Sebutkan sifat-sifat buruk manusia yang dimaksud dalam surah al maun

Senin, 08 Juni 2020  /  6:42 pm

Kitab suci Al-Quran. Foto: IBTime.ID

KENDARI, TELISIK.ID - Al-Quran adalah kitab suci yang menjelaskan segala perkara, termasuk memberikan informasi kepada orang-orang yang mendustakan agama.

Surat Al-Maun termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah yang memiliki tujuh ayat. Firman Allah yang diturunkan setelah surat Al-Quraisy ini merupakan surat ke-107 Al-Quran dan memiliki arti bantuan penting atau hal-hal yang berguna, bermanfaat, dan kebaikan.

Dalam surat Al-Maun dijelaskan bahwa, selain menjalani ibadah pada Allah SWT, umat Muslim juga harus memberikan bantuan kepada anak yatim dan tidak menghardiknya serta tidak mendustakan agama.

Berikut bacaan surat Al Maun lengkap dengan tulisan latin, dan terjemahannya:

1. a raaitalladzii yukadzdzibu biddiin. 

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?

2. fadzaalikalladzii yadu'ul yatiim

Artinya: maka itulah orang yang menghardik anak yatim

3. wa laa ya?u??u 'alaa ?a'aamil-miskiin

Artinya: Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.

4. fa wailul lil mu?alliin

Artinya: Maka celakalah orang yang salat,

5. alladziina hum 'an ?alaatihim saah?n

Artinya: (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya,

6. alladziina hum yuraa?n

Artinya: yang berbuat riya

7. wa yamna'u?nal-maa'?n

Artinya: dan enggan (memberikan) bantuan.

Baca juga: Lima Orang Hilang di Hutan Saluro Luwu Timur Ditemukan Selamat

Keutamaan surat Al-Maun

Surat Al Maun tidak hanya memberikan peringatan kepada umat Muslim untuk bersikap baik kepada anak yatim, tapi juga menegaskan gambaran mengenai beberapa hal. Seperti orang-orang yang tidak mau membayar zakat, enggan membantu fakir miskin, dan mempunyai harta yang cukup baik, namun tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungannya.

Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW pernah bersabda untuk memberikan peringatan yang berbunyi:

"Tidaklah beriman kepadaku seseorang yang bermalam dalam keadaan kenyang, padahal tetangganya yang di sampingnya dalam keadaan lapar sedangkan ia mengetahuinya." (HR Thabrani)

Tafsir Ringkas Kemenag dari ayat 1-3:

Tahukah kamu, wahai Rasul, orang yang mendustakan agama dan mengingkari hisab serta hari pembalasan di akhirat nanti?

Jika engkau ingin tahu, maka dia itulah orang yang menghardik anak yatim, menyakiti hatinya, dan berbuat zalim kepadanya dengan menahan haknya. Dia tidak lagi peduli terhadap anak yang sudah kehilangan tumpuan hidupnya itu.

Dia juga tidak mendorong orang lain untuk memberi makan orang miskin yang tidak mempunyai kecukupan untuk memenuhi keperluan hidupnya sehari-hari. Bila dia enggan mendorong orang lain untuk memberi makan dan memperhatikan kesejahteraan anak yatim, bagaimana mungkin dia, dengan kekikiran dan kecintaannya pada harta, mendorong dirinya sendiri untuk berbuat demikian?

Baca juga: Salat Jumat Dibuat Secara Bergelombang, Begini Penegasan MUI

Tafsir Kemenag

Dalam ayat ini, Allah menghadapkan pertanyaan kepada Nabi Muhammad, "Apakah engkau mengetahui orang yang mendustakan agama dan yang dimaksud dengan orang yang mendustakan agama?" Pertanyaan ini dijawab pada ayat-ayat berikut.

Allah lalu menjelaskan bahwa, sebagian dari sifat-sifat orang yang mendustakan agama. Yaitu, orang-orang yang menolak dan membentak anak-anak yatim yang datang kepadanya untuk memohon belas-kasihnya demi kebutuhan hidupnya. Penolakannya itu sebagai penghinaan dan takabur terhadap anak-anak yatim itu.

Sifat pendusta agama berikutnya adalah, tidak mengajak orang lain untuk membantu dan memberi makan orang miskin. Bila tidak mau mengajak orang memberi makan dan membantu orang miskin, berarti ia tidak melakukannya sama sekali. Berdasarkan keterangan di atas, bila seorang tidak sanggup membantu orang-orang miskin maka hendaklah ia menganjurkan orang lain agar melakukan usaha yang mulia itu.

Baca juga: Tiga Atsar Ramadan: Refleksi di Bulan Syawal

Sedangkan Tafsir Ringkas Kemenag dari ayat 4-7:

Maka binasa dan celakalah orang salat yang memiliki sifat-sifat tercela berikut. Yaitu orang-orang yang menentang salatnya, yang menyetujui tidak memenuhi ketentuannya, mempersiapkannya di luar, bermalas-malasan, dan lalai akan tujuan pelaksanaanya.

Tidak hanya itu, mereka jugalah yang melakukan ria, baik dalam salatnya maupun semua yang dilakukan. Dia beramal tanpa rasa ikhlas, diterima demi mendapat pujian dan penilaian baik dari orang lain.

Dan di samping itu, mereka juga enggan memberikan bantuan kepada sesama, bahkan untuk meminta bantuan barang sehari-hari yang sepele. Hal ini menjadi buruk bagi orang lain. Dengan begitu, lengkaplah keburukan mereka. Selain tidak beridabah kepada Tuhan dengan sempurna, mereka pun tidak membawa komitmen kepada manusia.

Tafsir Kemenag

Dalam ayat-ayat ini, Allah mengungkapkan satu tantangan yaitu, celakalah orang-orang yang mengerjakan salat dengan tubuh dan lidahnya, tidak sampai ke pemulihan. Dia lalai dan tidak menyadari apa yang diucapkan lidahnya dan yang dikerjakan oleh anggotanya. Ia rukuk dan sujud dalam situasi lalai, ia menentang takbir tetapi tidak mengerti apa yang diucapkannya.

Semua itu hanya gerak biasa dan kata-kata hafalan hanya-mata yang tidak bisa apa-apa, tidak ubahnya seperti robot.

Baca juga: Lima Nilai Dahsyat Zakat yang Tersembunyi

Orang-orang yang mendustakan agama, yaitu orang munafik. Ancaman itu tidak ditujukan untuk orang-orang muslim yang awam, tidak mengerti Bahasa Arab, dan tidak tahu tentang apa yang dibacanya. Jadi orang-orang awam yang tidak mengerti makna dari apa yang dibacanya dalam salat tidak termasuk orang-orang yang lalai seperti yang disebut dalam ayat ini.

Allah selanjutnya menambah penjelasan tentang sifat orang pendusta agama, yaitu mereka melakukan perbuatan-perbuatan lahir hanya karena ria, tidak terkesan pada jiwanya untuk meresapi rahasia dan hikmahnya.

Allah menambahkan lagi dalam ayat ini sifat pendusta itu, yaitu mereka tidak mau menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang membutuhkannya, sedang barang yang tidak layak diterima, seperti periuk, kapuk, cangkul, dan lain-lain.

Keadaan orang yang membesarkan agama berbeda dengan agama orang yang mendustakan agama, karena yang pertama tampak dalam tata cara yang jujur, adil, terima kasih, pemurah, dan lain-lain. Sementara sifat pendusta agama adalah ria, bebas, aniaya, takabur, kikir, memandang rendah orang lain, tidak mementingkan yang lain selain memercayai sendiri, bangga dengan harta dan kedudukan, dan juga tidak diperbolehkan sebahagian dari hartanya, baik untuk keperluan perseorangan maupun untuk masyarakat.

Reporter: Fitrah Nugraha

Editor: Sumarlin

Surat Al Maun Pendusta Agama

tirto.id - Dalam surah Al Ma'un, Allah berfirman tentang penjabaran mengenai orang-orang yang disebut sebagai pendusta agama.

Pendusta agama dalam surah ini berkaitan dengan seseorang yang mengaku beriman, namun tidak memberikan kepedulian pada masyarakat yang mengalami kesusahan secara ekonomi dan terlantar.

Agama dijadikannya sebagai formalitas dan abai dengan jiwa sosial yang diajarkan dalam Islam.

Bacaan surah Al Ma'un, lafal, dan artinya

Berikut firman Allah dalam surah Al Ma'un dari ayat 1 sampai 7:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ . فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ . وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ . فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ . الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ . وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

(Aro'aital ladzii yukadzdzibu bid diin. Fadzaalikal ladzii yadu’ul yatiim. Walaa yahudldlu ‘alaa tho’aamil miskiin. Fawailul lil musholliinal ladziina hum ‘an sholaatihim saahuun. Alladziinahum yuroo'uun. Wayamna’uunal maa’uun)

Artinya, "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (QS. Al Maun: 1-7)

Arti surah Al Ma'un

Surah Al Ma'un diturunkan di Mekah sebagai surah ke 107 dalam Al Quran. Mayoritas ulama mengatakan surah ini sebagai surah ke 17 yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Posisi surah Al Ma'un berada setelah surah At Takatsur dan sebelum surah Al Kafirun.

Nama lain dari surah Al Ma'un yaitu surah Ad Din, surah At Takzib, surah Al Yatim, dan surah Ara'aita.

Menurut Ibnu Juraij, tiga ayat pertama surah Al Ma'un turun dilatarbelakangi saat Abu Sufyan yang sering menyembelih unta setiap pekan, menghardik anak yatim. Anak tersebut juga diusir dan tidak diberi daging unta saat memintanya.

Allah pun menurunkan ayat tersebut sebagai peringatan. Lalu, ayat keempat turun untuk kaum munafik yang salat namun untuk tujuan pamer. Mereka enggan salat saat tidak ada yang melihat dan mereka juga dikenal pelit.

Melansir laman NU Online, inilah yang kemudian menjadikan orang salat belum tentu menjamin seseorang menjadi muslim yang baik.

Dia bisa saja dinilai Allah sebagai pendusta agama jika salatnya hanya sebatas mencari rida manusia lainnya.

Sementara itu dalam buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas 5 (Kemdikbud 2017) disebutkan, selain menghardik anak yatim, ciri pendusta agama adalah tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Lalu, disebutkan pula orang-orang celaka dalam imannya. Mereka terdiri dari orang yang lalai dalam salat, berbuat riya atau pamer atas ibadah yang dilakukannya, dan orang yang enggan memberikan bantuan yang bermanfaat untuk orang lain.

Oleh sebab itu, sikap yang berkebalikan dengan sikap-sikap pendusta agama memiliki keutamaan atau terpuji.

Melalui surah Al Mau'un, setiap mukmin diajak untuk mencintai dan menyayangi anak yatim. Selanjutnya, dianjurkan pula untuk memberi makan pada orang-orang miskin.

Dalam kaitan dengan ibadah, surah Al Ma'un mengingatkan untuk tidak shalat hanya demi mendapat pengakuan orang lain.

Sikap pamer atau riya adalah perbuatan tercela. Terkahir, setiap muslim juga diutamakan untuk bisa selalu membantu orang lain yang memerlukan bantuan.

Baca juga:

  • Bacaan Surah Al-Fatihah dan Keutamaannya: Bisa Obati Penyakit Hati
  • Bacaan Surah Al-Baqarah Ayat 275 Tentang Riba Beserta Artinya
  • Siapakah Luqman yang Namanya Disebutkan dalam Surah Al-Qur'an?

Baca juga artikel terkait SURAH AL-QURAN atau tulisan menarik lainnya Ilham Choirul Anwar
(tirto.id - ica/tha)


Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno
Kontributor: Ilham Choirul Anwar

Subscribe for updates Unsubscribe from updates