini berdasarkan Al-Quran surat Al-Fajr ayat 29-30 yang berbunyi:

فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْࣖ

“Wahai jiwa yang tenang! Kembali lah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”

Lawanlah nafsu dengan melatih jiwa diri sendiri. Menahan jiwa bisa dilakukan dengan menahan makan, sedikit tidur, tidak banyak cara dan bersabar jika diganggu oleh orang lain. Dari menahan makan bisa mengurangi syahwat, dengan sedikit tidur tentunya bisa memurnikan tekad di dalam diri. Tidak banyak bicara bisa menyelamatkan kita dari berselisih dengan orang lain.

4. Tingkatan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menurut Ibnul Qayyim, melawan nafsu ada empat tingkatan yaitu:

  • Menahan nafsu dalam ta’limul huda wa dinil haq, atau menahan dalam mengenal petunjuk dan agama yang benar.
  • Menahan nafsu dalam mengamalkan agama yang benar setelah memiliki ilmunya.
  • Menahan nafsu dalam dakwah kepada kebenaran.
  • Menahan nafsu dalam bersabar dalam menghadapi kesulitan dan kejahatan manusia.

5. Manfaat Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Menahan hawa nafsu dalam diri, memiliki beberapa manfaat atau kemuliaan yaitu:

  • Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang untuk lebih taat kepada Allah SWT.
  • Mengendalikan nafsu bisa menghindarkan seseorang dari tenggelamnya nikmat dunia.
  • Dengan mengendalikan hawa nafsu, kesabaran dalam menghadapi ujian akan bertambah dan juga dapat memusuhi kemaksiatan.
  • Mengendalikan hawa nafsu bisa membawa seseorang ke jalan yang lurus, yang membawa kepada ridho Allah SWT.
  • Mengendalikan hawa nafsu bisa memusnahkan syaitan di dalam diri seseorang tersebut.

Kita sebagai manusia harus sadar bahwa mengendalikan diri tidak semudah yang dibayangkan orang selama ini. Walau begitu, buku Mengendalikan Hawa Nafsu yang ada dibawah ini mencoba untuk memberikan cara yang dapat Grameds lakukan untuk tidak menjadi budak nafsu dalam hidupnya sendiri.

Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah
Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah

6. Ciri-Ciri dari Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Orang-orang yang dapat mengendalikan nafsu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Mampu mengontrol sikap dan perilaku, hal ini ditandai dengan kemampuan dalam menghadapi situasi yang tidak diinginkan.
  • Mampu menunda untuk memuaskan diri sendiri
  • Mampu mengantisipasi perilaku yang tidak diinginkan
  • Mampu menafsirkan suatu keadaan dengan cara memperhatikan atau melihat selalu ke sisi yang positif
  • Mampu mengontrol dalam mengambil keputusan.

7. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs

Berikut adalah beberapa contoh perilaku mengendalikan diri dari nafsu:

  • Ketika ada seseorang yang mengejek, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan bersabar dan tidak membalas ejekan atau cemooh dari orang tersebut.
  • Ketika ada orang yang berbuat salah, seseorang yang bisa mengendalikan diri akan cenderung memaafkan kesalah yang orang perbuat padanya.
  • Ketika ditimpa oleh musibah, seseorang yang bisa mengendalikan diri dari nafsunya akan menghadapi cobaan tersebut dengan ikhlas dan selalu memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
  • Seseorang yang bisa mengendalikan nafsu tidak akan membalas kedengkiaan seseorang terhadap dirinya sehingga dirinya dijauhkan dari sifat iri dan dengki.
  • Selalu mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan kepadanya dan tidak mengingkari nikmat tersebut.
  • Orang yang bisa mengendalikan diri dari nafsu akan menjaga lingkungannya, menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal serta rajin berolahraga.

B. Sifat Mulia Husnuzan

1. Pengertian dari Sifat Mulia Husnuzan

Husnuzan adalah salah satu sifat mulia yang disukai oleh Allah SWT. Husnuzan berasal dari bahasa arab. Husnuzan terdiri dari dua kata yaitu husnu dan zan. Husnu memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu baik. Sedangkan zan memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu prasangka.

Dari sini bisa disimpulkan bahwa husnuzan adalah memiliki prasangka baik terhadap sesama manusia, kepada Allah SWT dan juga semua makhluk yang ada di bumi. Lawan dari sifat husnuzan adalah berburuk sangka atau suudzon. Suudzon adalah berprasangka kepada orang lain dengan hal-hal buruk, padahal hal tersebut belum tentu benar adanya.

Dengan memiliki sifat yang selalu berbaik sangka tentunya seseorang akan disenangi oleh orang lain karena sifat yang selalu positif dari dirinya menyebar luas kepada yang lain. Oleh sebab itu, sangat penting untuk menanamkan sifat husnuzan ini pada setiap orang dan salah satu caranya adalah dengan membaca buku Yuk, Husnuzhan!

Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah
Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah

2. Dalil tentang Sifat Mulia Husnuzan

Penjelasan tentang sifat mulia Husnuzan tertera dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 12 yang berbunyi :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

“Wahai orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah SWT menegaskan dua hal utama. Hal yang pertama adalah bahwa sesungguhnya sesama orang mukmin adalah bersaudara. Hal yang kedua adalah, jika ada perselisihan di antara saudara, maka Allah memerintahkan kita untuk melakukan perdamaian. Hal ini juga dijelaskan kembali dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah, perbaiki lah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takut lah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”

Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwaytkan bukhari juga mengatakan bahwa manusia tidak akan dianggap beriman kecuali jika orang tersebut menyayangi saudara sesama mukmin lainnya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.

Husnuzan juga dijelaskan dalam hadis yang diriwaytkan oleh muslim yang berbunyi :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي

“Sesungguhnya Allah berkata: Aku sesuai prasangka hambaku padaku. Jika prasangka itu baik, maka kebaikan baginya. Dan apabila prasangka itu buruk, maka keburukan baginya.”

Ada juga hadis yang diriwayatkan bukhari, haditsnya berbunyi :

ﻋَﻦْ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻳَّﺎﻛُﻢْ ﻭَﺍﻟﻈَّﻦَّ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻈَّﻦَّ ﺃَﻛْﺬَﺏُ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳﺚِ

“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.”

Selain itu, ada juga hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”

3. Manfaat Dari Sifat Mulia Husnuzan

Husnuzan memiliki beberapa manfaat yaitu:

  • Membuat manusia jadi lebih dekat dengan Allah SWT
  • Membuat manusia jadi bersungguh-sungguh dalam beramal
  • Menanamkan sikap tawakal dalam diri
  • Memberi ketenangan jiwa
  • Hubungan sesama manusia menjadi lebih baik
  • Menghindari manusia dari rasa menyesal karena berburuk sangka terhadap orang lain
  • Menghindari manusia dari rasa iri hati terhadap apa yang orang lain miliki

4. Contoh dari Sifat Mulia Husnuzan

Berikut adalah beberapa contoh sifat mulia Husnuzan yang bisa diterapkan dalam sehari-hari:

  • Memberikan apresiasi kepada pencapaian teman atau orang lain
  • Menghargai pendapat orang lain dan menerimanya walaupun pendapat itu berlawanan dengan pendapat kita
  • Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan rasa tanggung jawab.

Dengan melihat segala sesuatu dari sisi baiknya kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Sebagai salah satu contoh dari sikap husnuzan, buku The Power Of Husnuzan yang ada dibawah ini dapat Grameds baca.

Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah
Tuliskan dua contoh perilaku yang mencerminkan perilaku ukhuwah

C. Sifat Mulia Ukhuwah

1. Pengertian Sifat Mulia Ukhuwah

Ukhuwah adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab. Ukhuwah berasal dari kata akhu yang memiliki arti saudara. Ukhuwah atau persaudaraan ini bukan hanya sebatas hubungan kerabat dalam keturunan, namun juga persaudaraan dalam islam. Persaudaraan dalam islam merupakan persaudaraan yang diikat dengan akidah dan fungsi kemanusiaan, sesama makhluk Allah SWT.

Oleh karena itu, kita tidak boleh berambisi untuk memuaskan diri sendiri, tetapi berusaha untuk bergembira serta merasa lapang karena dapat melaksanakan sesuatu dengan orang lain. Hal tersebut menggambarkan keikhlasan dan persaudaraan yang tetap terjaga menurut buku Risalah Ikhlas & Ukhuwah.

Persaudaraan diantara sesama manusia ini tidak memandang latar belakang keturunan, atau hal-hal pertimbangan lainnya. Persaudaraan ini juga diharuskan untuk saling memberikan perhatian di antara mereka. Ukhuwah sendiri dibedakan menjadi tiga, Ukhuwah islamiyah, Ukhuwah Insaniyah dan juga Ukhuwah Wathaniyah.

Ukhuwah Islamiyah adalah persaudaraan yang dimiliki antara sesama penganut agama islam. Ukhuwah Islamiyah mengajarkan bahwa setiap muslim adalah saudara bagi sesama muslim lainnya. Sedangkan Ukhuwah Wathaniyah adalah konsep persaudaraan sebangsa tanpa memandang agama atau memandang suku. Ukhuwah Insaniyah artinya persaudaraan yang hadir dalam sesama manusia di seluruh dunia. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain karena boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain karenaboleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.

2. Dalil Sifat Mulia Ukhuwah

Sifat mulia ukhuwah atau persaudaraan ini dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 10 yang berbunyi :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yang berselisih dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

selain itu, di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Nu’man bin Basyir, Rasulullah SAW bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai saling mengasihi dan saling menyayangi, seperti satu tubuh. Apabila satu organ tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, maka dari itu akan menyebabkan tidak dapat tidur dan merasa demam.”

3. Contoh Sifat Mulia Ukhuwah

  • Menjenguk saudara yang sedang sakit, atau membantunya dan memberikan kebutuhan yang ia butuhkan.
  • Membantu teman atau kerabat yang terkena musibah.
  • Jika ada orang yang bertengkar, kita berusaha mendamaikan mereka
  • Bergaul dengan orang tanpa memandang agama, suku, dan budaya yang mereka anut.
  • Menghindari pertengkaran karena itu akan merugikan orang lain.

Dengan membangun sifat persaudaraan tersebut, kita akan menjadi merasakan perasaan nikmat dan hal tersebut dibahas dalam buku Nikmatnya Merajut Ukhuwah yang ditulis oleh Abu Jawwad M.

Nah, itulah penjelasan tentang sifat- sifat mulia yang perlu Anda ketahui sebagi umat agar islam. Terlepas dari nilai-nilai dan ajaran gama, memiliki sifat muli dan baik adalah salah satu hal keharusan yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial. Itulah agama juga sangat menekankan manusia untuk tersu berbuat baik di muka bumi dan memiliki sifat- sifat mulia.

Rekomendasi Buku terkait “Sifat- sifat Mulia” :

1. Menjadi Muslimah yang Disukai Banyak Orang

2. Mau Menjadi Lebih Baik

3. Adab Di Atas Ilmu

[sc_fs_faq html=”true” headline=”h4″ img=”” question=”Apa itu sifat mujahadah?” img_alt=”” css_class=””] Menurut Ibnu Mandhur, Al-Mujahadah memiliki arti yaitu menahan dari syahwat, menjauhkan hati dari angan-angan. An-Nafs merupakan Bahasa Arab yang memiliki makna hakikat, jiwa atau ruh. Dapat disimpulkan bahwa arti dari Mujahadah An-Nafs adalah memerangi jiwa atau ruh yang menyeru kepada kejelekan. [/sc_fs_faq]

[sc_fs_faq html=”true” headline=”h4″ img=”” question=”Apa arti dari kata ukhuwah?” img_alt=”” css_class=””] Ukhuwah adalah sebuah kata yang berasal dari Bahasa Arab. Ukhuwah berasal dari kata akhu yang memiliki arti saudara. Ukhuwah atau persaudaraan ini bukan hanya sebatas hubungan kerabat dalam keturunan, namun juga persaudaraan dalam islam. Persaudaraan dalam islam merupakan persaudaraan yang diikat dengan akidah dan fungsi kemanusiaan, sesama makhluk Allah SWT. [/sc_fs_faq]

[sc_fs_faq html=”true” headline=”h4″ img=”” question=”Jelaskan apa yang dimaksud dengan husnuzan?” img_alt=”” css_class=””] Husnuzan adalah salah satu sifat mulia yang disukai oleh Allah SWT. Husnuzan berasal dari bahasa arab. Husnuzan terdiri dari dua kata yaitu husnu dan zan. Husnu memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu baik. Sedangkan zan memiliki arti dalam bahasa Indonesia yaitu prasangka. [/sc_fs_faq]

[sc_fs_faq html=”true” headline=”h4″ img=”” question=”Apa saja sifat mulia Rasulullah?” img_alt=”” css_class=””] A. Sifat Mulia Mujahadah An-Nafs B. Sifat Mulia Husnuzan C. Sifat Mulia Ukhuwah [/sc_fs_faq]

Baca juga artikel lain yang terkait “Sifat-sifat Mulia” :

Buku Best Seller :

Layanan Perpustakaan Digital B2B Dari Gramedia

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien