Setiap pihak harus berani menerima kritik dan masukan dari teman saat dilakukan evaluasi brainly

Salah satu cara cerdas menghadapi kritikan adalah dengan menanyakan contoh masalah dan solusi dari kritikan mereka. Hal ini mungkin lebih membantu ketika Anda tidak begitu yakin bahwa kritikan tersebut benar-benar membangun.

Jika rekan kerja memberi tahu bahwa Anda terlalu malas dan tidak inisiatif ketika bekerja meskipun Anda tidak merasa seperti itu, tanyakan contohnya. Contoh kasus apa yang membuat mereka memberikan kritik semacam itu. Dengan begitu, Anda juga bisa mengintrospeksi diri.

5. Berempati kepada orang yang memberi kritikan

Cara menghadapi kritikan orang lain yang terakhir adalah dengan berempati kepada pemberi kritik. Misalnya, Anda merasa teman Anda bersikap tidak sopan ketika mengkritik Anda. Padahal, bisa jadi, mereka tidak bermaksud menyakiti Anda.

Beberapa orang mungkin kehilangan kemampuan berkomunikasinya ketika harus berhadapan dengan orang lain. Tanpa sadar, ia membuat lawan bicaranya menjadi tersinggung. Padahal, mereka hanya ingin membantu agar semuanya berjalan dengan baik.

Itu sebabnya, penting bagi Anda untuk berempati terhadap lawan bicara Anda. Lihatlah siapa yang berbicara dan bagaimana sikapnya.

Pada dasarnya, cara cerdas menghadapi sebuah kritikan adalah dengan tetap tenang saat mencerna masukan. Dengan begitu, Anda bisa melihat lebih jernih apa yang ada di balik komentar yang mungkin terasa panas di telinga Anda.

Oleh:

Entrepreneur Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Seni memberikan masukan yang kritis mendorong seseorang agar menjadi dewasa dan merasa nyaman.

Kritik membangun dapat meningkatkan perilaku seseorang dan menghindari sikap menyalahkan dan menyerang pribadinya. Kritik membangun memiliki sifat positif dan berfokus pada tujuan yang jelas serta bisa dicapai.

Tapi, kadangkala kritik bisa membuat orang makin menjadi terpuruk. Karena itu, mengkritik harus harus dilakukan dengan benar agar tidak membuat sakit hati dan memicu konflik.

Berikut cara mengkritik yang benar seperti dikutip dari wikihow :

1. Mulailah dengan cara yang positif

Anda selalu bisa menemukan sesuatu yang positif untuk dikatakan ketika memberikan kritik membangun pada seseorang, bahkan jika hal tersebut hanya berupa usaha yang dilakukan seseorang. Mulailah dengan pernyataan apresiasi yang tulus dan jujur (sekali lagi, bahkan hanya dengan ucapan “Terima kasih untuk mencoba x, y, z...”) agar orang tersebut merasa dihargai. Lalu, lanjutkan dan berikan kritik membangun. 

2. Hindari emosi

Jika memberikan masukan untuk hal pribadi, Anda mungkin merasa emosional. Jika terlihat marah dan gusar, bahasa tubuh dan nada suara Anda akan membuat orang lain menjadi defensif dan kemungkinan kurang mempertimbangkan kritik Anda. 

3. Tersenyumlah dan gunakan bahasa tubuh yang hangat

Biarkan orang lain tahu bahwa Anda adalah orang yang mampu berempati. Hal ini akan membuatnya merasa lebih nyaman, dan tunjukkan bahwa Anda juga merasakan hal yang sama.

4. Perhatikan nada suara Anda

 Jagalah agar suara Anda tetap stabil dan bersahabat. Nada suara bisa mengomunikasikan banyak hal dan kadang-kadang bahkan lebih dari sekadar kata-kata yang dipilih.[8]Jangan meninggikan suara atau membiarkan munculnya ketegangan. Gunakan nada suara yang terdengar nyaman saat Anda mendengarnya pada penerima masukan jika situasinya berlawanan. 

5. Hindari bahasa tubuh yang negatif, menyalahkan, dan menyerang pribadi

Hal ini akan mengurangi kemungkinan penerima kritik untuk menanggapinya dengan sikap defensif atau marah.[9]Hindari bahasa yang menilai dan kasar seperti “kamu keliru” dan “idemu sangat bodoh.”

6.  Utarakan secara spesifik

Semakin spesifik masukan Anda, maka semakin bisa dijalankan orang tersebut. Berfokuslah pada pokok-pokok objektif dan bukan pendapat Anda. Hanya mengatakan kalau Anda tidak menyukai sesuatu pada orang tersebut tidak membantu. Sebaliknya, uraikan masukan Anda menjadi aspek-aspek kunci dan berikan contoh-contoh spesifik dari tiap aspek sehingga orang tersebut tahu cara melaksanakannya.[11]Inilah contohnya:Seorang pegawai baru saja menyelesaikan laporan tentang restoran baru di kota Anda. Anda telah membacanya dan masukan Anda adalah “Usaha yang baik, namun saya tidak menyukainya. Coba ulangi lagi.” Terlepas apakah seseorang menyukai” atau “tidak menyukai sesuatu adalah hal yang subjektif, dan tanpa referensi tentang kriteria yang spesifik, maka sulit bagi orang tersebut untuk memahami apa yang harus ditingkatkan. Sebaliknya, identifikasikan bagian masalah utama dalam kritik Anda dan berikan contoh spesifik seperti: “Usaha yang baik untuk menelusuri restoran-restoran ini, namun deskripsi restoran seharusnya lebih menyeluruh. Kembangkan laporan ini dengan informasi tentang jenis makanan yang disajikan tiap restoran, hidangan unggulan, dan lokasinya. 

7. Doronglah untuk mengkritik diri sendiri

Pada beberapa kasus, mungkin lebih tepat untuk membiarkan seseorang untuk mengemukakan solusinya sendiri sebelum Anda memberikan pendapat tentang apa yang seharusnya dilakukan. 

8.  Berfokuslah pada perilaku, bukan orangnya

Berpikirlah dengan hati-hati sebelum mengkritik penampilan atau sifat pribadi seseorang; hal tersebut hampir pasti menimbulkan sakit hati.  

9. Buatlah agar masukan Anda membantu

Anda ingin membantu seseorang membuat perubahan positif; hal ini berarti Anda perlu menyampaikan hal-hal sehingga orang tersebut bisa melakukan sesuatu, daripada menyampaikan hal-hal yang berada di luar kendalinya. Mengkritik dengan cara pertama membuat kritik Anda tampak membangun dan akan memberdayakan orang tersebut; mengkritik dengan cara kedua akan membuat orang tersebut merasa tidak nyaman karena ia tidak bisa melakukan apa-apa dengan situasi tersebut, meskipun jika ia menginginkannya.

10. Jangan terlalu banyak berkata-kata

Anda tidak ingin membuat seseorang kewalahan dengan informasi yang terlalu banyak. Bahkan jika kritik Anda diutarakan dengan kata-kata positif, maka hal tersebut akan mulai terdengar seolah-olah Anda memiliki daftar masalah yang ingin diutarakan pada orang tersebut dan pada akhirnya sifat pembicaraan tersebut akan terasa negatif.

11. Ketahui kapan berhenti mengkritik

Setelah memberikan kritik membangun terhadap topik tertentu satu atau dua kali, Anda mungkin sudah cukup berbicara. Mengulang-ulang masalah yang sama tidak akan menjadi produktif dan bisa memicu perasaan negatif bagi orang yang dikritik. Temukan tanda-tanda kalau orang tersebut sudah merasa cukup, dan jangan berkata apa-apa lagi sampai ia meminta pendapat Anda. 

12. Lakukan tindak lanjut

Amati orang tersebut setelah berbicara dengan Anda dan nilailah kemajuan yang dibuatnya. Pembicaraan selanjutnya tentang masalah yang Anda kritik harus fokus pada kemajuan yang dibuat orang tersebut. Diskusikan langkah-langkah konkret yang harus diambil orang tersebut terhadap tujuan yang Anda uraikan dan pujilah kemajuan yang dibuatnya. Menerima dan memuji keberhasilan orang tersebut akan mendorongnya untuk melanjutkan usaha baiknya dan membuatnya merasa bernilai dan dihargai.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Keterangan gambar,

Kritik -atau bahkan hanya kemungkinan untuk dikritik- dapat menjadi ancaman besar untuk harga diri dan perasaan positif akan identitas diri.

Ada hal yang unik pada manusia. Kita semua terdorong untuk mencapai sesuatu - kita ingin berlari lebih cepat, menjadi lebih kreatif, memenangkan lebih banyak penghargaan, menyembuhkan lebih banyak penyakit, mendapatkan lebih banyak uang. Tapi satu masalahnya: jika orang lain ingin membantu kita mewujudkan potensi dengan menilai apa yang kita lakukan dan menunjukkan kekurangan dalam diri yang dapat kita tingkatkan; jika mereka ingin menawarkan kata-kata hangat penuh kebijaksanaan, kritik konstruktif, atau masukan yang berguna, kebanyakan dari kita lebih suka tidak mendengarnya.

Ini sebagian dikarenakan ego yang rapuh. Kita semua ingin memenuhi harapan kita akan diri sendiri, dan dikritik - atau bahkan hanya kemungkinan untuk dikritik - dapat menjadi ancaman besar untuk harga diri dan perasaan positif akan identitas diri. Namun seperti yang ditunjukan teori dan riset psikologi dan penelitian selama puluhan tahun, orang selalu punya taktik cerdik untuk tetap positif dalam menghadapi kritik.

Karena alasan ini, daripada menyambut kritik dengan tangan terbuka, respon pertama kita seringkali berupa tanggapan defensif. Tindakan refleks ini berguna untuk membuat kita merasa lebih baik, tapi juga, di saat yang sama, ia mengungkap rasa tidak aman, cacat karakter, dan sikap tidak menyenangkan dalam diri kita.

Seni mengelak dari kritik membutuhkan perhatian yang selektif dan kepiawaian dalam teknik membohongi diri sendiri. Banyak orang secara hati-hati hanya mencari pujian, misalnya, meminta kritik hanya dari kawan yang suportif, dan hanya tentang urusan yang menjadi keahliannya. Tapi mungkin teknik mengelak yang paling sederhana ialah menghindari kritik sama sekali.

Kita menemukan reaksi "menutup telinga" ini dalam sistem pendidikan, yang mana murid seringkali tak mau menerima saran atau nasihat tentang tugas sekolah mereka. Dan dalam bidang kesehatan publik, kita temukan orang-orang yang mencari banyak alasan untuk tidak pergi ke dokter, daripada mengambil risiko dinasihati untuk menurunkan berat badan atau berhenti merokok, atau mengungkap kebenaran lainnya tentang dirinya sendiri.

Riset psikologi mengungkap lebih banyak tentang kecenderungan untuk tidak mau tahu ini. Dalam satu studi, sejumlah siswa sekolah diminta menonton film edukasi bohong-bohongan tentang penyakit serius bernama "Defisiensi TAA". Penyakit itu sebenarnya fiktif, namun para siswa tidak diberitahu hal ini; sebagai gantinya, mereka ditanya apakah mereka bersedia menjalani tes diagnostik untuk [assessing] risiko mengidap penyakit tersebut.

Sebagian siswa diberi tahu bahwa jika mereka mengidap Defisiensi TAA, mereka harus minum obat selama dua minggu; sebagian yang lain diberi tahu bahwa mereka harus minum obat itu sepanjang hidup mereka. Pada kelompok pertama, 52% bersedia untuk menjalani tes diagnostik. Sedangkan pada kelompok kedua, hanya 21% yang bersedia.

Keterangan gambar,

Apakah ego patut disalahkan atas ketidakmampuan kita menerima kritik, bahkan kritik yang konstruktif?

Temuan ini menunjukkan pola yang juga terlihat di studi lain tentang layanan kesehatan: orang terutama resisten terhadap saran ketika mereka yakin itu dapat mengharuskan mereka untuk melakukan sesuatu yang merepotkan atau tidak menyenangkan.

Meskipun ketidaktahuan ialah berkah, sepenuhnya menghindari atau mengabaikan kritik tidaklah selalu dimungkinkan. Dalam banyak situasi, kita perlu mencari cara lain untuk melindungi ego. Salah satu teknik yang berguna dalam membohongi diri sendiri ialah pengalihan perhatian: menjauhkan fokus dari kekurangan kita.

Sebagai contoh, ketika mengetahui bahwa pencapaian kita lebih buruk dari orang lain, umumnya kita bereaksi dengan merinci kekurangan mereka dan kelebihan kita. "Dia mungkin lebih berprestasi dari saya" - Anda berpendapat - "tapi saya punya lebih banyak kawan, juga kepribadian yang lebih baik."

Sikap melebih-lebihkan kualitas baik dalam diri kita dan kekurangan lawan memang hal biasa, namun penelitian menunjukkan bahwa kita jauh lebih kuat melakukannya ketika mengetahui bahwa lawan telah melampaui kita. Dan meskipun bisa terkesan jahat, sikap ini dapat menjadi cara yang mangkus untuk menjaga dan menguatkan harga diri-positif di hadapan kegagalan.

Keterangan gambar,

Ketika menghadapi masukan atau kritik, respon alami kita ialah mengalihkan perhatian dari kekurangan diri.

Mungkin orang yang paling pantas dicela ketika menghadapi kritik ialah orang yang memberikannya. Seperti dijelaskan dengan cermat oleh akademisi Douglas Stone dan Sheila Heen dalam buku mereka Thanks for the Feedback, "Ketika kami memberi masukan, kita menyadari si penerima tidak pandai menerimanya. Ketika kami menerima masukan, kami menyadari si pemberi masukan tidak pandai memberikannya."

"Dalam semangat ini, ketika pemeriksa baru-baru ini mengatakan bahwa laporan riset kami akan "lebih baik dengan beberapa perbaikun", sangat sulit menahan diri untuk tidak mengomentari kesalahan ejaan si pengkritik, dan menduga kalau mereka tidak kompeten. Siapa yang bakal percaya penilaian dari orang yang mengeja saja tidak bisa? Bereaksi seperti ini tidak akan mendorong kami untuk memperbaiki laporan itu, tentu saja, namun jelas akan membuatnya lebih mudah dan meringankan rasa tidak enak."

Namun mendiskreditkan si pemberi kritik tidak selalu cukup, dan langkah selanjutnya bisa jadi ialah menyalahkan mereka atas kegagalan kita. Bahkan, cara kita menyalahkan si pemberi kritik terkadang dapat mengungkap prasangka terburuk kita.

Dalam studi yang dilakukan di Universitas Waterloo, Kanada, siswa diminta melaporkan nilai yang telah mereka terima di berbagai mata pelajaran, dan menaksir kualitas guru yang memberi mereka nilai tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa yang prestasinya jelek cenderung meminimalisasi rasa malu mereka dengan menyalahkan guru: semakin kecil nilai yang mereka terima, semakin mereka menilai pengajarannya berkualitas-rendah. Tapi yang terpenting, tak seperti teman sekelas mereka yang berprestasi baik, siswa dengan nilai jelek bersikap kritis terutama pada guru perempuan. Dalam pencarian cara untuk mendiskreditkan guru mereka, siswa ini tampaknya menemukan bahwa sikap diskriminasi yang seksi dapat menjadi cara yang mangkus untuk menyalahkan sang guru.

Tampaknya bahkan kritik paling membangun pun dapat memunculkan sisi terburuk dalam diri kita. Tapi apakah reaksi defensif terhadap kritik ini tidak dapat dihindari?

Ialah masuk akal bahwa jika kita bisa melakukannya, kita akan semakin siap untuk mencapai tujuan kita. Betapapun, kritik ialah salah satu pengaruh terkuat bagi pengembangan diri, tapi kita hanya dapat mengambil manfaat dari nasihat yang sungguh-sungguh kita dengarkan.

Masalahnya ialah tidak satu pun pilihan kita terlihat menarik: gagal mencapai tujuan membuat kita merasa buruk, tapi begitu pula mendengarkan kritik yang dapat membantu kita mencapai tujuan tersebut. Namun jika kita begitu takut melukai kepercayaan diri kita, maka mungkin solusi bagi dilema ini ialah memikirkan kenapa kita merasa begitu positif akan diri sendiri pada awalnya.

Dan memang, penelitian menunjukkan bahwa orang lebih terbuka untuk menerima diagnostik medis - seperti menjalani tes untuk penyakit fiktif Defisiensi TAA - jika mereka pertama-tama berpikir tentang sifat positif yang paling mereka hargai dalam diri mereka, dan mengingat peristiwa di masa lalu ketika mereka menunjukkan sifat itu. Temuan ini cocok dengan gambaran yang lebih luas, dan mungkin sudah diduga, bahwa orang dengan penghargaan diri tinggi umumnya lebih baik dalam menerima kritik dibandingkan orang yang kurang menghargai dirinya.

Keterangan gambar,

Keengganan kita dalam menerima kritik dapat membuat kita tidak mau mendengarkan nasihat kesehatan, seperti keharusan minum obat secara rutin.

Jadi jika kita ingin lebih reseptif akan berita yang tidak diinginkan, mungkin akan lebih mudah jika kita memasang 'tameng emosi' terlebih dahulu, memastikan harga diri-positif kita tetap utuh terlepas dari apakah berita itu baik atau buruk. Bahkan bisa jadi, bagian lain dari masalah ini ialah kita pada awalnya membiarkan diri untuk memperlakukan kritik sebagai sesuatu yang tidak diinginkan.

Studi klasik psikologi tentang persuasi menunjukkan bahwa orang dapat dengan mudah mengecoh diri sendiri hingga berpikir mereka menikmati suatu pekerjaan yang sejatinya tidak menyenangkan, hanya jika mereka percaya bahwa mereka secara aktif memilih untuk melakukannya. Mungkinkah hal serupa dilakukan pada kritik? Dapatkah kita meyakinkan diri sendiri untuk menerima nasihat hanya dengan meyakinkan diri bahwa kita memilih untuk menerimanya.

Dukungan akan ide ini berasal dari riset di Amerika, yang mana partisipan memperkirakan tahun terjadinya berbagai kejadian sejarah. Semakin akurat jawaban mereka, semakin banyak uang yang mereka terima. Setiap partisipan kemudian menjawab pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya, namun kali ini mereka ditawari usulan berdasarkan jawaban yang telah diberikan orang lain.

Terkadang usulan ini diberikan secara cuma-cuma, dan terkadang harus dibayar dengan uang yang telah mereka dapatkan jika mereka memilih untuk menerimanya. Sesuai dugaan, orang cenderung menerima usulan yang gratis. Namun partisipan juga cenderung mempertimbangkan usulan yang mereka terima - dengan menggeser estimasi mereka lebih dekat dengan jawaban orang lain - jika mereka telah membayar untuk itu. Dengan kata lain, hasil ini menunjukkan bahwa orang lebih merasakan keharusan untuk melaksanakan suatu nasihat jika mereka merasa telah membelanjakan sumber daya untuk menerimanya.

Jika kita secara aktif mencari dan meyakinkan diri untuk menerima usulan yang jujur, dan jika kita memperkuat identitas positif sebagai antisipasi akan rasa tidak enak yang mungkin kita alami, kita bisa menjadi siap untuk mendengarkan dan menerima nasihat yang sangat kita butuhkan. Bahkan mungkin ada cara untuk melatih diri kita mengenali sikap defensif, sehingga kita bisa menahan diri dari menyimpulkan bahwa orang lain lah, dan bukan diri kita, yang salah.

Meski demikian, pencegahan mental apapun yang kita lakukan, mengambil manfaat dari kritik yang menantang akan selalu sulit. Sains dapat menawarkan cara untuk melakukannya dengan lebih baik, tapi pada akhirnya, semuanya kembali ke diri kita.

Konten tidak tersedia

  • {{promo.headlines.shortHeadline}}