Surah apakah yang diterima Nabi Muhammad saw ketika mendapat perintah dakwah secara terang terangan?

tim | CNN Indonesia

Sabtu, 09 Mei 2020 17:00 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Saat genap berusia 40 tahun, Nabi Muhammad SAW dipenuhi kegusaran. Rasulullah gelisah melihat sikap kaumnya yang semakin jahiliah--zaman kebodohan. Dalam konsep Islam, jahiliah berarti masa di mana penduduk dalam ketidaktahuan, saat manusia bertindak tidak sesuai dengan ajaran agama.

Saat itulah awal mula Nabi Muhammad menerima wahyu pertama atau turunnya Alquran untuk pertama kali yang dikenal dengan Nuzulul Quran.

Kegalauan hati ini membuat Muhammad senang menyendiri. Dia meninggalkan rumah menuju perbukitan. Muhammad lalu menyepi di Gua Hira.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sana, Rasulullah beribadah dan berdoa sesuai ajaran agama Ibrahim yang menyembah Allah SWT.Pada suatu hari, tepatnya 17 Ramadan, bertepatan 6 Agustus 610 Masehi, datang malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama."اِقْرَأْ (Iqra'), bacalah!" kata malaikat itu."Aku tidak bisa membaca," kata Rasulullah.Dalam Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW karya Abu Hasal 'Ali al-Hasani an-Nadwi, diceritakan malaikat lalu mendekap Muhammad hingga kepayahan. Perintah bacalah itu disampaikan sebanyak tiga kali.Barulah setelah itu, Malaikat Jibril melepaskan Nabi Muhammad dan menyampaikan firman Allah."Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya," kata malaikat itu.Wahyu pertama ini terdapat dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Wahyu pertama ini pula yang menjadi penanda turunnya Alquran atau nuzulul quran, sekaligus hari pertama Muhammad diangkat sebagai nabi.Setelah menerima wahyu itu, Rasulullah pulang ke rumah dengan ketakutan. Setibanya di rumah, Muhammad meminta sang istri, Khadijah untuk menyelimutinya."Selimuti aku! Selimuti aku! Aku sangat takut!" kata Rasulullah.

Surah apakah yang diterima Nabi Muhammad saw ketika mendapat perintah dakwah secara terang terangan?
Ilustrasi: Wahyu pertama Nabi Muhammad juga menjadi penanda turunnya Alquran atau Nuzulul Quran, dan waktu diangkatnya Muhammad sebagai nabi. (Foto: ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)


Khadijah dengan cepat melaksanakan permintaan itu dan bertanya mengapa Rasulullah terlihat sangat ketakutan. Khadijah lalu menenangkan Rasulullah. Dia sudah tahu bahwa Muhammad merupakan orang pilihan Allah yang akan diangkat menjadi Nabi.Setelah itu, Nabi Muhammad tak lagi diberikan wahyu atau dikenal dengan masa fatrah. Baru setelah 40 hari, turun wahyu kedua."Hai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah," kata malaikat kepada Muhammad. Wahyu kedua ini terdapat dalam surat Al-Muddassir ayat 1-7.Wahyu kedua ini merupakan perintah kepada Nabi Muhammad untuk memulai dakwah menyiarkan agama Islam.

[Gambas:Video CNN]

Khadijah menjadi orang pertama yang beriman kepada Allah. Ali bin Abi Thalub, Zaid bin Haritsah, dan Abu Bakar bin Abu Quhafah juga menjadi orang yang pertama-tama masuk Islam.Sejak saat ini Alquran turun secara bertahap di Makkah yang dikenal dengan ayat Makkiyah dan setelah Rasulullah hijrah ke Madinah yang dikenal dengan ayat Madaniyah.Hingga wahyu yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah ayat 3 saat Nabi Muhammad melakukan haji wada atau haji terakhir di Padang Arafah. Wahyu-wahyu itu kemudian disusun menjadi Al-quran yang dijaga oleh Allah.Dari kisah wahyu pertama dan nuzulul quran ini dapat dipetik sejumlah hikmah dan pelajaran.Pertama, Allah meminta umatnya untuk membaca karena membaca merupakan sumber ilmu pengetahuan."Kata Iqra' mengandung perintah untuk membaca yang merupakan jendela pengetahuan," kata Muhammad Chirzin dalam Tafsif Al-Fatihah dan Juz 'Amma.

Dari wahyu pertama ini pula diketahui semua sumber ilmu pengetahuan berasal dari Allah Yang Maha Pandai. (ptj/NMA)

[Gambas:Video CNN]

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Jakarta -

Nabi Muhammad SAW menerima wahyu kerasulan pertama kali saat menjelang usia 40 tahun. Wahyu datang melalui Malaikat Jibril di Gua Hira pada suatu malam. Ada yang menyebut peristiwa itu terjadi pada 17 Ramadhan 13 tahun sebelum hijriyah.

Setelah peristiwa malam tersebu, Muhammad suami Khadijjah binti Khuwailid itu sempat mengalami pergulatan batin selama beberapa hari. Hingga kemudian setelah tenang, putra Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Kakbah.

Dalam perjalanan ke Kakbah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Waraqah bin Naufal, sepupu Siti Khadijjah. Kepada Waraqah, Muhammad menceritakan semua peristiwa yang dia alami di Gua Hira.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Waraqah sebelumnya juga mendengar cerita senada dari Khadijjah. Waraqah meyakinkan bahwa Muhammad adalah Nabi yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak umat.

Kepada Muhammad, Waraqah mengingatkan agar berhati-hati. Sebab saat menyampaikan wahyu Allah SWT, nantinya Muhammad bisa saja mendapat penolakan dari kaum kafir Quraisy. "Pastilah kau (Muhammad) akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahui-Nya pula," kata Waraqah kepada Nabi Muhammad SAW seperti dikutip Tim Hikmah detikcom dari buku Sejarah Hidup Nabi Muhammad karya Muhammad Husain Haekal.

Nabi Muhammad SAW, sang Penghulu Rasul itu pun terbayang akan perjuangan menyampaikan wahyu Allah SWT kepada kaum Quraisy. Mengajak kaum kafir Quraisy beriman kepada Allah SWT ketika itu bukan hal yang mudah.

"Mereka kaum Quraisy sangat kuat mempertahankan kebatilan itu. Mereka bersedia berperang dan mati untuk itu," kata Muhammad Husain Haekal dalam bukunya.


Disebutkan dalam sejumlah Sirah Nabawiyah, di awal kenabian Nabi Muhammad SAW terpaksa melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun. Sampai kemudian turun wahyu Allah SWT, Surat Asy-Syua'ra ayat 214 sampai 216.


وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ . وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ . فَإِنْ عَصَوْكَ فَقُلْ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ


Latin-Arab : Wa anżir 'asyīratakal-aqrabīn. Wakhfiḍ janāḥaka limanittaba'aka minal-mu`minīn. Fa in 'aṣauka fa qul innī barī`um mimmā ta'malụn


Artinya: "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan" (QS. Asy-Syua'ra': 214-216)

Turun juga Al Quran Surat Al-Hijr ayat 94

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

Latin - Arab: Faṣda' bimā tu`maru wa a'riḍ 'anil-musyrikīn

Artinya: Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

Nabi Muhammad SAW kemudian memulai dakwah dengan terang-terangan dimulai dari keluarga terdekat yakni kalangan Bani Hasyim. Namun di antara kelarga Bani Hasyim hanya Ali bin Abu Thalib yang mau beriman kepada Allah SWT. Sementara Abu Thalib melindungi dakwah Muhammad namun belum mau mengucap syahadat.

Setelah itu, dakwah terang-terangan Nabi Muhammad selalu mendapat pertentangan dari kaum Quraisy. Bahkan, para pemuka Quraisy menuduh Nabi Muhammad gila dan sempat melemparkan kotoran ke tubuh Nabi. Termasuk yang menentang dakwah Nabi Muhammad SAW adalah sang paman, Abu Jahal dan Abu Lahab.

Bersama kaum kafir Quraiys Abu Jahal dan Abu Lahab menentang habis-habisan dakwah Rasulullah dan mengintimidasi pengikutnya. Mereka khawatir ajaran yang dibawa Muhammad bisa merusak agama nenek moyang kaum Quraisy yakni menyembah berhala.

Mereka pun melakukan segala cara untuk menolak dakwah Rasulullah dengan mencoba membunuhnya. Kaum Quraisy membujuk Abu Talib dengan memberikan sejumlah uang tebusan untuk membiarkan Nabi Muhammad dibunuh.

Rencana pembunuhan dilakukan dengan melibatkan orang di luar suku Quraisy sehingga tidak akan memecah perang saudara. Abu Talib yang mendengar hal itu pun melihat tanda keseriusan Quraisy dalam memerangi dakwah Nabi Muhammad.

Ia pun bergegas memanggil semua keluarga Bani Hasyim dan memberi tahu rencana suku Quraisy. Mereka pun berupaya melindungi Rasulullah dari segala teror yang direncanakan.

Kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ternyata juga terjadi pada keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy diketahui memboikot segala jual-beli, pernikahan dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Kaum Quraisy berharap dengan adanya pemboikotan tersebut bisa membuat Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah untuk dibunuh. Untuk itu, Abu Thalib memerintahkan seorang dari Bani Hasyim tidur di ranjang Rasulullah sehingga menyerupai Nabi Muhammad.

Setelah berbagai kesulitan yang dialami Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di Makkah, turunlah perintah hijrah. Awalnya tujuan hijrah adalah ke negeri Habasyah atau Ethiophia. Namun turun perintah agar umat Islam hijrah ke Madinah.

(pay/erd)