Sahabat yang mengusulkan agar alquran dibukukan menjadi satu mushaf adalah

sahabat yang mengusulkan agar AL-QURAN dibukukan menjadi satu mushaf adalah

  1. ali bin abi thalib ra
  2. abu ubaidah bin jarrah ra
  3. umar bin khattab ra
  4. zubair bin awwam ra
  5. Semua jawaban benar

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: C. umar bin khattab ra.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban C benar, dan 0 orang setuju jawaban C salah.

sahabat yang mengusulkan agar AL-QURAN dibukukan menjadi satu mushaf adalah umar bin khattab ra.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. ali bin abi thalib ra menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. abu ubaidah bin jarrah ra menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. umar bin khattab ra menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban D. zubair bin awwam ra menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Semua jawaban benar menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah C. umar bin khattab ra

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Kita semua tahu bahwa ayat pertama yang turun adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Namun, urutan surat dalam Al-Quran tidak dimulai dari surat tersebut, lalu bagaimana sebenarnya penyusunan Al-Quran hingga seperti saat ini?

Ada banyak pendapat yang mengemukakan tentang metode penyusunan Al-Quran. Berikut ini adalah salah satu di antaranya.

Penyusunan al-Quran Sejak Masa Nabi Muhammad

Sebagian ulama meyakini bahwa metode penyusunan Al-Quran sebenarnya sudah dimulai sejak masa Nabi Muhammad masih hidup. Selain mengajarkan bacaan dan pemahamannya, Rasulullah juga mengajarkan bagaimana letak ayat Al-Quran tersebut nantinya di dalam Al-Quran. Hanya saja, pada saat itu, Al-Quran masih belum dibukukan menjadi kitab seperti sekarang ini.

Salah satu alasan mengapa Al-Quran tidak langsung dibukukan adalah karena wahyu masih belum selesai turun selama Nabi Muhammad masih hidup. Sedangkan, jika penulisan Al-Quran langsung dilakukan, maka kitab Al-Quran akan terus mengalami perubahan karena adanya ayat atau wahyu baru yang datang. Karena itu, proses pembukuan ayat – ayat dalam Al-Quran tidak dilakukan.

Akan tetapi, ada beberapa sahabat yang memang ditugaskan secara khusus untuk mencatat setiap ayat atau wahyu yang turun. Yaitu Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Ka’ab. Mereka menuliskan ayat al-Quran di berbagai media yang bisa digunakan saat itu. Mulai dari pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang.

Ayat Al-Quran Mulai Dibukukan

Setelah Nabi Muhammad wafat, tepatnya saat pemerintahan Abu Bakar, para sahabat mengumpulkan lembaran mushaf tersebut. Kebutuhan untuk menuliskan ayat Al-Quran baru dimulai setelah Perang Yamamah terjadi. Perang tersebut membuat banyak sahabat penghafal Quran syahid. Sehingga, sebagian sahabat khawatir ayat Al-Quran akan menghilang.

Salah satu sahabat yang merasa khawatir adalah Umar bin Khattab. Dia mengadukan hal tersebut kepada Abu Bakar dan mengusulkan untuk menyusun Al-Quran menjadi sebuah kitab. Sayangnya, Abu Bakar menolak karena menganggap Rasulullah tidak melaksanakan atau mengamanahkan hal tersebut.

Namun, setelah beberapa waktu, akhirnya Abu Bakar menyetujui hal tersebut. Dia lalu mengundang Zaid bin Tsabit dan menunjuknya sebagai ketua pelaksana. Zaid yang awalnya menolak seperti Abu Bakar pun akhirnya menyetujui ide tersebut.

Mengumpulkan Al-Quran tentu saja bukan tugas yang ringan. Karena itu, Zaid dibantu oleh banyak sahabat untuk menyelesaikannya. Mereka berupaya mengumpulkan lembaran Al-Quran yang tersebar di berbagai tempat dan media. Lembaran yang sudah terkumpul itu diserahkan kepada Abu Bakar hingga wafat.

Selanjutnya, tugas tersebut dilanjutkan kembali oleh Umar bin Khattab sebagai khalifah setelah Abu Bakar. Setelah Umar meninggal, lembaran Al-Quran yang sudah terkumpul tersebut dijaga oleh istri Rasulullah, Hafshah binti Umar bin Khathtab.

Sejarah Rasm Usmani

Pada masa pemerintahan Utsman, seorang sahabat yang bernama Hudzaifah datang kepada Utsman dan menyampaikan kondisi umat Islam saat itu. Dimana banyak umat Islam yang saling berselisih paham mengenai Al-Quran.

Menanggapi masalah tersebut, Utsman memutuskan untuk meminta Hafshah membawakan lembaran Al-Quran yang ada padanya. Selanjutnya, Utsman memberikan lembaran tersebut kepada Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Zubair, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Haris untuk menyalin al-Quran tersebut menjadi satu kitab.

Hasil dari salinan tersebutlah yang dikenal sebagai Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani atau Al-Quran yang ditulis dengan gaya penulisan Khalifah Utsman bin Affan. Al-Quran dengan kaidah Rasm Usmani masih terus dipakai sampai saat ini di berbagai belahan dunia.

Sahabat yang mengusulkan agar Al Qur’an dibukukan menjadi Mushaf adalah?

  1. Umar bin khattab
  2. Abu bakar As Siddiq
  3. Ali bin Abi Thalib
  4. Usman bin affan
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: A. Umar bin khattab

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, sahabat yang mengusulkan agar al qur’an dibukukan menjadi mushaf adalah umar bin khattab.

Sahabat yang mengusulkan agar alquran dibukukan menjadi satu mushaf adalah

Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Abu Bakar As Siddiq di baiat kedua untuk menjadi khalifah di? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.


KULTUM RAMADHAN HARI KE-22
“NUZULUL QUR’AN DAN SEJARAH PEMBUKUAN AL-QUR’AN”

Sahabat yang mengusulkan agar alquran dibukukan menjadi satu mushaf adalah

Foto: Panmud Gugatan PA Kuala Pembuang saat menyampaikan Kultum Ramadhan
di musholla PA Kuala Pembuang (05/05/2021)

Kuala Pembuang│pa-kualapembuang.go.id

KUALA PEMBUANG - Selasa, 04 Mei 2021. Qamaruddin, S.H.I, M.H., Panitera Muda Gugatan PA Kuala Pembuang menyampaikan kultum di hari ke-22 Ramadhan tentang sejarah dan hikmah turunnya Al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat  Al-Isra ayat 9, Allah SWT berfirman bahwa, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.

Qamaruddin kemudian mengulas tentang sejarah diturunkannya Al-Qur’an yang terjadi dalam 2 (dua) cara. Pertama, Al-Qur’an diturunkan secara lengkap di malam Lailatul qadar dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia pada bulan suci Ramadansebagaimana diinformasikan dalam surah Al-Qadar ayat pertama: "Sesungguhnya kami telah menurunkannya [Al-Qur’an] pada malam kemuliaan [Lailatul qadar]”. Kedua, setelah diturunkan di langit dunia, lalu wahyu Al-Qur’an tersebut diturunkan secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW sesuai dengan konteks dan kebutuhan, berlangsung selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari secara berangsur-angsur.

Sejarah periodisasi Al-quran sepanjang perjalanan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, para ulama membagi sejarah Al-quran dalam 2 (dua) periode, yaitu periode sebelum hijrah dan periode selepas hijrah. Ayat-ayat Al-quran yang turun sebelum hijrah dikenal dengan sebutan ayat-ayat Makiyah, sementara ayat-ayat Al-quran yang turun usai hijrah dikenal dengan ayat-ayat Madaniyah.  Pada periode sebelum hijrah terdapat 86 surah makiyah yang diturunkan selama 12 tahun lima bulan. Pada umumnya, isi ayat-ayat makiyah berkenaan dengan akidah dan penguatan tauhid. Wahyu Al-quran di periode sebelum hijrah merupakan pokok ajaran Islam untuk mengokohkan keimanan umat yang ditindas oleh orang-orang kafir Quraisy. Pada kedua, terdapat  28 surah yang turun selama 9 tahun 9 bulan, ayat-ayat madaniyah umumnya berkaitan dengan muamalat, syariat, dan hukum-hukum Islam.

Lebih lanjut, pria asal kota kretek Kudus tersebut menjelaskan tentang sejarah pembukuan Al-Quran yang pada masa Rasulullah SAW, belum terkumpul rapi seperti sekarang karena proses perjalanan wahyu yang masih berlangsung selama hidup. Pengumpulan Al-quran di masa kenabian ini dikenal dengan dua cara, yaitu melalui tulisan (jam'u fi as-suthur) dan melalui hafalan (jam'u fi ash-shudur). Sahabat-sahabat penulis wahyu diantaranya adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Ubay bin Ka’ab. Adapun media tulis yang digunakan saat itu adalah pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit bintang, kayu, pelana, potongan tulang binatang, dan lain sebagainya. Selain langsung dituliskan, banyak sahabat yang langsung menghafalkannya ketika dibacakan oleh Nabi Muhammad SAW.

Pasca Rasulullah SAW meninggal, terdapat kebutuhan untuk membukukan dan menstandardisasi Al-quran agar tetap utuh dan terjaga keotentikannya.
Para khalifah, dimulai dari Abu Bakar As-Shiddiq hingga Utsman bin Affan merasa perlu untuk mengumpulkan dan membukukan Al-quran menjadi kesatuan yang utuh. Setelah terjadinya perang Yamamah di masa khalifah Abu Bakar, banyak dari para hafiz atau penghafal Al-quran dari para sahabat mati syahid, sehingga dihhawatirkan Al-quran akan bernasib sama seperti kitab-kitab suci lain yang banyak terdistorsi karena telat dibukukan, maka Umar bin Khattab mengusulkankepada Abu Bakar agar Al-quran segera dikumpulkan. Kemudian khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit agar memimpin proyek pengumpulan Al-quran tersebut.

Pada masa khalifah Utsman bin Affan Usai kemudian dilakukan standardisasi terhadap perbedaan dialek (lahjah) kemudian disatukan agar tidak menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam, sehingga mushaf yang umum ditemui sekarang dikenal dengan cara penulisan Utsman atau Rasm Utsmani.

Perjalanan panjang sejarah penulisan Al-quran ini makin mengokohkan keotentikan Al-quran. Bukti bahwa Al-quran merupakan kitab suci ilahi dijelaskan dalam surah Hud ayat 13: "Bahkan mereka mengatakan, 'Dia [Muhammad] telah membuat-buat Al-quran itu.' Katakanlah, '[Kalau demikian], datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya [Alqur'an] yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar". Allah SWT menantang jika ada yang berani mengingkari kebenaran Al-quran, maka diminta untuk membuat surah seperti surah Al-quran. Tentunya tidak seorang pun yang bisa membuat semacam Al-quran. Hal tersebut menandakan bahwa Al-quran benar-benar otentik dan berasal dari Allah SWT.

Diakhir kultum, beliau mengajak jamaah kultum khusus di bulan Ramadhan untuk bersemangat didalam membaca Al-Qur’an, sehingga bisa menjadi golongan orang yang ahli membaca Al-Qur’an (Talil Qur’an) yang dirindukan surga dan tetap berupaya untuk tafakkur terhadap makna yang terkandung didalamnya. (Redaksi/QMR)