Ahad , 21 Jul 2013, 05:02 WIB Show ARNI Agresi Militer I Belanda ke Indonesia Red: M Irwan Ariefyanto REPUBLIKA.CO.ID,Operatie Product atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan mulai hari ini di 1947 sampai 5 Agustus 1947. Operasi militer ini merupakan bagian dari Aksi Polisionil yang diberlakukan Belanda dalam rangka mempertahankan penafsiran Belanda atas Perundingan Linggarjati. Dari sudut pandang Republik Indonesia, operasi ini dianggap merupakan pelanggaran dari hasil Perundingan Linggajati. Agresi ini berawal saat 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum supaya RI menarik mundur pasukan sejauh 10 km. dari garis demarkasi. Tentu pimpinan RI menolak permintaan Belanda ini.Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.Konferensi pers pada malam 20 Juli di istana, di mana Gubernur Jenderal HJ Van Mook mengumumkan pada wartawan tentang dimulainya Aksi Polisionil Belanda pertama. Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, JA Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.Pada agresi militer pertama ini, Belanda juga mengerahkan kedua pasukan khusus, yaitu Korps Speciale Troepen (KST) di bawah Westerling yang kini berpangkat Kapten, dan Pasukan Para I (1e para compagnie) di bawah Kapten C. Sisselaar. Pasukan KST (pengembangan dari DST) yang sejak kembali dari Pembantaian Westerling|pembantaian di Sulawesi Selatan belum pernah beraksi lagi, kini ditugaskan tidak hanya di Jawa, melainkan dikirim juga ke Sumatera Barat. Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan.
sumber : Wikipedia
Jawaban: Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penjelasan: semoga membantu ya dek semangat belajar nya dek
Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947. KOMPAS.com - Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda yang dilakukan di Jawa dan Sumatera terhadap Republik Indonesia. Agresi militer Belanda I dilakukan dari 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I di Indonesia karena ingin menguasai sumber daya alam yang ada di Pulau Sumatera dan Jawa. Baca juga: Agresi Militer Belanda I Alasan Belanda Melakukan Agresi Militer I di IndonesiaPada 27 Mei 1947, Belanda mengirimkan sebuah ultimatum kepada Indonesia yang harus segera dijawab dalam rentang waktu 14 hari. Ultimatum itu membahas mengenai:
Ketika itu, Presiden Soekarno meminta Amir Sjarifuddin untuk melakukan perundingan dengan Belanda. Pertemuan mereka berlangsung tanggal 14 hingga 15 Juli 1947. Namun, perundingan ini tidak menghasilkan jawaban apa-apa. Indonesia masih bersikeras tetap mempertahankan kesatuan bersama. Pemerintah Indonesia menolak dengan tegas untuk mematuhi ultimatum yang dikirimkan Belanda. Penolakan dari Indonesia ini yang kemudian membuat Belanda melancarkan Agresi Militer di Indonesia pada 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947.
Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947. KOMPAS.com - Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bukanlah akhir dari perjuangan kemerdekaan. Bangsa Indonesia harus berjuang kembali untuk mempertahankan kedaulatan melawan Belanda yang ingin kembali menjajah di Indonesia. Belanda melaksanakan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi Militer Belanda I juga biasa disebut dengan Operatie Product. Berikut beberapa latar belakang Agresi Militer Belanda I, yaitu:
Baca juga: Konflik Indonesia – Belanda dan Pengaruhnya Agresi Militer Belanda I bertujuan untuk menguasai sumber daya alam di pulau Sumatra dan Jawa. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam, Belanda mulai melancarkan aksi militer. Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat. Pasukan Belanda di Surabaya digerakan untuk menguasai Madura dan Jawa Timur. Sedangkan Pasukan Belanda di Semarang digerakan untuk menguasai Jawa Tengah. Prioritas Agresi Militer di pulau Jawa adalah untuk menguasai kawasan pelabuhan pesisir utara, perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula. Di Sumatera, Belanda mampu menguasai perkebunan di sekitar Medan serta tambang minyak dan batu bara di sekitar Palembang. Baca juga: Peran Internasional dalam Penyelesaian Konflik Indonesia – Belanda
Agresi Militer Belanda 1 merupakan kejadian penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa tersebut terjadi setelah Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati. Adanya agresi militer ini menimbulkan protes dari dunia internasional. Bagi Indonesia, peristiwa agresi militer memberikan beberapa dampak. Ulasan lengkap tentang Agresi Militer Belanda 1 akan dijabarkan pada penjelasan di bawah ini. Mengutip dari tirto.id, perjanjian Linggarjati yang sudah disepakati ternyata tidak membuat perselisihan antara Indonesia dan Belanda mereda. Pihak Indonesia merasa bahwa setelah proklamasi kemederkaan, maka Indonesia telah menjadi negara yang berdaulat dan berhak mempertahankan kemedekaannya atas seluruh wilayah bekas jajahan Belanda. Di lain hal, Belanda tetap teguh pada isi pidato Ratu Wilhelmina pada 7 Desember 1942. Pidato tersebut berisi bahwa suatu hari akan dibentuk persemakmuran antara Kerjaan Belanda dan Hindia (Indonesia) di bawah naungan Kerjaan Belanda. Hal tersebut yang menjadi penyebab Agresi Militer Belanda 1. Dari sumber lain diterangkan setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda I, yaitu tujuan politik, ekonomi, dan militer.
Baca JugaMenurut penjelasan dalam skripsi berjudul “Agresi Militer Belanda I dan II (Periode 1947 – 1949) dalam Sudut Pandang Hukum Internasional”, disebutkan bahwa Belanda menyebut Agresi Militer Belanda 1 terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 5 Agustus 1947. Operasi militer terjadi terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra. Belanda juga menyebut operasi ini sebagai Aksi Polisionil dan menyebutkan bahwa tindakan yang dilakukannya sebagai urusan dalam negeri demi mengembalikan ketertiban umum. Maka dari itu, Belanda mengabaikan seruan dunia internasional untuk menaati isi perjanjian Linggarjati dan menghentikan pertikaian dengan Indonesia. Agresi militer dilancarkan setelah Gubernur Jendral Van Mook mengeluarkan ultimatum agar pihak Indonesia menarik mundur pasukannya sejauh 10 km dari garis demarkasi. Tentu saja ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia. Tak hanya mengeluarkan ultimatum yang memerintahkan pasukan Indonesia mundur, Van Mook juga dengan lantang menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan Perjanjian Linggarjati. Setelah itu, Belanda mulai melakukan serangan dengan cepat dan mendadak menggunakan kekuatan militer yang besar dengan perlengkapan modern. Serangan tersebut membuat pihak Indonesia terkejut dan Indonesia tidak bisa menandingi kekuatan belanda pada saat itu. Akibatnya, Belanda dengan mudah menduduki beberapa wilayah di Jawa dan Sumatra. Tak hanya itu, para diplomat Indonesia yang berada di Jakarta juga banyak yang ditangkap Belanda. Baca JugaAgresi Militer Belanda 1 menulai banyak kecaman dari dunia internasional termasuk Inggris dan Amerika Serikat. Kedua negara tersebut merasa kecewa dengan serangan yang dilakukan Belanda. Sebagian besar negara mengkhawatirkan terjadi pergolakan berkepanjangan yang mengakibatkan kekacauan politik, militer, dan ekonomi. Banyak negara yang memanfaatkan situasi tersebut untuk memperbesar pengaruh di Indonesia. Di lain hal, Belanda membela tindakan mereka dengan mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB, dengan isi surat antara lain:
Dari isi surat tersebut Belanda mengklaim bahwa pihak RI melakukan tindakan kejahatan dan perlu dihukum. Sehingga Belanda merasa perlu melakukan Aksi Polisionil demi ketertiban umum. Belanda merasa Indonesi tidak sanggup mempertahankan keamanan dan enggan bekerja sama dengan Belanda. Baca JugaNamun dunia internasional tidak bisa menerima argumentasi yang disampaikan Belanda. Dengan demikian, dunia internasional juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa Belanda telah mengerahkan kekuatan militer secara besar-besaran untuk agresi militer di Indonesia. Tanggal 31 Juli 1947, Indonesia juga menulis surat kepada Dewan Keamanan PBB yang berisi permintaan agar Dewan Keamanan bertindak untuk mengatasi sengketa Indonesia-Belanda. Berkat inisiatif India dan Australia, persoalan agresi tersebut berhasil dibawa ke Dewan Keamanan PBB. Setelah melalui perdebatan yang sengit, akhirnya Dewan Keamanan PBB mencela agresi militer tersebut dan berpendapat bahwa pertikaian tersebut harus segera dihentikan. Belanda kemudian menyadari bahwa pihaknya harus menaati PBB agar tidak terkena sanksi. Maka pada tanggal 5 Agustus 1947, Agresi Militer Belanda 1 dihentikan dan penyelesaian masalah dilanjutkan melalui meja perundingan. Dampak Agresi Militer IAgresi Militer Belanda 1 ternyata memiliki dampak positif dan negarif bagi Indonesia. Melansir dari tirto.id, berikut uraiannya: Dampak Positif
Baca Juga
|