Pada masa-masa awal kemerdekaan di mana pertempuran fisik marak terjadi di berbagai daerah di Indonesia akibat ambisi Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, maka melalui serangkaian diplomasi dan propaganda akhirnya membuat dunia internasional ikut prihatin terhadap apa yang menimpa bangsa Indonesia. Setelah pecahnya Agresi Militer Belanda I di mana Belanda melanggar poin-poin kesepakatan dalam Perundingan Linggajati maka praktis Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) turun tangan menengahi konflik Indonesia-Belanda dengan membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) pada 26 Agustus 1947 yang anggotanya terdiri dari Australia dipilih oleh Indonesia, Belgia dipilih oleh Belanda, dan Amerika Serikat yang dipilih oleh Indonesia-Belanda sebagai pihak netral. Keberadaan KTN berperan sangat signifikan bagi diselenggarakannya Perundingan Renville antara Indonesia Belanda. Selain itu, untuk mempercepat penyelesaian konflik Indonesia-Belanda PBB juga membentuk United Nations Conference for Indonesia (UNCI) atau Konferensi PBB untuk Indonesia pada 28 Januari 1949. Hal ini terjadi karena KTN dianggap gagal menyelesaikan sengketa Indonesia-Belanda. UNCI kemudian menjadi motor penggerak diadakannya Perundingan Roem-Royen yang kemudian menghasilkan kesepakatan diadakannya Konferensi Meja Bundar yang berujung pada diakuinya kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Show
Konflik antar negara merupakan sebuah yang pasti pernah terjadi, setidaknya satu kali, oleh satu negara dengan negara lain. Konflik ini dilatarbelakangi oleh cara mengatasi masalah persebaran penduduk berbagai macam alasan. Indonesia pun tak luput dari kejadian ini. Dari beberapa negara yang diketahui pernah bersitegang dengan Indonesia, salah satunya adalah Belanda. Sejarah mencatat hubungan tak baik antara Indonesia dengan Belanda, sebagian besar merupakan cerita penjajahan bumi pertiwi oleh pemerintah Negerti Tulip tersebut. Bahkan setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, ada ketegangan yang muncul antara Belanda dengan Indonesia. Ketegangan yang terjadi pada kondisi penduduk Indonesia berujung pada konflik besar tersebut tercatat pernah menggemparkan internasional dan melibatkan mediasi serta dukungan dari berbagai negara. Konflik tersebut didasari oleh kemunculan dua faktor utama yang menyebabkan konflik Indonesia Belanda ini terjadi, yaitu:
Peran Internasional dalam Menyelesaikan Konflik Indonesia Belanda Dunia internasional tidak meninggalkan Indonesia sendirian, pada waktu terjadinya penyebab kegagalan LBB. Di tengah konflik yang dihadapi melawan Belanda, Indonesia mendapatkan dukungan dari negara-negara tetangga dan perhatian internasional. Dukungan ini diberikan untuk segera mengakhiri konflik antara negara Indonesia dengan Belanda setelah sekian lama Indonesia harus tunduk pada pemerintahan asing. Beberapa peran internasional dalam membantu mengakhiri konflik ini antara lain: 1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)PBB dikenal sebagai pihak yang mempunyai peranan cukup besar dalam mengakhiri konflik Indonesia Belanda. Yang diutus dalam mengatasi masalah ini atas nama PBB adalah Dewan Keamanan. Mereka ikut mengambil peran sebagai mediator dengan agenda penyelesaian perkara sebagai berikut:
2. Komisi Tiga Negara (KTN)Peran selanjutnya dilakukan oleh Komisi Tiga Negara atau KTN. Sebenarnya, KTN merupakan bentukan PBB yang juga berperan dalam perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia menyelesaikan ketegangan sengit antara Indonesia dengan Belanda, terutama menyikapi Agresi Militer Belanda 1 yang dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947. KTN diwakilkan oleh satu orang dari negara Belgia, Australia, dan Amerika Serikat.
KTN memiliki dua tugas, yaitu: 1) mengawasi langsung penghentian tembak-menembak antara Indonesia dengan Belanda sesuai dengan perkembangan wilayah Indonesia Resolusi PBB yang telah dibentuk, dan 2) memasang patok-patok yang menjadi batas wilayah pada status quo dibantu oleh TNI. Perundingan yang digelar oleh KTN ini diberi nama Perjanjian Renville. Isi dari perjanjian tersebut adalah:
3. United Nations Commision for Indonesia (UNCI)UNCI atau komisi khusus dari PBB yang dibentuk untuk Indonesia, juga ditugaskan untuk menyelesaikan konflik Indonesia Belanda. UNCI dibentuk dalam rangka menyelesaikan bentuk hubungan sosial dan berbagai konflik tersebut setelah terjadinya Agresi Militer Belanda 2 yang terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Perundingan yang diselenggarakan UNCI ini dikenal dengan nama Perundingan Roem-Royen yang melahirkan Perjanjian Roem-Royen. Isi dari perjanjian tersebut adalah:
4. Konferensi AsiaDukungan dari negara lain hadir untuk mendukung penyelesaian konflik Indonesia Belanda. Negara India turut berpartisipasi dalam bencana alam di Indonesia pemberian dukungan inin dengan menyelenggarakan Konferensi Asia yang diprakarsai oleh Perdana Menteri India kala itu, Pandit Jamaharial Nehru beserta Perdana Menteri Myanmar kala itu, U Aung San. Konferensi Asia ini diselenggarakan di New Delhi, India, pada tanggal 20 hingga 23 Januari 1949 dengan anggota konferensi sebanyak 21 wakil negara. Konferensi Asia tersebut melahirkan beberapa hasil seperti:
Australia juga terbukti memberikan dukungannya pada penyelesaian konflik Indonesia Belanda dengan proses interaksi sosial menyerahkan kembali secara resmi wilayah Kalimantan dan kepulauan bagian timur yang awalnya diberikan kepada Australia oleh Sekutu. 5. Peran Negara AustraliaBlok Sekutu yang kala itu diterima baik adalah kelompok aliansi beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, Perancis, Italia, dan Belanda itu sendiri. Aliansi yang datang ke Indonesia kala itu bernama AFNEI atau Allied Forces Netherlands East Indies, kedatangan mereka dipimpin oleh Letnan Jenderal Sir Philip Christiison. Awalnya kedatang mereka memang betul diterima baik karena diketahui mereka mengumandangkan perdamaian. Namun, ternyata banyak batas wilayah laut di Indonesia kedatangan AFNEI yang sesungguhnya bukan itu, tetapi bagaimana merebut Indonesia dari kependudukan Jepang kala itu. Rincian pokok tugas AFNEI di Indonesia antara lain:
Kedatangan AFNEI ini ternyata membawa serta para pegawai negeri sipil Belanda atau NICA. Mengetahui hal ini, tentu saja konflik antara Indonesia dengan Belanda tidak bisa dihindarkan. 6. Peran Negara InggrisNegara Inggris juga tak kalah memberikan kontribusi peran dalam penyelesaian konflik ini dengan mengeluarkan persetujuan Civil Affairs Agreement atau CAA. Peran negara Inggris yang lebih jelas dalam memihak Indonesia untuk kembali mendapatkan wilayah kedaulatannya diperlihatkan juga dalam perannya sebagai wakil Sekutu dalam Perundingan Linggarjati. Perundingan ini kemudian melahirkan beberapa perjanjian seperti:
7. Peran Negara-negara ArabNegara-negara dari Arab juga tak ketinggalan memberikan dukungan untuk penyelesaian konflik Indonesia Belanda. Hal ini dibuktikan dari bentuk penyimpangan sosial dengan penyampaian keputusan Liga Arab yang pada itninya mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik indonesia. Pengakuan kemerdekaan ini dihimpun dari beberapa negara seperti Mesir, Libanon, Suriah, Afganistan, Arab Saudi, dan Iraq, sebagai berikut:
Lucutnya KNIL dari Jepang serta kedatangan AFNEI dna NICA lantas membuat gaduh dengan menebarkan teror di wilayah Indonesia. Provokasi di mana-mana dan mereka berusaha memancing keributan terjadi di negeri ini. Perilaku yang benar-benar tidak menghormati kedaulatan Indonesia ini akhirnya membuat konflik Indonesia Belanda pecah. Demikianlah informasi yang bisa kami sajikan terkait dengan sejarah peran dunia internasional dalam penyelesaian perkara Indonesia dengan Belanda. Semoga artikel ini bisa memberikan pengetahuan baru dan memperluas wawasan Anda mengenai secuil sejarah hubungan Indonesia dengan Belanda. |