Show
Setelah berakhirnya perang dunia kedua negara-negara sekutu pemenang perang dunia kedua melakukan pertemuan multilateral untuk membahas tatanan baru geopolitik di negara-negara yang menjadi korban perang dunia kedua. Beberapa perjanjian mengacu pada situasi dan kondisional kejadian untuk penandatanganan perjanjian dengan tujuan perdamaian di masa depan. Perjanjian Akhir Perang Dunia KeduaTerdapat beberapa Perjanjian yang mengakhiri Perang Dunia II, Antara lain: Perjanjian Sekutu Dengan JermanPerjanjian Potsdam pada Agustus 1945 yang dihadiri Truman (Amerika Serikat), Stalin (Rusia), dan Winston Chusrcill (Inggris) untuk menentukan nasib Jerman. Isi Perjanjian Potsdam, antara lain:
Perjanjian Sekutu Dengan JepangPerjanjian antara Sekutu dengan Jepang, di sahkan di San Frasisco pada tanggal 08 September 1945, seperti berikut ini:
Perjanjian Sekutu Dengan ItaliaPerjanjian di Paris tahun 1947 menentukan nasib Italia yang berisi:
Perjanjian Sekutu Dengan AustriaPerjanjian Sekutu-Austria dilaksanakan di Austria pada tahun 1945 dengan berbagai keputusan, seperti berikut ini:
Perjanjian Sekutu Dengan Negara Balkan Dan SkandinaviaPerjanjian Sekutu dengan Hongaria, Rumania, Bulgaria, Finlandia ditentukan di Paris tahun 1945 dengan beberapa keputusan yang pada intinya sama , yaitu:
Perdamaian Bersama Diatas Kapal MissouriPerjanjian perdamaian di atas kapal Missouri 2 September 1945:Jepang menandatangani perjanjian perdamaian di atas kapal Missouri milik Amerika Serikat, dan Perang Dunia II di kawasan Asia Pasifik berakhir. Menyerahnya Jepang pada bulan Agustus 1945 menandai akhir Perang Dunia II. Siaran Perintah Kaisar mengenai kapitulasi Tepat pukul 12.00 tengah hari Waktu Standar Jepang tanggal 15 Agustus di udarakan rekaman pidato Kaisar Jepang kepada rakyat yang berisi Perintah Kekaisaran tentang Penghentian Perang. Sebagian di antara isinya: Walaupun selama tahun empat tahun semua telah menunjukkan yang terbaik--kekuatan angkatan laut dan angkatan darat yang telah bertempur dengan gagah berani, ketekunan dan kegigihan banyak pegawai negeri kami, dan pengabdian setia seratus rakyat kami. Situasi perang berkembang tidak selalu ke arah keuntungan Jepang, sementara situasi umum dunia tidak menguntungkan kepentingan kita.Tepat pukul 12.00 tengah hari Waktu Standar Jepang tanggal 15 Agustus diudarakan rekaman pidato Kaisar Jepang kepada rakyat yang berisi Perintah Kekaisaran tentang Penghentian Perang. Sebagian di antara isinya:
Pidato Kaisar Jepang meyakinkan kepada tentara Jepang dan masyarakat Jepang agar menghormati perjanjian perdamaian dan tidak meneruskan gerilya serta menyerahkan senjata kepada sekutu. Bila memang sudah demikian, bagaimana kita akan menyelamatkan berpuluh-puluh juta rakyat kami, atau menebusnya di depan arwah suci para leluhur kaisar? Ini adalah alasan mengapa kami telah menerima syarat-syarat Deklarasi Bersama. Bila dipikirkan, selanjutnya penderitaan yang akan dialami kekaisaran, pastinya akan sangat luar biasa. Kami mengetahui ketulusan hati Anda, rakyat sekalian. Namun, ke mana pun tuntutan waktu dan nasib akan membawa kami, dengan menahan apa yang tidak tertahankan, dan menderita penderitaan yang tidak terperikan, kami menginginkan kedamaian abadi.
DONASI LEWAT PAYPAL Mohon bantu berikan donasi apabila artikel ini memberikan manfaat. Terimakasih. Jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas adalah A. Untuk lebih detailnya, yuk pahami penjelasan berikut: Perang Dunia I berakhir dengan kekalahan Blok Sentral yang berisi Jerman, Austria-Hongaria, Bulgaria, dan Kekaisaran Turki Ottoman. Perang Dunia 1 berakhir pada tahun 1918, tepatnya pada bulan ke-11, tanggal 11, jam 11 siang. Sedangkan blok pemenang, yaitu Blok Sekutu dalam Perang Dunia I terdiri dari Inggris Raya, Italia, Perancis, Rusia, Romania, Jepang, dan Amerika Serikat (AS). Perjanjian Versailles (1919) adalah suatu perjanjian damai yang secara resmi mengakhiri Perang Dunia I antara Sekutu dan Kekaisaran Jerman. Setelah enam bulan negosiasi melalui Konferensi Perdamaian Paris, perjanjian ini akhirnya ditandatangani sebagai tindak lanjut dari perlucutan senjata yang ditandatangani pada bulan November 1918 di Compiègne Forest, yang mengakhiri perseteruan sesungguhnya. Salah satu hal paling penting yang dihasilkan oleh perjanjian ini adalah bahwa Jerman menerima tanggung jawab penuh sebagai penyebab peperangan dan, melalui aturan dari pasal 231-247, harus melakukan perbaikan-perbaikan pada negara-negara tertentu yang tergabung dalam Sekutu.
Jerman[1] Blok Sekutu
Lainnya
Negosiasi di antara negara-negara sekutu dimulai pada 7 Mei 1919, pada peringatan tenggelamnya RMS Lusitania. Aturan yang diterapkan terhadap Jerman pada perjanjian tersebut antara lain adalah penyerahan sebagian wilayah Jerman kepada beberapa negara tetangganya, pelepasan koloni seberang lautan dan Afrika milik Jerman, serta pembatasan pasukan militer Jerman yang diharapkan dapat menghambat Jerman untuk kembali memulai perang. Karena Jerman tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam negosiasi, pemerintah Jerman mengirimkan protes terhadap hal yang dianggap mereka sebagai sesuatu yang tidak adil, dan selanjutnya menarik diri dari perundingan. Belakangan, menteri luar negeri baru Jerman, Hermann Müller, setuju untuk menandatangani perjanjian pada 28 Juni 1919. Perjanjian ini sendiri diratifikasi oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Januari 1920. Di Jerman, perjanjian ini menimbulkan keterkejutan dan rasa malu yang berperan terhadap runtuhnya Republik Weimar pada 1933, terutama karena banyak orang Jerman tidak percaya bahwa mereka harus menerima tanggung jawab penuh sebagai pemicu perang. "Empat Besar" (Big Four) yang melakukan negosiasi perjanjian ini adalah Perdana Menteri David Lloyd George dari Britania Raya, Perdana Menteri Georges Clemenceau dari Prancis, Vittorio Orlando dari Italia, dan Presiden Woodrow Wilson dari Amerika Serikat. Jerman tidak diundang ke Prancis untuk mendiskusikan perjanjian. Di Versailles saat itu, sulit untuk mencapai kesepakatan bersama karena tujuan mereka saling konflik satu sama lain. Hasil perundingan disebut-sebut sebagai suatu kompromi yang tidak disukai oleh pihak manapun. Perjanjian ini menciptakan keadaan kondusif didirikannya Liga Bangsa-Bangsa, sebuah tujuan utama Presiden A.S. Woodrow Wilson. Liga Bangsa-Bangsa dimaksudkan untuk menengahi konflik-konflik internasional dan dengan ini mencegah perang pada masa depan. Hanya empat dari “Empat belas butir” (Fourteen Points) Wilson diwujudkan, karena ia harus berkompromi dengan Clemenceau, Lloyd George dan Orlando pada beberapa butir dan sebagai gantinya dapat mempertahankan butirnya yang “keempatbelas” Liga Bangsa-Bangsa. Pandangan umum ialah bahwa Clemenceau dari Prancis adalah yang paling bersemangat dalam membalas dendam Jerman, Front Barat perang terutama berada di wilayah Prancis. Perjanjian ini dianggap tidak adil kala itu karena merupakan perdamaian yang didikte oleh para pemenang dan secara keseluruhan menyalahkan perang kepada Jerman. Hal ini sungguh menyederhanakan situasi. Beberapa sejarawan modern berpendapat bahwa perjanjian ini cukup adil karena merefleksikan syarat-syarat berat yang didiktekan kepada Rusia oleh Jerman dengan Perjanjian Brest-Litovsk. Daerah yang Diserahkan
Dalam Pasal 156 Jerman menyerahkan konsesi-konsesi Jerman di Shandong, Tiongkok kepada Jepang dan tidak menyerahkannya kembali ke Tiongkok. Kemarahan warga Tiongkok mengenai keputusan ini mengakibatkan demonstrasi dan gerakan kebudayaan yang dikenal dengan istilah Gerakan Empat Mei dan memengaruhi Negara ini untuk tidak menanda tangani perjanjian. Tiongkok menyatakan selesai perang dengan Jerman pada September 1919 dan menanda tangani perjanjian terpisah dengan Jerman pada tahun 1921. Syarat-Syarat MiliterBatasan-batasan MiliterSelain menyerahkan daerah, ada beberapa batasan untuk Jerman di bidang militer, antara lain:
Gewehr 98, senjata yang dibatasi produksinya setelah perjanjian Versailles Larangan MiliterJuga ada beberapa hal yang dilarang dalam bidang Militer, antara lain
|