Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Dec 05, 2016 | Noer Ardiansjah

MerahPutih Budaya - Tari kretek adalah tarian tradisional khas Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Sejarah lahirnya tarian ini tidak lepas dari kota Kudus sebagai produsen penghasil rokok kretek pertama di Indonesia. Awalnya, tarian ini bernama tari mbatil. Namun karena nama mbatil tidak begitu dikenal di masyarakat, digantilah dengan tari kretek.

Tari kretek pertama kali dipentaskan adalah pada saat peresmian Museum Kretek, 3 Oktober 1986, yang diprakarsai Gubernur Jawa Tengah kala itu Soepardjo Roestam. Dalam acara ini, tari kretek dimainkan oleh 500 orang penari sekaligus.

Tari Kretek sendiri diciptakan oleh Endang Tonny, pemilik Sanggar Seni Puring Sari. Tarian ini menceritakan tentang para buruh rokok yang sedang bekerja membuat rokok, mulai dari pemilihan tembakau hingga rokok siap dipasarkan. Tarian dibawakan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh mbatil dan penari lelaki sebagai representasi dari seorang mandor.

Buruh mbatil adalah buruh rokok yang kerjanya mengguntingi atau merapikan ujung-ujung rokok. Sementara sang mandor adalah bos yang mengawasi buruh rokok dan mempunyai kuasa untuk menyortir atau menyeleksi rokok garapan buruh.

Kostum, atribut dan perlangkapan tari kretek di antaranya; konde bernama konde ayu; cunduk, cunduk ada dua macam yaitu cunduk ece (yang di pakai untuk usia SLTP ke bawah) dan cundek jepu (yang dipakai untuk remaja sampai dewasa ); giwang markis (tak lagi dipakai), karena sekarang giwang markis susah dicari maka diganti dengan permata (kalung susun renteng 9, angka 9 melambangkan wali sanga); bros atau gendhem 5, angka 5 mempunyai arti rukun Islam; gelang lungwi; kebaya kartininan warna biru; selendang toh watu; tangen (kendit); idet; jarik kaseman san sore bisa juga menggunakan jarik kudusan; celana rancingan kuning; pek timang (sabuk) dan gesper.

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Tari kretek dipentaskan saat Aksi Kabangsaan Indonesia Raya 412 di Jakarta. (Foto: MerahPutih/Widi Hatmoko)

Bupati Kudus Musthofa Wardoyo mengungkapkan, melihat Kudus bukan sekadar daerah industri, jauh dari itu merupakan daerah yang memiliki kultur dan filosofi “gusjugang”. Menurut Musthofa, filosofi gusjigang sendiri merupakan salah satu nasihat atau pegangan hidup masyarakat Kudus yang diajarkan oleh Sunan Kudus.

“Agar kita semua bisa senantiasa menjadi makhluk atau sosok yang ideal, yang memiliki akhlak atau perangai yang bagus, taat beragama, berintelektualitas tinggi, dan pandai mencari uang dengan berdagang, serta mempunyai jiwa entrepreneurship sebagai seorang pengusaha,” ujar Musthofa kepada merahputih.com, usai pementasan tari kretek di panggung terbuka Aksi Kabangsaan Indonesia Raya 412, Patung Arjuna Wijaya atau Patung Asta Brata, persimpangan Jalan MH Thamrin dengan Jalan Merdeka Barat Monas, Jakarta, Minggu (4/12).

Ia juga mengungkapkan, gusjigang merupakan singkatan dari tiga kata, yang artinya; Gus berasal dari kata "bagus", ji adalah dari kata "ngaji", dan gang adalah "dagang." (Wid)

BACA JUGA:

Baca Original Artikel

Tari Kretek

Tari Kretek adalah tarian yang berasal dari daerah Kudus, Jawa Tengah. Tarian ini menggambarkan kehidupan para buruh bersama dengan kreteknya. Kudus sudah lama dikenal dengan industri kreteknya dan menjadi penopang perekonomian masyarakat setempat.

Sebelum dikenal dengan nama Tari Kretek, tarian ini ternyata memiliki nama Tari Mbatil. Seiring bergulirnya sang waktu penggunaan nama Mbatil tergantikan dengan kretek, merujuk gambaran utama yang disampaikan melalui tarian tersebut. Tarian ini populer dimasyarakat Kudus sejak tahun 1985.

https://www.silontong.com/2018/09/06/tarian-tradisional-daerah-jawa-tengah/

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan
Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan
Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan


Page 2

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan
Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan


Page 3

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan
Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan


Page 4

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan
Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Kota Kudus yang sering kita dengar dengan Kudus Kota Kretek merupakan cikal bakal berdirinya Kretek di Indonesia. Kota Kudus memiliki kebudayaan yang khas dan masih lestari hingga sekarang. Kebudayaan tersebut diwujudkan dalam sebuah seni tari, yaitu Tari Kretek. Tari Kretek diciptakan oleh seniman Endang dan Supriyadi. Ide untuk membuat Tari Kretek bermula dari permintaan Gubernur Jawa Tengah Sutarjo Rustam kepada Kasi Kebudayaan Dwijisumono, agar dibuatkan sebuah tari khas Kudus dengan tujuan agar ada sebuah tarian pada saat mengesahkan Museum Kretek pada tahun 1986. Pada awalnya, tari ini diberi nama Tari Mbatil bukan Tari Kretek. Akan tetapi, masyarakat tidak begitu kenal dengan nama mbatil, sehingga nama Kretek dianggap lebih sesuai dan cocok untuk tari ini.

Tari ini dibawakan beberapa penari perempuan sebagai representasi buruh dan satu penari laki-laki sebagai representasi seorang mandor. Penari terdiri dari mandor, penjor (asisten mandor) dan beberapa penari wanita. Tari Kretek menceritakan proses pembuatan rokok kretek dimulai dari cara memilih tembakau yang baik untuk dipakai membuat rokok. Setelah menjadi rokok, tugas buruh mbatil selanjutnya memotong bagian ujung rokok agar rapi kemudian buruh mbatil mengantarkannya ke mandor untuk diperiksa.

Gerakan tangan para penari yang lentur dan senyuman yang menggoda menggambarkan bagaimana cekatan dan terampilnya para buruh dalam membuat dan melinting setiap batang rokok kretek dan disimbolkan sebagai usaha buruh rokok perempuan untuk menarik hati para mandor agar rokok kretek yang dibuatnya lolos sortir atau pemeriksaan tadi. Sang mandor tak kalah genit. Ia pun tak jarang juga tebar pesona agar para buruh terutama yang cantik- cantik, suka dan jatuh hati padanya. Sang mandor digambarkan dengan Gerakan yang selalu mondar-mandir mengelilingi penari perempuan untuk memeriksa pekerjaan mereka. Jika sang mandor sudah tersenyum, bisa dipastikan rokok akan lolos sortir.

Sumber gambar: Mantabz.com

UNTUK memperkuat julukannya sebagai ‘Kota Kretek’ Kabupaten Kudus sekarang secara bertahap mengenalkan kebudayaan aslinya yakni Tari Kretek. Tari Kretek menggambarkan petani dalam aktivitasnya menanam, memetik hingga menyortir daun tembakau untuk digunakan dalam industri rokok kretek.

Kali ini tarian ditampilkan sebagai pembuka Dialog Media Tradisional (Metra) DPRD Jateng dengan tema ‘Nguri-nguri Kebudayaan Daerah’ di Rumah Aspirasi Sri Hartini, Anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah, di Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, akhir pekan ini. Turut hadir dalam dialog itu, Plt. Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah dan Pelaku Seni Riri Nur H. Selain dibuka dengan suguhan Tari Kretek, penampilan Gus Apank bersama Kampung Seniman Santri Kudus (KS2K) juga menyumbang beberapa lantunan lagu Islami.

Tari Kretek dari Kudus adalah tarian yang menggambarkan

Saat berdialog, Sri Hartini mengaku apresiatif dengan upaya para seniman Kudus karena selama pandemi ini terus tampil secara virtual. Ia juga mengakui perkembangan teknologi bisa menggeser budaya lokal tapi jika kontennya dikemas dengan apik, sehingga bisa mengenalkan kesenian tradisional secara luas.

“Pandemi yang belum usai berdampak sangat besar bagi para pelaku kesenian, karena adanya pembatasan kegiatan, sehingga penampilan mereka tidak bisa dinikmati banyak orang. Padahal, menjaga seni nilai budaya lokal menjadi tanggungjawab bersama masyarakat dan pemerintah. Pertunjukan lewat daring memang bisa membantu menampilkan pertunjukan, namun promosinya harus melibatkan banyak pihak,” tutur Sri Hartini Politikus partai Gerindra itu.