Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Secara terminologi sosiologi berasal dari bahasa Yunani yakni kata socius dan logos. Socius artinya kawan, berkawan, ataupun bermasyarakat. Sedangkan logos artinya ilmu atau dapat juga berbicara tentang sesuatu. Dengan demikian secara harfiah , sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang masyarakat. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan pemikiran, yang dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis. Adapun syarat ilmu sebagai berikut: 1. Rasional, artinya ilmu itu adalah sesuatu yang dapat dipertimbangkan dan diterima akal, dalam hal ini yang digunakan adalah indrawi. 2. Sistematis, berarti suatu ilmu itu tersusun sesuai dengan sistem atau tersusun dengan baik. 3. Bersifat umum, bahwa ilmu itu adalah pengetahuan yang dapat diterima dan diuji oleh siapa saja. 4. Kumulatif, berarti berkelanjutan. Mengapa Sosiologi dianggap sebagai ilmu pengetahuan? Bagi Aguste Comte, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir daripada perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Lahirnya sosiologi dicatat pada 1842, tatkala Comte menerbitkan jilid terakhir dari bukunya yang berjudul Positive-Philosophy yang tersohor itu. Sosiologi jelas suatu ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya sebagai berikut: 1. Sosiologi sifat empiris, berarti ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan  dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif. 2. Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori. 3. Sosiologi bersifat kumulatif, berarti teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama. 4. Bersifat non-etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. Sosiologi dianggap sebagai suatu ilmu pengetahuan, dimana sosiologi sudah memenuhi kriteria atau syarat suatu ilmu sebagaimana yang diterangkan sebelumnya. Apalagi sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang dapat dipisahkan bahkan dapat dibedakan dengan ilmu sosial lainnya. Sosiologi yang memusatkan perhatiannya pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapat pola-pola umum daripadanya. Sementara itu, apabila ditelaah dari sudut sifat hakikatnya maka dapat ditemui untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Sifat-sifat hakikatnya: 1. Sosiologi adalah ilmu sosial, dan bukan merupakan ilmu alam, atau ilmu pengetahuan kerohanian. 2. Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif akan tetapi adalah suatu disiplin yang kategoris, yaitu sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. 3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni, bukan ilmu pengetahuan terapan. 4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan ilmu pengetahuan yang konkrit. 5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. 6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. 7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum, bukan merupakan ilmu pengetahuan yang khusus. Kesimpulan bahwa sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris serta bersifat umum. Sumber: - Pengantar Ilmu Sosial, Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd., 2007. - Sosiologi Suatu Pengantar,  Prof. Dr. Soerjono Soekanto, S.H., M.A., 2003.

- Kamus Sosiologi Antropologi, M. Dahlan Yacub.

Pengertian Sosiologi – Buat Grameds yang baru masuk SMA mungkin masih asing dengan mata pelajaran Sosiologi. Mata pelajaran ini tergolong ke dalam kelompok Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang penting untuk kamu pahami. Secara singkat, Sosiologi mempelajari kehidupan masyarakat dan objeknya sendiri adalah kehidupan manusia.

Banyak sekali orang yang tertarik untuk mendalami ilmu ini, apalagi mereka yang sering mempertanyakan suatu fenomena di masyarakat. Uniknya, meski mempelajari kehidupan manusia, sosiologi tidak dipengaruhi oleh filsafat dan menjadi ilmu murni yang berdiri sendiri. Meski pada awal kemunculannya, sosiologi sangat dipengaruhi oleh filsafat.

Jika Grameds juga tertarik mempelajari ilmu sosiologi ini, ada beberapa hal penting yang harus kamu ketahui. Seperti pengertian, sejarah, ruang lingkup, jenis jenis, dan lain-lain. Untuk membantu kamu memahami semua itu, simak penjelasannya sampai tuntas ya.

Pengertian Sosiologi

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sosiologi mempunyai arti sebagai “pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat; ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.”

Sementara secara harfiah, sosiologi berasal dari gabungan dua kata, yaitu “socius” (bahasa Latin) yang berarti kawan dengan “logos” (bahasa Yunani) yang bermakna ilmu pengetahuan. Maka bisa disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam bermasyarakat.

Ilmu pengetahuan ini mempelajari perilaku manusia dan masyarakat dalam sebuah kelompok yang sedang dibangun. Contoh kelompok tersebut adalah keluarga, suku bangsa, negara, sampai organisasi politik.

Pada tahun 1838 seorang ilmuwan asal Perancis bernama Auguste Comte memperkenalkan istilah sosiologi di dalam bukunya “Cours De La Philosophie Positive”. Comte mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan sosiologi hingga dirinya mendapatkan gelar “The Father of Sociology”.

Sejarah juga mencatat ada empat tokoh lain yang menjadi penemu besar dalam bidang ini, yaitu Karl Marx, Max Weber, Herbet Spencer, dan Emile Durkheim.

Pengertian Sosiologi Menurut Para Ahli

Meski lahir pada awal tahun 1838, sosiologi baru bisa diterima sebagai ilmu empiris pada abad ke-19 akhir. Kemunculan berbagai dinamika sosial dalam kehidupan masyarakat ikut mempengaruhi penerimaan ini. Sehingga pembaharuan pun bisa terus terjadi.

Kemudian, karena ilmu ini lebih berfokus pada kemasyarakatan banyak pakar akademis dari berbagai perguruan tinggi mencoba menjelaskan ilmu ini. Berikut ini adalah beberapa pengertian sosiologi menurut para ahli.

1. Auguste Comte

Sebagai orang yang mencetuskan konsep sosiologi, Comte mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu positif. Artinya dalam mempelajari berbagai gejala sosial yang ada dalam masyarakat, sosiologi sangat berlandaskan pada logika ilmiah dan rasional.

2. Karl Marx

Sedangkan Karl Marx dalam The Communist Manifesto mempercayai bahwa sosiologi bisa melawan penindasan dan melahirkan masyarakat tanpa kelas. Dia yakin bahwa sebenarnya masyarakat harus dibebaskan dari sistem kapitalis.

3. Max Weber

Menurut Max Weber, sosiologi bisa diartikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari pengaruh timbal balik dan hubungan antara berbagai gejala sosial seperti gejala moral, gejala agama, gejala keluarga, dan gejala ekonomi).

Pengertian sosiologi menurut Emile Durkheim ialah ilmu yang mengkaji institusi sosial serta fakta yang ada dalam berbagai tatanan masyarakat. Durkheim percaya bahwa dari kumpulan fakta yang berhubungan dengan cara bertindak dan berpikir itu, ada kekuatan yang bisa mengendalikan sebuah individu.

5. Soejono Soekanto

Soekanto mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang fokus pada segi-segi umum kemasyarakatan dan berusaha memperoleh pola-pola yang umum untuk kehidupan masyarakat.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Seperti yang terdapat dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi karya Prof. Dr. Soerjono Soekanto & Dra. Budi Sulistyowati, M.A. Kamu bisa menemukan pengertian lainnya dari berbagai ahli dalam buku ini.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sejarah ilmu sosiologi

Meski disebut sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat, kemunculan sosiologi masih tergolong baru. Bahkan jika dibandingkan dengan ilmu pengetahuan mengenai masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, sosiologi juga dikatakan muncul sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan manusia.

Sebagai buktinya, dua filsuf besar di zaman Yunani Kuno yaitu Aristoteles dan Plato pernah menulis buku tentang menciptakan sebuah masyarakat yang adil serta bahagia. Ada juga Ibnu Khaldun, cendekiawan dari Timur, yang menulis tentang integrasi sosial dan peradaban manusia di abad ke-14. Tiga karya tersebut sudah ada jauh sebelum sosiologi ditemukan.

Pada perkembangan ilmu ini, para penggagasnya menghabiskan waktu puluhan tahun untuk mencari orientasi yang sesuai dengan bidang ini.Menariknya, di awal mula kemunculan sosiologi banyak terjadi peristiwa bersejarah dalam peradaban manusia. Dua diantaranya bahkan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan ilmu sosiologi.

Pertama adalah revolusi politik yang terjadi di Perancis pada abad ke-18 sampai 19. Peristiwa ini membuat fokus sosiologi bergeser kepada pembuatan ketertiban dan perubahan sosial.

Yang kedua adalah Revolusi Industri yang menjadi titik kemunculan kapitalisme serta sosialisme. Hal ini juga turut mempengaruhi perkembangan ilmu sosiologi.

Selama abad ke-18, tercatat ada tiga tokoh yang secara spesifik membahas tentang sosiologi. Yang pertama Herbert Spencer pada tahun 1876, lalu Lester F. Ward pada tahun 1883, dan Emile Durkheim. Di abad ke-19 ada dua nama terkenal yang cukup berpengaruh pada sosiologi, yaitu Max Weber serta Karl Marx.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Saat memasuki abad 20, sosiologi berkembang lumayan cepat hingga menjadi bagian dari ilmu sosial yang sangat diminati di Amerika Serikat. Saat itu, banyak ilmuwan mempelajari sosiologi karena kehadiran urbanisasi dan industrialisasi yang masif di daerah perkotaan Amerika Serikat.

Setelah abad ke-21, lahirlah aliran baru sosiologi yang saling mengkritik satu sama lain seperti poststrukturalisme, postmodernisme, postkolonialisme, dan post-positivisme. Adalah George Ritzer yang mendukung pergerakan ini dengan rumusannya mengenai sosiologi sebagai studi yang memuat paradigma plural.

Kamu bisa mempelajari salah satu aliran baru sosiologi melalui buku Postmodernisme Teori dan Metode karya Dr. Akhyar Yusuf Lubis. Buku ini membahas teori dan juga metode dari para pemikir postmodernis yang bisa digunakan untuk memahami fenomena sosial-budaya kekinian.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Tidak cukup sampai di situ, sosiologi juga terus melahirkan subdisiplin baru yang berada di bawah naungannya. Seperti Sosiologi Hukum, Sosiologi Kesehatan, Sosiologi Pemuda, Sosiologi Gender, Sosiologi Ekonomi, Sosiologi Agama, dan lain-lain. Tokoh yang terkenal adalah Pierre Bourdieu dan Michel Fourcault.

Ruang lingkup sosiologi

Sebenarnya, ruang lingkup sosiologi sendiri sangat luas karena mencakup hampir seluruh bidang yang ada dalam kehidupan masyarakat. Seperti ekonomi, pendidikan, politik, agama, atau kebudayaan. Dan pastinya semua bidang tersebut dilihat dari perspektif sosiologi.

Dengan kata lain, ilmu ini juga mencakup interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok.

Akan tetapi pada hakikatnya, sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial memiliki tiga ruang lingkup utama, yaitu:

1. Ilmu sosial (social science)

Sosiologi bukan bagian dari ilmu alam atau ilmu pasti yang menyangkut perbedaan isinya. Sebaliknya, sosiologi adalah ilmu yang kategoris atau hanya fokus kepada apa yang sedang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi atau sudah terjadi.

Sosiologi juga tidak menentukan kemana arah perkembangan sebuah proses kehidupan.

2. Ilmu murni (pure science)

Sosiologi juga merupakan ilmu pengetahuan yang murni karena tujuannya adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam tentang masyarakat. Bukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut kepada masyarakat.

Akan tetapi sosiologi juga bisa digunakan dalam berbagai hal lain seperti administrasi, diplomasi, psikologi, bahkan pembuatan sebuah Undang-Undang karena dia digunakan untuk memperoleh fakta-fakta yang digunakan sebagai jalan keluar dari masalah yang terjadi di masyarakat.

3. Ilmu abstrak (abstract science)

Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi juga termasuk ilmu abstrak atau tidak konkrit. Artinya, dia memperhatikan bentuk serta pola peristiwa yang ada di masyarakat.

Tujuan lain dari sosiologi juga bisa digunakan untuk mendapatkan pengertian serta pola umum yang meneliti dan mencari prinsip atau hukum dari interaksi antarmanusia, hakikat, isi, bentuk, atau struktur masyarakat.

Jenis-Jenis Sosiologi

Berdasarkan ruang lingkup tersebut dan juga penerapannya, sosiologi dibagi menjadi empat jenis, yaitu sosiologi umum, sosiologi khusus, sosiologi sebagai ilmu terapan, dan sosiologi sebagai ilmu murni. Berikut penjelasan singkatnya:

1. Sosiologi umum

Sosiologi umum adalah bidang yang menyelidiki dan mempelajari perilaku manusia dalam mengadakan hubungan di masyarakat secara umum.

2. Sosiologi khusus

Sementara sosiologi khusus menyelidiki dan mempelajari berbagai sektor dalam kehidupan masyarakat.

3. Sosiologi sebagai ilmu terapan

Sosiologi sebagai ilmu terapan artinya memiliki tujuan mencari bagaimana cara menggunakan pengetahuan ilmiah untuk memecahkan masalah praktis yang ada di masyarakat.

4. Sosiologi sebagai ilmu murni

Sosiologi juga disebut sebagai ilmu murni karena memiliki tujuan membentuk dan menggambarkan pengetahuan secara abstrak, sehingga mutunya dapat dipertimbangkan.

Ciri-ciri utama sosiologi

Sosiologi sebagai ilmu sosial yang murni, mempunyai empat ciri utama yang tidak bisa dilepaskan begitu saja karena keempatnya merupakan syarat agar sosiologi bisa berdiri sendiri. Berikut keempat ciri-ciri tersebut:

1. Teoritis

Ciri yang pertama ialah sosiologi selalu berusaha menyusun sebuah abstraksi yang berupa kesimpulan tentang hubungan sebab-akibat dari berbagai gejala sosial yang diteliti dengan berdasarkan kepada hasil pengamatan empiris.

2. Empiris

Sosiologi, sebagai ilmu pengetahuan berdasar kepada realitas sosial yang benar-benar terjadi di lapangan (masyarakat) dan bukan merupakan sebuah spekulasi.

3. Non-etis

Tugas sosiologi bukan untuk menentukan mana yang baik dan buruk dalam permasalahan. Ilmu yang satu ini fokus memberikan penjelasan yang logis tentang latar belakang fenomena tertentu.

4. Kumulatif

Kumulatif artinya sebuah argumen tentang fenomena tertentu dalam sosiologi harus berlandaskan kumpulan beberapa teori yang sudah ada sebelumnya.

Selain empat ciri yang telah disebutkan tersebut, sosiologi juga mempunyai teori yang berbeda dengan teori sosial yang lain. Teori sosiologi memahami masyarakat tanpa berfokus pada konsep baik atau benar. Sedangkan teori sosial lainnya lebih fokus pada komentar masyarakat; bertujuan ke arah politik secara insentif.

Teori sosial juga terbentuk dari seperangkat paradigma, hipotesis, argumen, atau gagasan yang digunakan untuk menganalisis suatu fenomena sosial. Maka ketika kedua teori ini dibandingkan, terlihat jelas bahwa teori sosial tidak terlalu memperhatikan sisi objektivitasnya.

BACA JUGA:

Teori-teori sosiologi

Mayoritas ilmu pengetahuan memiliki teorinya masing-masing. Seperti ilmu kedokteran misalnya, pasti punya teori bagaimana melakukan pemeriksaan penyakit kepada pasien. Begitu juga sosiologi yang memiliki teori untuk menjelaskan berbagai hal yang terjadi di masyarakat.

Setiap teori punya tingkat kepastiannya masing-masing. Umumnya teori ilmu alam tingkat kepastiannya lebih tinggi dari ilmu sosial. Dalam ilmu sosial, teori lebih bersifat subjektif yang tergantung pada cara pandang melihat sebuah fenomena.

Di samping itu, kenyataan sosial selalu berubah dari waktu ke waktu maka sebuah teori ilmu sosial sangat jarang mengalami perubahan. Ketika belum ada teori lain yang bisa membuktikan hal sebaliknya, sebuah teori ilmu sosial tidak akan berubah sama sekali.

1. Interaksionisme Simbolik

Interaksionisme Simbolik merupakan gabungan dari pemikiran George Herbert Mead, Herbert Blumer, dan Max Weber. Teori yang pertama ini menganalisa masyarakat berdasarkan kepada makna subjektif seorang individu di dalam interaksi sosial.

Teori ini juga mengasumsikan bahwa tindakan individu cenderung berlandaskan kepada hal-hal yang diyakini, bukan yang benar secara objektif. Keyakinan tersebut lah yang disebut sebagai produk konstruksi sosial yang direpresentasikan. Hasil interpretasi ini kemudian dikenal dengan istilah situasi.

Interaksionisme Simbolik merupakan bagian dari teori mikro sosiologi karena analisisnya berdasar kepada aspek individu. Konsep teori ini juga cenderung mempunyai tendensi dengan urusan identitas seseorang.

2. Konflik

Teori konflik berasumsi kepada perbedaan dalam kepentingan yang dimiliki oleh kelas-kelas sosial sehingga menghasilkan sebuah relasi sosial yang sifatnya konfliktual. Teori ini sendiri digagas oleh Karl Marx.

Kesenjangan sosial tercipta karena pendistribusian kekayaan tidak merata sehingga saat kesenjangannya bertambah parah, potensi timbulnya konflik pun semakin besar.

Kelas sosial yang dimaksud di sini adalah kelompok proletar dan borjuis. Kelompok pertama merupakan kelas pekerja atau orang-orang yang tidak memiliki kontrol atas sumber daya. Sedangkan kelompok kedua memegang kontrol terhadap sumber daya karena memiliki modal yang besar.

Dari dua kelas tersebut, terlihat jelas sekali bahwa kepentingan dan tujuan keduanya sangat berbeda. Kaum proletar ingin kekayaan didistribusikan secara merata. Sementara kaum borjuis justru menginginkan penambahan kekuasaan atau mempertahan kekuasaan yang telah dimiliki.

Pergesekan di antara dua kelompok ini jika dibiarkan akan memicu terjadinya sebuah revolusi. Apalagi jika ditambah dengan kesadaran kelas yang membuat kelompok proletar tahu bahwa mereka sebenarnya telah dieksploitasi.

3. Fungsionalisme Struktural

Teori yang terakhir lahir dari Emile Durkheim. Dia memiliki imajinasi bahwa masyarakat merupakan organisme yang terdiri dari berbagai macam komponen, komponen-komponen ini saling mempengaruhi satu sama lain sehingga bisa berfungsi terus-menerus.

Fungsionalisme struktural menekankan bahwa masyarakat tersusun dari sistem struktural yang memiliki perannya sendiri. Oleh sebab itu, hasil dari keseluruhan sistem yang berjalan tersebut bisa menciptakan stabilitas sosial.

Dalam teori ini, lembaga sosial akan tetap bertahan selama fungsinya berjalan baik. Jika terdapat malfungsi, maka secara perlahan-lahan lembaga tersebut akan menghilang.

Selain itu, harus ada kerjasama yang baik di antara institusi sosial (seperti misalnya pemerintah, agama, ekonomi, pendidikan, keluarga, media, dan lain sebagainya) sehingga sistem bisa tetap terjaga.

Untuk memahami lebih jauh tentang teori-teori sosiologi, kamu bisa membaca buku Pengantar Teori Sosiologi karya Prof. Dr. Damsar karena dalam buku ini kamu diberi peta teori sosiologi dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya dengan bahasa sederhana dan contoh dalam konteks keseharian masyarakat Indonesia.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi dan Akal Sehat

Terkadang, orang-orang menganggap bahwa analisis dalam sosiologi hanya sebuah uraian yang berdasar pada akal sehat saja. Meski sebenarnya ada perbedaan antara akal sehat dengan sosiologi.

Akal sehat adalah pertimbangan yang masuk akal dan berlandaskan pengalaman seperti firasat, dugaan, serta kebenaran yang kebetulan ditemukan. Karena itu, akal sehat tidak berdasar kepada pembuktian ilmiah.

Sebagai contohnya, pernyataan anak laki-laki lebih berani daripada anak perempuan bisa dianggap benar karena bisa diamati dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, kesimpulan yang berdasarkan kepada akal sehat masih banyak ditemui di dalam masyarakat.

Sementara sosiologi sebagai sebuah ilmu memiliki bukti-bukti ilmiah. Bukti ini merupakan sebuah pengamatan nyata yang bisa ditimbang, dihitung, dilihat, dan diuji kebenarannya oleh pihak-pihak lain.

Hal ini jelas berbeda dari akal sehat yang berlandaskan pada pengalaman sehingga sulit diuji kebenarannya. Analogi sederhananya, seseorang yang terus-menerus melihat singa di hutan tidak begitu saja menjadi ahli yang mampu menganalisis perilaku singa. Untuk menjadi seorang ahli, dia harus melakukan observasi ilmiah sehingga hasil yang didapatkannya dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Nah, itulah hal-hal yang harus kamu pahami dari sosiologi agar kamu bisa mulai mempelajari berbagai fenomena sosial yang ada di masyarakat.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Penulis: Gilang Oktaviana

Sosiologi adalah Ilmu yang menyelidiki tentang susunan-susunan dan proses kehidupan social sebagai suatu keseluruhan / suatu sistem.

Dalam buku Sosiologi Suatu Pengantar (2013), Soerjono Soekanto menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat umum.

Tujuan Mempelajari Ilmu Sosiologi adalah Untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum, karena sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar manusia dan juga perihal sifat hakekat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.

Fungsi sosiologi: sebagai penelitian, pembangunan, perencanaan, dan pemecah maslah sosial. Adapun peran sosiologi adalah sebagai ahli riset, sebagai konsultan kebijakan, sebagai praktisi dan sebagai guru atau pendidik.

Sebagai ilmu pengetahuan, Sosiologi memiliki empat ciri, yaitu Empiris, Teoritis, Kumulatif, Non Etis. Sosiologi memiliki ciri Empiris, artinya ilmu yang diperoleh berdasarkan observasi, sesuai akal sehat, sesuai fakta, serta tidak menghasilkan sesuatu yang bersifat spekulatif.

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri dan lahir pada