Strategi apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah

Madinah menjadi sebuah ruang dakwah baru bagi Rasulullah Saw, setelah dakwah di Mekah terasa sempit bagi dakwah Rasulullah Saw dan umat Islam pada waktu itu. Berawal dari respon orang-orang Yatsrib (Madinah) yang datang  ke Mekah pada bulan haji, atau yang kemudian dikenal dengan Perjanjian Aqabah. Di sisi lain hal tersebut juga tidak bisa lepas dari pribadi Nabi Muhammad Saw yang jujur.

Keberhasilan dakwah Rasulullah Saw pada waktu itu, bisa dilihat dari orang-orang Yatsrib baik ketika Perjanjian Aqabah satu maupun dua. Di mana mereka mau mengubah sikap dan perilaku mereka, bahkan bersedia menjadi pelindung Rasulullah Saw.  Karena pada hakekatnya, dakwah merupakan suatu media atau sarana seorang dai untuk mengubah masyarakat dari negative menjadi positif atau berakhlak mulia, dari yang tertinggal menjadi maju.

Membangun Aturan Baru

Untuk membentuk dan membangun sebuah masyarakat baru di Yatsrib, dengan ragam suku dan kultur masyarakat yang beragam. Rasulullah Saw mempunyai berbagai langkah dan strategi dalam mewujudkan hal tersebut. Diantaranya adalah dengan membangun masjid, menciptakan persaudaraan baru, membangun pranata social dan pemerintahan, mengadakan perjanjian dengan masyarakat Yahudi di Madinah.

Waktu Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, sudah banyak penduduk Madinah yang memeluk Islam atau yang kemudian dikenal dengan Kaum Anshar. Setelah beberapa bulan berada di Madinah, Rasulullah Saw kemudian membangun Masjid Nabawi. Pembangunan masjid tersebut selain berfungsi sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai pusat kegiatan dakwah, pemerintahan, bermusyawarah dan lain sebagainya. pembangunan masjid yang saling bahu-membahu tersebut, telah mengajarkan arti sebuah persaudaraan dan semangat persamaan antar umat manusia.

Baca juga:  Gus Dur, Kiai Maimoen, dan Sejarah Fakfak-Papua

Strategi kedua Rasululllah Saw dalam membangun sebuah peradaban baru adalah dengan menciptakan sebuah persaudaraan. Sebagaimana kita ketahui, ketika Kaum Muhajirin atau pengikut Rasulullah Saw yang hijrah dari Mekah ke Madinah, banyak yang menderita kemiskinan karena harta benda mereka semuanya ditinggal di Mekah.

Pada momen ini lah, Rasulullah Saw menciptakan persaudaraan baru antara Kaum Anshar dan Muhajirin. Rasulullah Saw kemudian menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai saudara Nabi Saw sendiri, lalu Abu Bakar Rasulullah Saw disaudarakan dengan Kharijah Ibnu Zuhair, Ja’far Ibnu Abi Thalib dengan Mu’adz bin Jabal.

Dengan hal tersebut, Rasulullah Saw telah mempertalikan keluarga-keluarga Islam. Di mana masing-masing keluarga mempunyai talian erat dengan keluarga yang lainnya, sehingga persaudaraan tersebut membentuk sebuah kekuatan baru yang kemudian membantu dakwah Rasulullah Saw.

Piagam Madinah

Setelah melakukan kedua hal di atas, Rasulullah Saw kemudian mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi di Madinah dan berbagai elemen penting yang ada di Madinah. Hal ini juga merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, ketika berdakwah di Madinah. Yang kemudian perjanjian tersebut dikenal dengan Piagam Madinah, yang ditulis pada tahun 623 M atau tahun ke-2 H.

Di mana dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa point penting, diantaranya yaitu;  Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi hidup secara damai, bebas memeluk dan menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka mereka wajib membantu pihak yang diserang. Di antara mereka saling mengingatkan, dan saling berbuat kebaikan, serta tidak akan salingberbuat kejahatan. Kaum muslimin dan Yahudi wajib saling menolong dalam melaksanakan kewajiban untuk kepentingan bersama. Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin umum untuk seluruh penduduk Madinah. Bila terjadi perselisihan di antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada Nabi sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.

Membangun Pranata Sosial

Setelah berhasil mengikat masyarakat Madinah yang beragam tersebut dalam satu ikatan, dengan Piagam Madinah. Kemudian Rasulullah Saw membangun pranata sosial dan pemerintahan. Yang juga termaktub dalam Piagam Madinah, sehingga ketika Rasulullah Saw berdakwah di Madinah beliau bukan hanya sebagai penyampai risalah wahyu dari Allah Swt, tetapi juga sebagai pemimpin negara. Sebagaimana diungkapkan oleh Bernard lewis dalam The Middle East, bahwa Nabi Saw di Madinah juga sebagai seorang penguasa yang menjalankan kekuasaan politik dan militer, sekaligus pemimpin keagamaan.

Begitulah dakwah yang disampaikan oleh Nabi Saw, selain dengan Mauidzah dan Uswah Hasanah. Juga dengan membangun toleransi di tengah keragaman, untuk mencapai sebuah kemaslahatan bersama tanpa ada paksaan. (RM)

(Pemuatan ulang dari tulisan yang terbit pada hari Senin, 17 Juni 2019).

Jakarta -

Sejarah dakwah Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni Mekah dan Madinah. Semasa di Madinah, ada sejumlah strategi dakwah Rasulullah SAW yang diterapkan kepada masyarakat.

Perjuangan dakwah periode Madinah yang dilakukan Rasulullah SAW tidaklah mudah. Di tempat baru semasa hijrah ini, tak sedikit fitnah didapati Rasulullah SAW selama menyebarkan ajaran Islam.

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang disusun oleh Abu Achmadi dan Sungarso, ketidaksukaan Yahudi, kebencian kaum munafik, dan permusuhan kaum Quraisy kerap kali menimbulkan perseteruan yang berujung pada peperangan di masyarakat Madinah.

Berbagai persoalan semasa berdakwah di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib ini berhasil diatasi oleh Rasulullah SAW. Pada puncaknya, beliau berhasil menaklukkan Kota Madinah dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Islam.

Gambaran Penduduk Madinah

Mayoritas penduduk Madinah merupakan para pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Arab dan Yahudi. Bangsa Arab bermigrasi dari wilayah selatan. Sedangkan, bangsa Yahudi datang dari wilayah utara.

Di antara kedua kelompok tersebut, bangsa Arab lebih mendominasi wilayah Madinah. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Walaupun dari bangsa yang sama, kedua kelompok tersebut sering terlibat dalam pertikaian dan peperangan untuk berebut kekuasaan di Madinah.

Sementara itu, bangsa Yahudi lebih dikenal sebagai kelompok yang sombong. Mereka menganggap kelompoknya sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kedua kelompok yang mendiami Madinah ini saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, keduanya saling mengancam untuk berperang dan saling usir dari Madinah.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat substansi dakwah pada periode Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Dalam perjalanannya, ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lebih mudah diterima oleh bangsa Arab. Sebab, mereka sebelumnya telah memahami agama-agama ketuhanan.

Pada akhirnya, Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Madinah dan memiliki pengikut yang setia untuk sama-sama menyembah Allah SWT. Berikut strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah

Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.

2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah

Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab terakhir merupakan penutup.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat umat Islam.

4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar

Melansir sumber.belajar.kemdikbud.go.id, Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil berdasarkan ajaran Islam.

Pasar Madinah yang menjadi salah satu strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara Islam yang pertama.

Simak Video "Kedaton, Sejarah Panjang Perkembangan Islam di Kota Pesisir, Ternate"



(kri/lus)


Page 2

Jakarta -

Sejarah dakwah Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni Mekah dan Madinah. Semasa di Madinah, ada sejumlah strategi dakwah Rasulullah SAW yang diterapkan kepada masyarakat.

Perjuangan dakwah periode Madinah yang dilakukan Rasulullah SAW tidaklah mudah. Di tempat baru semasa hijrah ini, tak sedikit fitnah didapati Rasulullah SAW selama menyebarkan ajaran Islam.

Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang disusun oleh Abu Achmadi dan Sungarso, ketidaksukaan Yahudi, kebencian kaum munafik, dan permusuhan kaum Quraisy kerap kali menimbulkan perseteruan yang berujung pada peperangan di masyarakat Madinah.

Berbagai persoalan semasa berdakwah di kota yang dulu dikenal dengan Yatsrib ini berhasil diatasi oleh Rasulullah SAW. Pada puncaknya, beliau berhasil menaklukkan Kota Madinah dan menjadikannya bagian dari wilayah kekuasaan Islam.

Gambaran Penduduk Madinah

Mayoritas penduduk Madinah merupakan para pendatang yang bermukim di wilayah tersebut. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Arab dan Yahudi. Bangsa Arab bermigrasi dari wilayah selatan. Sedangkan, bangsa Yahudi datang dari wilayah utara.

Di antara kedua kelompok tersebut, bangsa Arab lebih mendominasi wilayah Madinah. Mereka terdiri dari dua kelompok besar, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj. Walaupun dari bangsa yang sama, kedua kelompok tersebut sering terlibat dalam pertikaian dan peperangan untuk berebut kekuasaan di Madinah.

Sementara itu, bangsa Yahudi lebih dikenal sebagai kelompok yang sombong. Mereka menganggap kelompoknya sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Kedua kelompok yang mendiami Madinah ini saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Bahkan, keduanya saling mengancam untuk berperang dan saling usir dari Madinah.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Kedatangan Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabi'ul Awwal tahun pertama Hijriah merupakan awal dari dimulainya dakwah. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam yang disusun oleh Bachrul Ilmy, setidaknya ada empat substansi dakwah pada periode Madinah.

Keempatnya adalah pembinaan akidah, ibadah, dan mu'amalah kaum muslim, pembinaan ukhuwah atau persaudaraan untuk menyatukan kaum muslim, pembinaan kader-kader perjuangan untuk mempertahankan wilayah dakwah, dan memetakan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas Madinah.

Dalam perjalanannya, ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lebih mudah diterima oleh bangsa Arab. Sebab, mereka sebelumnya telah memahami agama-agama ketuhanan.

Pada akhirnya, Rasulullah SAW berhasil menaklukkan Madinah dan memiliki pengikut yang setia untuk sama-sama menyembah Allah SWT. Berikut strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah hingga akhirnya membawa keberhasilan:

1. Membangun Masjid sebagai Pusat Kegiatan Dakwah

Rasulullah SAW membangun dua masjid yang dijadikan sebagai pusat kegiatan dakwah di Madinah, yaitu Masjid Quba' yang dibangun saat kedatangan pertamanya dan Masjid Nabawi yang kemudian dijadikan untuk mendidik para sahabatnya dan mengatur pemerintahan.

2. Melakukan Perjanjian dengan Kaum Yahudi Madinah

Selama dakwah di Madinah, Rasulullah SAW melakukan perjanjian untuk memperkokoh posisi kaum muslimin dari gangguan penduduk asli, bangsa Arab, maupun Yahudi. Hal ini juga dilakukan tak lain untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Perjanjian tersebut kemudian melahirkan Piagam Madinah. Piagam ini berisi sepuluh bab, di antaranya pembentukan ummat, hak asasi manusia, persatuan seagama, persatuan segenap warganegara, golongan minoritas, tugas warga negara, melindungi negara, pimpinan negara, politik perdamaian, dan bab terakhir merupakan penutup.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW juga mempersaudarakan dua kaum muslimin, yakni Muhajirin dan Anshar. Rasulullah SAW menganjurkan untuk kedua kaum tersebut untuk saling memupuk persaudaraan dan melarang adanya sentimen kesukuan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat umat Islam.

4. Membangun Ekonomi Rakyat dengan Mendirikan Pasar

Melansir sumber.belajar.kemdikbud.go.id, Rasulullah SAW mendirikan pasar yang tidak jauh dari Masjid Nabawi untuk membangun perekonomian rakyat sekaligus sebagai sarana dakwahnya. Pasar ini dibangun untuk mendidik umat dalam mengatur roda perekonomian yang adil berdasarkan ajaran Islam.

Pasar Madinah yang menjadi salah satu strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah ini kemudian menjadi jantung perekonomian negara Islam yang pertama.

Simak Video "Kedaton, Sejarah Panjang Perkembangan Islam di Kota Pesisir, Ternate"


[Gambas:Video 20detik]
(kri/lus)