Terciptanya alam semesta beserta makhluk di dalamnya merupakan bukti bahwa Allah bersifat

Academia.edu no longer supports Internet Explorer.

To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.

24 June 2015, 00:00 WIB

Quraish Shihab | Humaniora

Terciptanya alam semesta beserta makhluk di dalamnya merupakan bukti bahwa Allah bersifat

TAFSIR Al-Mishbah kali ini membahas Surah Al-Anbya ayat 16 sampai 23. Surah itu secara garis besar menjelaskan tentang Allah SWT menciptakan langit dan bumi, manusia tidak boleh angkuh, serta hari kiamat.Pada ayat 16 disebutkan, 'Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan segala apa yang ada di antara keduanya dengan main-main'. Dan, dilanjutkan ayat 17, 'Seandainya Kami hendak membuat suatu permainan (istri dan anak), tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki berbuat demikian'.Kedua ayat tersebut bisa disimpulkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya tidak dengan main-main. Oleh karena itu, tidak seharusnya manusia menganggap Allah secara main-main pula.Ayat 18 mengingatkan kita bahwa Allah menyampaikan sesuatu yang benar kepada yang tidak benar, dan yang benar itu bisa menghancurkan yang tidak benar.Pada ayat 19 disebutkan bahwa Allah ialah pemilik dari seluruh alam semesta. Allah pemilik dari apa yang ada di langit dan di bumi.Manusia tidak boleh angkuh dengan apa yang dimiliki. Masih ada Allah yang memiliki lebih banyak daripada apa yang kita punya.Malaikat-malaikat yang selalu berada di sisi Allah pun tidak pernah merasa angkuh dan sombong untuk selalu menyembah kepada Allah. Oleh karena itu, manusia seharusnya jangan pernah letih untuk selalu berdoa untuk meminta dan bersyukur atas apa yang dimiliki.Ayat 20 dan 21 membahas malaikat yang sangat taat kepada Allah. Bahkan, siang maupun malam, mereka selalu bertasbih kepada Allah. Pada ayat 21 dijelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu tidak berasal dari bumi. Hanya Allah SWT satu-satunya Tuhan yang ada, yang dapat menghidupkan kembali orang-orang yang sudah meninggal.Di sisi lain, ayat 22 mengingatkan manusia bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Bila ada tuhan yang berasal dari bumi, pasti sudah binasa, karena Allah akan membinasakan seluruh manusia yang ada di bumi pada hari kiamat nanti.Terakhir, ayat 23 menyebutkan bahwa pada hari kiamat nanti, bukan Allah SWT yang akan ditanya, melainkan kita semua sebagai manusia yang akan ditanya amalan-amalan apa saja yang telah dikerjakan selama hidup di bumi.(*/H-1)

Allah SWT memiliki rasa sayang tak terbatas pada hamba-Nya.

REPUBLIKA.CO.ID, Seringkali kita berputus asa dari rahmat Allah SWT. Persoalan yang kerap kita hadapi lantas kemudian membuat gampang sekali menghukumi Allah SWT tidak adil dan sebagainya. Seringkali juga kita merasa jauh dari prasangka baik terhadap Allah SWT. Padahal, sebaliknya, cinta Allah SWT pada hamba-Nya tidaklah terbatas. 

Cinta Allah itu adalah cinta yang tidak terbatas. Hakikat dan besarnya tidak bisa dipersamakan dengan kasih sayang siapa pun. Allah SWT berfirman, ''Rahmat (kasih sayang)-Ku meliputi segala sesuatu.'' (QS al-A'raf [7]: 156). 

Untuk memberikan gambaran kepada umat tentang kasih sayang Allah, Rasulullah mengibaratkan kalau kasih sayang Allah itu berjumlah seratus, maka yang sembilan puluh sembilan disimpan dan satu bagian lagi dibagi-bagi. Yang satu bagian bisa mencukupi seluruh kebutuhan makhluk. Hal ini menunjukkan betapa luasnya cinta Allah. Ada beberapa bukti nyata-dari banyak bukti-tentang besarnya cinta Allah kepada manusia.

Nikmat Alquran

Bukti cinta yang pertama adalah diturunkannya Alquran. Allah SWT, tidak membiarkan kita kebingungan dalam menjalani hidup. Dia menurunkan Alquran sebagai penuntun hidup, agar kita dapat meraih bahagia di dunia dan akhirat. Firman-Nya, ''Kitab ini tidak ada keraguan padanya; (merupakan) petunjuk bagi mereka yang bertakwa.'' (QS al-Baqarah [2] : 2).

Dalam ayat lain difirmankan pula, ''Sebenarnya Alquran itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; agar mereka mendapat petunjuk.'' (QS as-Sajdah [32]: 3).

Dr Quraish Shihab mencatat ada tiga petunjuk penting yang diberikan Alquran. Pertama, petunjuk akidah yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Allah dan kepercayaan akan kepastian hari pembalasan. 

Kedua, petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan moral, baik yang menyangkut kehidupan pribadi maupun sosial. Ketiga, petunjuk mengenai syariat dan hukum, yaitu dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum dalam hubungannya dengan Allah dan sesama manusia.

Mengutus para rasul

Secara fitrah, setiap manusia membutuhkan teladan yang bisa dijadikan rujukan. Untuk memenuhi kebutuhan itulah, Allah mengutus para Rasul. Dalam QS al-An'am [6] ayat 48, Allah SWT berfirman, ''Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.''

Inilah bukti kecintaan Allah yang kedua. Dia tidak membiarkan manusia berjalan "sendirian". Dia mengaruniakan "teman terbaik" yang akan menemani manusia menuju jalan kebahagiaan, mengenalkan manusia kepada Tuhannya, sekaligus menjadi model manusia yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Firman-Nya, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS al- Ahzab [33]: 21).

Kita yang hidup tidak sezaman dengan Rasulullah SAW, dapat membuka warisannya berupa hadis dan sunah. Di dalamnya terdapat penjelasan yang rinci tentang semua ajaran Allah. Ajaran yang berisi tentang petunjuk menjalin hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minannas). Di dalamnya kita juga mendapati gambaran karakter mulia Rasulullah SAW sebagai teladan paling baik.

Diciptakannya alam semesta

Allah SWT tidaklah menciptakan alam semesta tanpa maksud. Dia menjadikan semua yang ada di bumi dan di langit untuk memenuhi kebutuhan manusia. Difirmankan, Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia menuju langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (QS al-Baqarah [2]: 29).

Seluruh potensi yang ada di dalam dan permukaan bumi dihamparkan untuk diambil manfaatnya oleh manusia. Tidak ada satu pun makhluk di alam ini yang tidak bermanfaat. Nyamuk misalnya. Walaupun menganggu, nyamuk dapat membangkitkan kreativitas manusia, obat nyamuk contohnya. Dengan adanya nyamuk, banyak orang yang tercukupi ekonominya.

Allah telah menciptakan alam dengan sangat sempurna, sehingga manusia dapat hidup di dalamnya dengan nyaman. Semuanya telah ditata dengan akurat. Perjalanan siang dan malam, rantai makanan antara makhluk hidup sampai pada lingkungan tempat ia hidup, semuanya telah diatur dengan hukum-Nya.

Luasnya ampunan Allah

Bukti keempat adalah luasnya ampunan Allah SWT. Sebanyak apa pun dosa manusia, Allah pasti akan mengampuni, asalkan ia betul-betul bertobat. Allah SWT telah berjanji dalam Alquran, ''Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.'' (QS Hud [11]: 3)

Tangan Allah terbuka setiap saat bagi orang yang mau bertobat. Rasulullah SAW bersabda, "Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertobat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertobat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah Barat (HR Muslim).

Dia akan mengampuni semua dosa, sekalipun dosanya sepenuh isi bumi, "Wahai manusia, sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa seisi bumi kemudian kamu bertemu Aku dengan dalam kedaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan membawa ampunan seisi bumi pula," demikian bunyi sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.

Memberikan rezeki

Allah adalah al-Razzaq, Dzat Mahapemberi Rezeki. Setiap makhluk diberi-Nya rezeki agar mereka dapat hidup dan beribadah kepada Allah SWT. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak diberi rezeki, termasuk manusia. Firman-Nya, Katakanlah, 'Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)'. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.'' (QS Saba [34]: 39).

Demikian pula makhluk yang lain. ''Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz).'' (QS Hud [11]: 6)

Inilah tanda bukti cinta Allah yang kelima. Setiap kita telah diberi bagian rezeki. Yang perlu dilakukan adalah ikhtiar menjemput rezeki itu. Allah memberi kasih sayang-Nya yang tak terbatas agar kita bersyukur. Dan syukur yang paling utama adalah mengabdi dengan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.  

Terciptanya alam semesta beserta makhluk di dalamnya merupakan bukti bahwa Allah bersifat

sumber : Harian Republika