Saluran reproduksi pria yang berfungsi untuk menyalurkan sperma ke uretra adalah

Fungsi Duktus Epididimis

Liputan6.com, Jakarta Fungsi duktus epididimis cukup penting sebagai bagian dari organ reproduksi. Duktus epididimis atau sering juga disebut sebagai epididimis merupakan organ reproduksi bagian dalam pada pria. Epididimis adalah saluran berkelok-kelok dalam skrotum yang keluar dari testis.

Epididimis memiliki bentuk berupa saluran yang berjumlah sepasang, yang secara umum berfungsi sebagai tempat peyimpanan sperma sementara. Epididimis terdiri dari caput (kepala), corpus (tubuh), dan cauda (ekor). 

Fungsi duktus epididimis berbeda pada masing-masing bagiannya. Kepala, tubuh, dan ekor epididimis memiliki fungsinya masing-masing dalam sistem reproduksi, terutama dalam menyimpan dan menyalurkan sperma ke bagian lainnya.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/2/2021) tentang fungsi duktus epididimis.

Organ Reproduksi Pria

Duktus Epididimis merupakan salah satu bagian dari organ reproduksi pria. Oleh karena itu, sebelum mengenali fungsi duktus epididimis, kamu tentu harus memahami organ reproduksi pria terlebih dahulu.

Alat reproduksi pria dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu organ reproduksi bagian luar dan dalam.   

Organ Reproduksi Bagian Luar

Organ reproduksi bagian luar terdiri dari penis dan skrotum. Penis merupakan alat reproduksi pria yang berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma. Di dalam penis terdapat uretra yang merupakan muara bagi saluran kencing dan saluran kelamin.

Di samping itu, di dalam penis juga terdapat korpus kavernosum atau badan rongga, yaitu dua korpus kavernosum penis di sisi uretra dan satu korpus kavernosum penis di bawah uretra. Apabila terjadi rangsangan rongga ini akan terisi darah, sehingga dapat menyebabkan penis membesar dan memanjang serta menegang yang dikenal sebagai proses ereksi.

Selain itu, pada penis terdapat bagian yang disebut kepala penis (glans penis). Bagian ini merupakan ujung penis tempat terdapatnya lubang uretra (urifisium uretra) dan ujung-ujung saraf perasa. Pada kepala penis terdapat kulit penutup yang dapat melipat disebut kulup (preputium).

Selain penis, ada juga Skrotum sebagai organ reproduksi bagian luar. Skrotum merupakan kantong yang membungkus atau melindungi testis, dan berjumlah sepasang kanan dan kiri. Di antara skrotum kanan dan kiri terdapat jaringan ikat serta otot polos. Adanya otot polos mengakibatkan skrotum dapat mengerut dan mengendur. Terdapat pula otot lurik yang berfungsi mengatur suhu di sekitar testis agar selalu stabil (pembentukan sperma memerlukan suhu sedikit dibawah suhu tubuh yaitu 34°C).

Organ Reproduksi (Ilustrasi: sexualhealthmen.com)

Organ reproduksi bagian dalam terdiri dari testis, saluran kelamin, dan kelenjar kelamin. Testis/gonad jantan berjumlah sepasang dan berfungsi memproduksi sperma melalui proses spermatogenesis dan memproduksi testosteron. Terdapat saluran-saluran halus disebut tubulus seminiferus yang menjadi tempat pembentukan sperma.  

Sementara itu, saluran kelamin berfungsi menyalurkan sperma dari testis keluar tubuh melalui penis. Saluran kelamin terdiri dari duktus epididimis, duktus deferens, vesikula seminalis, dan duktus ejakulatorius.  

Kelenjar kelamin berfungsi menghasilkan sekret. Kelejar kelamin yang melengkapi saluran kelamin terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretra.  

Duktus epididimis merupakan bagian dari saluran kelamin sebagai organ reproduksi bagian dalam pada pria. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fungsi duktus epididimis berbeda pada masing-masing bagiannya. Fungsi duktus epididimis secara umum adalah untuk menyimpan dan mengangkut sperma yang diproduksi oleh testis.

Fungsi duktus epididimis pada bagian kepalanya adalah sebagai tempat menyimpan sperma. Fungsi duktus epididimis pada bagian tubuh berperan sebagai tempat pematangan sperma. Proses pematangan sperma biasanya membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Sementara itu, fungsi duktus epididimis pada bagian ekor bertugas menyalurkan sperma ke saluran ejakulasi.

Berbagai fungsi duktus epididimis tersebut bisa terganggu jika epididimis mengalami infeksi, peradangan, atau masalah kesehatan lainnya.

Organ Reproduksi Pria

Setelah mengetahui berbagai fungsi duktus epididimis, kamu juga perlu mengenali gangguan apa saja yang bisa terjadi pada salah satu bagian pada organ reproduksi pria ini. Ada beragam penyakit yang bisa menyerang epididimis, di antaranya:

Epididimitis. Epididimitis merupakan peradangan pada epididimis yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada saluran kemih, infeksi prostat, atau penyakit menular seksual. Penyakit ini juga bisa disebabkan oleh benturan di pangkal paha atau pengaruh penyakit tuberkulosis. Meski bisa dialami oleh pria di berbagai usia, epididimitis umumnya menyerang pria usia 14–35 tahun.

Kista epididimis. Kista epididimis (spermatocele) merupakan kantong berisi cairan yang terbentuk di dalam saluran epididimis. Penyebab kista epididimis masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh penyumbatan dalam saluran epididimis. Kista epididimis yang masih berukuran kecil sering kali tidak terdeteksi. Benjolan umumnya baru dapat dirasakan saat ukurannya mulai membesar. Benjolan yang muncul menyerupai gumpalan lunak dan dapat bergerak bila diraba.

Epididimo-orchitis. Epididimo-orchitis adalah peradangan pada epididimis dan testis karena infeksi, terutama infeksi saluran kemih atau infeksi menular seksual. Epididimo-orchitis ditandai dengan pembengkakan dan rasa nyeri pada skrotum.

Beberapa jenis gangguan dan penyakit yang paling sering menyerang alat reproduksi pria antara lain sebagai berikut.

1. Impotensi

Impotensi atau yang juga dikenal dengan disfungsi ereksi adalah kondisi ketika penis tidak bisa mengeras (ereksi) secara optimal.

Disfungsi ereksi memiliki beberapa bentuk, seperti tidak bisa ereksi, kesulitan mempertahankan ereksi, hingga bisa ereksi tapi penis kurang keras. Alhasil, pria jadi kesulitan untuk melakukan penetrasi saat berhubungan seksual.

Kondisi ini bisa terjadi seiring bertambahnya usia pria. Akan tetapi, seorang pria juga bisa mengalami impotensi karena mengalami kondisi psikologis dan riwayat medis tertentu, gangguan hormon, kerusakan saraf di penis, hingga kelebihan berat badan.

2. Anorgasmia

Dalam beberapa kasus, pria mungkin tidak bisa mencapai orgasme meski sudah mendapatkan stimulasi yang memadai.

Kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari masalah hormonal atau penyakit saraf di sekitar alat reproduksi pria. Selain itu, riwayat penyakit seperti diabetes juga bisa membuat kondisi ini lebih mungkin terjadi.

3. Infeksi menular seksual

Berbagai infeksi menular seksual dapat memengaruhi alat reproduksi pria. Penyakit menular seksual ini termasuk kutil kelamin, klamidia, gonore, sifilis, dan herpes genital.

Buang air kecil yang menyakitkan, keluarnya cairan yang tidak biasa dari penis, hingga penis terasa nyeri terus-terus merupakan berbagai gejala khas dari infeksi menular seksual yang perlu Anda waspadai.

4. Gairah seksual rendah

Gairah seks rendah pada pria digambarkan sebagai sebuah kondisi terjadinya penurunan minat seseorang terhadap aktivitas seksual.

Meski bisa terjadi seiring bertambahnya usia, gairah seksual rendah juga bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti gaya hidup tidak sehat, riwayat penyakit tertentu, atau pengaruh hormon.

5. Penyakit dan kondisi lainnya

Jika Anda tidak menjaga kebersihan organ intim ini dengan baik dan benar, maka Anda lebih rentan terkena berbagai infeksi. Salah satunya infeksi jamur pada penis yang dapat menimbulkan ruam kemerahan dan bercak putih pada penis.

Kulit dan kepala penis juga bisa mengalami peradangan dan menimbulkan rasa nyeri. Dalam istilah medis, kondisi ini disebut dengan balanitis. Balanitis dapat menyebabkan rasa sakit dan keluarnya kotoran dari penis yang berbau busuk. Kondisi ini cenderung lebih sering terjadi pada pria yang tidak disunat.

Selain itu, pria juga bisa mengalami penis bengkok, yang dalam istilah medis disebut penyakit Peyronie. Penyakit Peyronie adalah masalah pada penis yang disebabkan oleh jaringan parut, atau disebut plak, yang terbentuk di dalam penis.

Penyakit ini dapat membuat penis bengkok ke atas atau ke samping. Kebanyakan pria dengan penyakit Peyronie masih bisa berhubungan seks. Akan tetapi, mungkin terasa sangat sulit dan menyakitkan.

Tips mudah merawat kesehatan alat reproduksi pria

Saluran reproduksi pria yang berfungsi untuk menyalurkan sperma ke uretra adalah

Merawat penis tak boleh sembarangan. Pasalnya, alat reproduksi pria ini sangat sensitif sehingga salah perawatan justru bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan.

Nah, guna menghindari hal tersebut, berikut panduan merawat alat reproduksi pria yang dapat Anda lakukan dengan mudah dan aman.

1. Bersihkan penis dengan cara yang benar

Membersihkan penis tak sekadar membasuhnya dengan air saja. Ada beberapa langkah yang perlu Anda perhatikan agar kesehatan penis bisa terjaga dengan baik, di antaranya:

  • Bilas area pangkal penis termasuk testis dan rambut kemaluan dengan air bersih setelah berkemih. Pastikan daerah pangkal testis dan anus juga bersih dan bebas bau. Setelah itu, keringkan area tersebut dengan baik dan menyeluruh.
  • Selain berkemih, Anda juga dianjurkan untuk membilas penis sebelum dan setelah berhubungan seksual, atau selesai melakukan masturbasi.
  • Hindari menaburkan bedak, menyemprotkan deodoran, atau menggunakan sabun pewangi karena bisa menyebabkan iritasi kulit.

2. Pilih celana dalam yang tepat

Di pasaran, terdapat banyak sekali pilihan celana dalam untuk pria. Secara umum untuk menjaga kesehatan alat reproduksi pria secara keseluruhan, sebaiknya Anda memilih celana dalam yang berbahan katun dan tidak ketat, seperti boxer.

Dikutip dari sebuah studi yang diterbitkan oleh European Society of Human Reproduction and Embryology, peningkatan suhu di area penis dan skrotum tidak baik untuk sperma.

Peningkatan suhu akibat memakai celana dalam ketat dapat berpengaruh pada tingkat motilitas dan kualitas sperma, termasuk kemampuannya dalam membuahi sel telur.

Selain hal tersebut, yang tidak kalah penting untuk Anda perhatikan adalah untuk selalu menjaga kebersihannya, dengan rutin ganti celana dalam setiap hari.

3. Berhubungan seks aman

Salah satu prinsip untuk melakukan hubungan seks yang aman adalah menggunakan kondom. Kondom berguna untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tak diinginkan. Lebih jauh, kondom juga dapat membantu Anda terhindar dari risiko penyakit menular seksual.

Selain itu beberapa tips perilaku seks yang aman untuk Anda perhatikan, di antaranya:

  • Hindari bergonta-ganti pasangan seks.
  • Menjaga kebersihan organ intim, baik sebelum atau sesudah berhubungan seks.
  • Melakukan tes penyakit kelamin berkala, serta cek riwayat seksual bersama pasangan.
  • Menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom dan pil KB untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan.

4. Menjalani pola hidup sehat dan seimbang

Kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan akan memengaruhi sistem reproduksi pria. Langkah awal yang dapat Anda lakukan adalah dengan memilih asupan makanan sehat dan seimbang dengan memenuhi kebutuhan karbohidrat, serat, protein, dan lemak.

Selain itu, berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol juga dapat memperbaiki kondisi kesehatan tubuh. Imbangi hal ini dengan berolahraga secara rutin dan istirahat yang cukup.