Remaja yang sedang menstruasi sebaiknya tidak diberikan tablet tambah darah

Sampai saat ini salah satu masalah yang belum nampak menunjukkan titik terang keberhasilan penanggulangannya adalah masalah kekurangan zat besi atau dikenal dengan sebutan anemia gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling umum dijumpai terutama di negara–negara sedang berkembang. anemia gizi pada umumnya dijumpai pada golongan rawan gizi yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak balita, anak sekolah, anak pekerja atau buruh yang berpenghasilan rendah (Wijayanti Y.,1989).

Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi masih difokuskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti bayi, anak balita, anak sekolah dan buruh berpenghasilan rendah belum ditangani. Padahal dampak negatif yang ditumbuhkan anemia gizi pada anak balita sangatlah serius, karena mereka sedang dalam tumbuh kembang yang cepat, yang nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasannya. Mengingat mereka adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan bangsa kelak. Penanganan sedini mungkin sangatlah berarti bagi kelangsungan pembangunan.

Penanganan anemia salah satunya dengan program pemberian tablet tambah darah pada remaja putri. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 cakupan TTD yang diperoleh ratri adalah 76,2%, dan 80,9% nya mendapatkan dari sekolah. Kemenkes RI, Dirjen Kesmas, mengeluarkan surat edaran nomor HK 03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Dengan sasaran anak usia 12-18 tahun yang diberikan melalui institusi pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia 15-49 tahun di institusi tempat kerja. Pemberian TTD dengan komposisi terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro Fumarat atau Ferro Glukonat) dan 0.4 mg asam folat. Pelaksanaan pemberian TTD sebelumnya adalah 1 (satu) tablet per minggu dan pada masa haid diberikan 1 (satu) tablet per hari selama 10 (sepuluh) hari, tetapi pertemuan para pakar memberi rekomendasi pemberian TTD diubah supaya lebih efektif dan mudah pelaksanannya.

Pelaksanaan pemberian TTD menurut SE Kemenkes adalah :

  1. Cara pemberian dengan dosis 1 (satu) tablet per minggu sepanjang tahun
  2. Pemberian TTD dilakukan untuk remaja putri usia 12-18 tahun
  3. Pemberian TTD pada ratri melalui UKS/M di institusi pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari minum TTD bersama setiap minggunya sesuai kesepakatan di wilayah masing-masing
  4. Pemberian TTD pada WUS di tempat kerja menggunakan TTD yang disediakan oleh institusi tempat kerja atau secara mandiri

Di Kota Surakarta telah dilaksanakan kegiatan GEMA SOBAT (Gerakan Anak dan Remaja Solo Hebat), dengan salah satu pertemuannya adalah Konvergensi Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Stunting melalui GEMA SOBAT tanggal 24 Juli 2019. Hasil kesepakatan ditandatangani oleh Ketua K3S SD, Ketua MKKS SMP, Ketua MKKS SMA, Ketua MKKS SMK, Ketua K3 MI, Ketua K3 MTS, Ketua K3 MA, dengan salah satu uariannya adalah memfasilitasi dan memantau pelaksanaan konsumsi Tablet Tambah darah (TTD) remaja putri di sekolah seminggu sekali.

Kegiatan Penanggulangan Anemia pada Remaja Putri dan WUS yang dilakukan, utamanya merupakan kegiatan KIE yaitu promosi atau kampanye tentang anemia. Kegiatan ini merupakan kontribusi gizi untuk penurunan kasus kematian ibu, dengan pencegahan anemia pada anak sekolah (remaja putri) secara mandiri. Perlu adanya sosialisasi di sekolah-sekolah (SMP/SMA/Pondok Pesantren) yang mempunyai murid perempuan banyak, dengan koordinasi dari Dinas Pendidikan dan UPT nya. Sosialisasi di sekolah tergantung situasi dan kondisi masing-masing sekolah, dengan tugas terintegrasi UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Pada kegiatan penanggulangan anemi pada remaja putri dan WUS sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar Hb pada pre dan post kegiatan distribusi tablet tambah darah. Jika memungkinkan sekolah/pondok pesantren dapat membentuk outlet untuk menjamin ketersediaan tablet tambah da

Remaja yang sedang menstruasi sebaiknya tidak diberikan tablet tambah darah

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita sampai usia lanjut. Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada perempuan usia ≥15 tahun sebesar 22,7% sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 37,1%.

Remaja putri ( rematri ) rentan menderita anemia karena banyak kehilangan darah pada saat menstruasi, rematri yang memasuki masa pubertas mengalami pertumbuhan pesat sehingga kebutuhan zat besi juga meningkat serta diet yang kadang keliru di kalangan rematri.  Rematri yang menderita anemia berisiko mengalami anemia saat hamil. Hal ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan serta berpotensi menimbulkan komplikasi kehamilan dan persalinan , bahkan menyebabkan kematian ibu dan anak. Angka Kematian Ibu ( AKI ) menurut Survei Penduduk Antar Sensus ( SUPAS ) 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab utama kematian ibu adalah pre eklampsia dan eklampsia  (32,4%) serta perdarahan paska persalinan (20,3%) dimana salah satu faktor risiko terjadinya perdarahan paska persalinan adalah anemia.

Oleh karena itu,  terdapat beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang dapat dilakukan oleh rematri diantaranya :

  1. Meningkatkan asupan sumber makanan sumber zat besi seperti : hati, ikan, daging, unggas, sayuran berwarna hijau tua dan kacang – kacangan.
  2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi diantaranya  pada tepung terigu, beras, minyak goring, mentega dan beberapa snack.
  3. Suplementasi zat besi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Indonesia, maka pemerintah telah menetapkan kebijakan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada rematri dilakukan setiap 1 kali seminggu. Pemberian TTD ini diberikan secara blanket approach dimana seluruh rematri diharuskan meminum TTD untuk mencegah anemia dan meningkatkan cadangan zat besi dalam tubuh tanpa dilakukan skrining awal terlebih dahulu. 

Dalam hal ini, Puskesmas Andalas sudah melakukan sosialisasi dan distribusi TTD ke sekolah – sekolah di wilayah kerja Puskesmas Andalas, namun berdasarkan survey di lapangan, masih banyak rematri yang tidak meminum TTD tersebut dengan alasan takut, mual dan sebagainya. Maka untuk mengatasi masalah kekhawatiran tersebut, perlu diketahui oleh rematri bahwa :

  1. Konsumsi zat besi secara terus menerus tidak akan menyebabkan keracunan karena tubuh mempunyai sifat autoregulasi zat besi. Bila tubuh kekurangan zat besi, maka penyerapan zat besi yang dikonsumsi akan banyak, sebaliknya bila tubuh tidak kekurangan maka penyerapan zat besi hanya sedikit sehingga aman dikonsumsi sesuai program.
  2. Konsumsi TTD kadang menimbulkan efek samping berupa : nyeri/perih di ulu hati, mual muntah dan tinja berwarna hitam. Hal ini tidak berbahaya dan untuk mengurangi gejala di atas, sangat dianjurkan minum TTD setelah makan atau malam sebelum tidur.
  3. Untuk meningkatkan penyerapan zat besi, sebaiknya TTD dikonsumsi bersama dengan buah – buahan sumber vitamin C ( jeruk, papaya, mangga, jambu biji dan lain lain) dan sumber  protein hewani ( hati, ikan, unggas dan daging ).
  4. Hindari konsumsi TTD bersamaan dengan teh, kopi, tablet kalsium dosis tinggi dan obat sakit maag terutama yang mengandung kalsium karena akan menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh.

Semoga dengan paparan di atas, rematri dapat menghilangkan kekhawatiran untuk minum TTD dan dapat meminum TTD setiap 1 kali seminggu sesuai harapan program.

Menstruasi menjadi salah satu hal yang pastinya dialami oleh setiap remaja putri. Namun, menstruasi berbeda di setiap individu. Ada yang mengalaminya dengan Pre-Menstrual Syndrome (PMS), seperti gejala-gejala kram perut, rasa mulas, sakit pinggang dan lainnya, ada pula yang tidak mengalami merasakan apapun. Di samping itu semua, banyaknya produk-produk penambah darah yang dipercaya bisa membantu perempuan dalam melewati masa menstruasinya.

Dikutip dari Alodokter, saat masa menstruasi, zat besi yang ada di dalam tubuh berkurang jumlahnya pada saat tidak menstruasi. Akibatnya, tubuh sangat rentan untuk mengalami anemia, atau kekurangan sel darah merah karena zat besi yang merupakan salah satu sumber pembentuk sel darah merah berkurang. Karena itu, memenuhi kebutuhan gizi selama menstruasi sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia.

Sebuah penelitian juga menunjukkan, kebiasaan meminum tablet penambah darah bisa mengurangi angka kejadian anemia pada remaja putri. Dalam penelitian yang berbeda, suplemen penambah darah atau zat besi bahkan bisa meningkatkan kualitas hidup perempuan yang mengalami menstruasi berat setiap bulannya.

Untuk perempuan dengan menstruasi yang cukup berat, menstruasi dapat mengakibatkan kondisi anemia kekurangan zat besi karena tubuh tidak dapat memperoleh cukup sel darah merah yang sehat. Anemia bisa membuat seseorang merasa kelelahan, napas pendek, sakit kepala, merasa pusing, dan di beberapa penelitian sebelumnya bahkan anemia dihubungkan dengan menurunnya penampilan fisik, fungsi kognitif dan mood seseorang.

Beberapa hal lain yang bisa kita persiapkan agar terhindar dari anemia selama masa menstruasi, seperti dikutip dari Dokter Sehat adalah:

1. Mengonsumsi makanan tinggi zat besi
Makanan tinggi zat besi adalah makanan protein hewani dan beberapa jenis sayuran hijau serta sumber karbohidrat. Konsumsi makanan tinggi besi juga sebaiknya diiringi dengan penerapan diet seimbang dan bervariasi setiap hari.

2. Mengonsumsi tablet tambah darah secara rutin
Pemerintah menganjurkan konsumsi tablet tambah darah, utamanya untuk remaja putri, sebanyak satu kali dalam seminggu. Hal ini akan mencegah terjadinya anemia pada remaja, dan tentu tubuh akan lebih siap saat menstruasi karena asupan zat besi telah rutin dikonsumsi tiap minggunya.

GenBest merupakan sebuah inisiasi untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting (klik di sini untuk mengetahui apa itu stunting), dengan mendorong masyarakat dari segala usia menerapkan pola hidup bersih dan sehat sehari-hari. Lewat situs dan media sosial genbest.id, kami menyediakan informasi yang kredibel, menciptakan komunitas yang suportif, dan memberikan pengetahuan kesehatan yang mendalam seputar pola hidup bersih dan sehat, serta stunting, bagi Anda sekeluarga, termasuk si kecil yang masih dalam kandungan dan berusia balita.

Remaja yang sedang menstruasi sebaiknya tidak diberikan tablet tambah darah