Sebaliknya anak yang suka mencela dengan perkataan yang buruk merupakan bukti anak tersebut tidak

Sobat Rihaal – Seringkali kita sebagai manusia melakukan kekhilafan dengan mencela orang lain. Mulut kita seringkali tidak terkontrol untuk memberi komentar-komentar tidak baik kepada orang lain. Sebagai contoh, ketika ada tetangga yang mempunyai anak kecil berbadan gendut ataupun berbadan kurus. Seketika keluarlah kata-kata “gendut sekali atau kurus sekali anaknya Bu” dari mulut kita. Mungkin sebagian orang, berfikir bahwa mengatakan hal itu terasa biasa saja.

Akan tetapi, tahukah sobat? Ketika kita melontarkan perkataan ejekan seperti itu, secara tidak langsung kita telah menyakiti hati orangtua dari si anak. Bayangkan betapa kesal dan menderitanya sang ibu jika mendengar anaknya yang tidak mempunyai kesalahan terhadap kita, tetapi kita malah mengejek anak-anak mereka. Pasti sobat pernah mendengar kata-kata “Mulutmu adalah harimaumu” . ungkapan tersebut juga selaras dengan penjelasan dari Imam Bukhari bahwa, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR. Bukhari)

Dampak Bagi yang Diejek

Sebaliknya anak yang suka mencela dengan perkataan yang buruk merupakan bukti anak tersebut tidak
Suka mengejek juga bisa dikategorikan sebagai sikap bullying. Banyak dampak buruk yang akan dirasakan oleh anak-anak jika mereka terkena bullying. Anak yang sejak kecil selalu menjadi bahan ejekan saudara-saudaranya , lama-kelamaan dalam dirinya akan terbentuk konsep diri yang negatif. Anak akan merasa tidak percaya diri bila berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat atau di antara teman-teman sepermainannya.

Apabila yang menjadi bahan ejekan adalah kelemahan fisik si anak, missal gemuk. Dampaknya, anak akan merasa minder dan tidak bisa menerima keadaan dirinya. Sama halnya bila ejekan tersebut sudah terbentuk semacam labeling dalm diri anak. Seperti si gendut, si bodoh, dll. Anak akan merasa, di mana pun ia berada, baik di rumah, sekolah maupun lingkungan permainannya, dia akan diejek dengan kata-kata yang sama.

Lebih parahnya lagi, ketika si anak memiliki sifat sensitive. Ia semakin introvert atau menutup diri dari orang lain. Atau bisa juga berdampak sebaliknya. Anak akan menjadi sangat agresif dan menyerang balik dengan cara mencari korban yang lebih lemah dari dirinya.

Baca juga: Begini Caranya Agar Hubungan Kakak dan Adik Selalu Akur

Peran Orangtua

Saat anak kita diejek oleh orang lain, disinilah kita sebagai orang tua melakukan peran kita sesungguhnya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, seperti:

Menunjukkan rasa empati bisa dengan cara mendekati anak, memeluknya dan mengatakan padanya jika apa yang dikatakan oleh orang yang mengejek itu tidaklah benar. Pujilah si anak dengan mengatakan bahwa kekurangan yang dimilikinya itu tidaklah buruk, dan masih bisa diperbaiki.

Kita dapat membantu anak untuk melepaskan diri dari rasa kesal dengan mengajaknya makan bersama, bermain agar dia bisa melupakan rasa kesalnya. Atau kita juga bisa menanyakan kepada si anak bagaimana sosok orang yang mengejeknya tersebut. Jika mungkin tidak terlalu pandai, kita bisa menghibur hati anak dengan berkata bahwa “tenang saja, dia tidak lebih pandai dari adek. Jadi adek jangan berkecil hati.”

Tindakan ini bisa dilakukan jika perbuatan si pengejek sudah sangat diluar batas. Kita bisa mengatakan kepada orangtua si pengejek tentang sikap anaknya tentang kebiasaan buruk anak mereka dan meminta peran orangtua agar bisa menghentikan kebiasaan buruknya.

Hukum Mengejek Dalam Islam

Mengutip firman Allah Ta’ala:

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata” (Al-Ahzab:58)

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” (Al-Israa:36)

Firman Allah diatas menunjukkan betapa dilarangnya kita untuk mencela dan menyakiti orang lain. Sebab orang muslim yang beriman pastilah mengetahui jika salah satu dosa yang akan dihisab oleh Allah SWT adalah zina lisan. Untuk itu, lebih baik diam daripada berkata yang tidak baik.

6,031 total views, 2 views today

Jumat, 21 Februari 2014

Oleh : H. Teguh Triono

Kedua orangtua adalah manusia yang paling berjasa dan utama bagi diri seseorang. Allah ta’ala telah memerintahkan dalam berbagai tempat di dalam al Qur’an agar berbakti kepada kedua orangtua. Allah menyebutkan berbarengan dengan pentauhidan-Nya. Hak kedua orangtua merupakan hak terbesar yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim. Beberapa hak yang wajib dilakukan oleh anak semasa kedua orangtua hidup dan setelah meninggal. antara lain :

A. Semasa Hidup :

1. Mentaati Selama Tidak Mendurhakai Allah

Mentaati kedua orangtua hukumnya wajib atas setiap Muslim. Haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun mendurhakai mereka berdua kecuali apabila mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah atau mendurhakai-Nya. Firman-Nya yang artinya : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” [QS.Lukman/31: 15]. Adapun jika bukan dalam perkara yang mendurhakai Allah, wajib mentaati keduanya. Ini termasuk perkara yang paling diwajibkan. Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh mendurhakai apa saja yang diperintahkan oleh kedua orangtua.

2. Berbakti dan Merendahkan Hati

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya): “Kami perintahkan kepada manusia suapaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya..” [QS.Al Ahqaf/46: 15]. “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak..” [QS.An- Nisaa’/4:36]

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan lanjut hingga kondisi mereka melemah dan sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari anaknya. Firman-Nya yang artinya: “…..dan hendaklah kamu berbuat bik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai, Rabbku, kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [QS. Al-Israa’/17: 23-24].

Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti kedua orang tua, walaupun dengan isyarat atau dengan ucapan ‘ah’. Termasuk berbakti kepada keduanya ialah senantiasa membuat mereka ridha dengan melakukan apa yang mereka inginkan, selama hal itu tidak mendurhakai Allah. Tidak boleh mengeraskan suara melebihi suara kedua orang tua atau di hadapan mereka berdua. Tidak boleh juga berjalan di depan mereka, masuk dan keluar mendahului mereka, atau mendahului urusan mereka berdua.

3. Meminta Izin Sebelum Berjihad dan Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki datang menghadap Rasulullah dan bertanya: “Ya Rasulullah, apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai kedua orangtua?” Laki-laki itu menjawab: “Masih.” Beliau bersabda: “Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya.” Hadits lain menyebutkan: Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan berkata: “Aku datang membai’atmu untuk hijrah dan aku tinggalkan kedua orang tuaku menangisi (kepergianku).” Maka Nabi bersabda: “Pulanglah dan buatlah mereka tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka menangis.”

4. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah yang Mereka Inginkan

Rasulullah pernah bersabda kepada seorang laki-laki ketik ia berkata: “Ayahku ingin mengambil hartaku.” Nabi bersabda: “Kamu dan hartamu milik ayahmu.” Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah berbuat baik kepadanya.

5. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa besar. Rasulullah bersabda: “Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya.” Para Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya?” Beliau menjawab: “Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya.”

6. Mendahulukan Ibu daripada Ayah

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah: “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?” Beliau menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Beliau kembali menjawab: “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya: “Kemudian siapa lagi? Beliau menjawab: “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” tanyanya. “Ayahmu.” Jawab beliau. Maksud lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu yaitu lebih bersikap lemah lembut, lebih berperilaku baik dan memberikan sikap yang lebih halus daripada ayah.

B. Setelah Orangtua Meninggal Dunia :

1. Menshalati Keduanya

Maksud menshalati disini adalah mendoakan keduanya. Yakni, setelah mereka meninggal dunia, karena ini termasuk bakti kepada mereka. Oleh karena itu, seorang anak hendaknya lebih sering mendoakan kedua orangtuanya setelah mereka meninggal daripada ketika masih hidup. Sabda Rasulullah: “Apabila manusia sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya.”

2. Menunaikan Janjinya

Hendaknya seseorang menunaikan wasiat orang tua dan melanjutkan secara berkesinambungan amalan-amalan kebaikan yang dahulu pernah dilakukan keduanya. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amalan kebaikan yang dulu pernah dilakukan dilanjutkan oleh anak-anaknya.

3. Memuliakan dan Menyambung Silaturrahmi Kerabat dan Teman-temannya

Memuliakan teman dan menyambung silaturrahmi kerabat dan teman kedua orangtua juga termasuk berbuat baik kepada orang tua. Sabda Rasul: “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman orangtua setelah mereka meninggal.”

**