Properti yang tepat dalam membawakan tari penyambutan tamu Tiba Meka di Manggarai adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kebudayaan Tarian Caci dari Manggarai Raya Flores Nusa Tenggara Timur Kebudayaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Demikian pun masyarakat Manggarai Raya Flores Nusa Tenggara Timur yang dilahirkan dan dibesarkan dalam kebudayaan Manggrai Raya. Nilai kebudayaan selalu hidup dan dihidupi bukan oleh orang lain tetapi oleh generasi manggrai raya sendiri. Jiwa petualangan yang ditanamkan para leluhur, membawa generasi Manggarai Raya kian menyebar ke seluruh antero Nusantara. Namun sayang, peradaban modern yang kian digandrungi generasi terkini seolah meninggalkan kebudayaan Manggarai Raya yang begitu eksotik dan mengagumkan. Dengan demikian perlu mengingat petuah para leluhur Manggarai yang terungkap dalam muku ca pu u Neka woleng curup, teu ca ambong neka woleng lako, Ipung ca tiwu neka woleng wintuk, neka kaos neho kotar agu neka behas neho kena, seolah hanya kata-kata kiasan belaka. Bahkan bimbingan dan model yang terdapat dalam istilah Toing, Toming agu Titong tidak lagi sanggup untuk diikuti generasi terkini, seolah lupa akan diri kita sendiri. Padahal hal ini telah diingatkan oleh sang Proklamator Republik Indonesia kepada Rakyat Indonesia untuk tidak melupakan daerah yang dikenal dengan sebutan JAS MERAH (Jangan Sampai Melupakan Daerah). Sebab kebudayaan Nusantara adalah puncak 66

dari kebudayaan daerah. Ungkapan tersebut sesungguhnya selaras dengan pesan nenek moyang kita: NAKE OKES KUNI AGU KALO. Manggarai merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur, dan letaknya di bagian barat Pulau Flores. Secara geografis wilayah Kabupaten Manggarai terletak diantara 8º LU - 8º.30 LS dan 119,30º - 12,30º BT. Merupakan salah satu dari 21 Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: kabupaten Manggarai terletak di Flores bagian barat. Bagian utara perbatasan dengan laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut Sawu, bagian timur berbatasan dengan kabupaten Ngada, bagian barat berbatasan dengan kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Saat ini, wilayah Manggarai terbagi dalam tiga kabupaten yaitu: (1) Kabupaten Manggarai dengan ibukota Ruteng; (2) Kabupaten Manggarai Barat dengan ibukota Labuan Bajo; (3) Kabupaten Manggarai Timur dengan ibukota Borong. Ketiga kabupaten tersebut dapat dijelaskan melalui peta administrasi kabupaten Manggarai berikut ini. Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Manggarai 67

Kabupaten Manggarai adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Ruteng. Pasca pemekaran luas wilayahnya adalah 7.136,4 km², termasuk pulau Komodo dengan jumlah penduduk 504.163 jiwa. Secara administratif kabupaten Manggarai terbagi menjadi 9 Kecamatan, 132 Desa dan 17 Kelurahan, dengan Pusat Pemerintahan Kabupaten Manggarai di Kota Ruteng Kecamatan Langke Rembong. Tiga kecamatan merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan Ruteng dan Satar Mese. Secara topografis, tanah manggarai merupakan tanah berbukit-bukit dan juga memiliki dataran lapang yang merupakan daerah yang cocok untuk area persawahan. Kabupaten Manggarai dikenal dengan pertaniannya, antara lain: kopi, cengkeh, vanili, cokelat, dan masih banyak yang lainnya. Orang Manggarai adalah orang-orang pribumi yang besar dari perbatasan timur, barat, utara, selatan wilayah Manggarai. Salah satu kekhasan Manggarai sebagai suku bangsa adalah adanya berbagai kesamaan dalam bahasa dan watak. Rumah adat atau dalam bahasa manggarai disebut MBARU GENDANG maupun rumah penduduk melambangkan lima alam yaitu: a. Ngaung (Kolong) : Melambungkan dunia kegelapan, tempat manusia tinggal melambangkan dunia manusia. b. Lobo (Loteng) dan lempe rea (Loteng tempat menyimpan bahan makanan dan benih: Melambangkan alam perantara antara dunia manusia dengan alam kedewaan serta ruang koe. 68

c. Tempat Mezba yang disebut Sanggar: Melambangkan alam atau dunia dewa. Di luar atap terdapat sepotong kayu sebagai sambungan dari ngado (bubung) kurang lebih 50 cm panjangnya, pada ujung tersebut di ujung atas terukir mangka (gasing) yang ditopang tanduk kerbau atau dari kayu untuk mbaru gendang, sedang rumah penduduk hanya mangka. Mangka itu ada yang mengatakan kepala manusia, adapula yang mengatakan periuk, sesungguhnya bentuk tersebut bukan kepala manusia atau periuk. Dalam sejarah kebudayaan dikenal dengan istilah lingga lambing atau alat jantan (alat kelamin kaum pria). Salah satu contoh gambar seperti halnya berikut ini: Gambar 4.2. Rumah Adat Manggarai NTT Mbaru Gendang dengan simbul Mangka/kepala manusia d. Tanduk: melambangkan tangan manusia menyembah Dia yang menciptakan alam dan segala isinya. Dalam sebagian doa tradisional dirumuskan; Suju Mori, Hiang Hi te pukul parn awo kolepn sale, ulun le wai n la, sor monggo ngelak nata (bersujudlah dihadapan Tuhanmu, sembah Dia yang menguasai alam semesta dari timur hingga ke barat dan dari utara hingga ke selatan, mintalah kepadanya serta buka dan tadahkan tanganmu). Juga dapat dikatakan 69

bahwa tanduk itu lambing tangan memegang atau menopang dunia. Berdasarkan penjelasan yang kedua ini dapat kita menarik makna dari lambing itu adalah tangan dari Dia yang menciptakan dunia beserta isinya. e. Teno dilodok kebun. Teno adalah sepotong kayu teno (kayu berdaun lebar agak bermiang, kayunya lunak kalau masih mentah tetapi kalau sering sangat sulit dibelah, talinya dapat dipintal sebagai tali pengikat sokal, barang dan hewan). Teno ditancapkan pada pusat kebun dan puncaknya berbentuk bulat yang mengungkapkan suatu perlambangan. Perlambangan tersebut juga mempunyai hubungan dengan mangka dirumah. Bagian teno dilonjok juga disebut mangka. Empat buah gendang dan sejumlah alat tabuh lainnya tergantung di tiang langit-langit sebuah bangunan di sebuah Dusun, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kehadiran gendang-gendang itulah yang kemudian membuat warga dusun menyebut bangunan tersebut rumah gendang. Rumah itu sederhana saja. Terdiri dari sebuah ruangan luas berdinding helaian bambu dan beratap seng. Lantainya dari tanah padat dan sebagian dilapisi tikar lusuh dengan warna hamper menyatu dengan tanah. Jangan dilihat dari wujudnya, karena bangunan tersebut secara tidak langsung menjadi simbol kuatnya kesetiaan terhadap adat yang dipercaya dan menciptakan keselarasan. Adapun fungsi lain dari rumah gendang selain tempat berteduh juga membahas dan memecahkan segala permasalahan yang menimpa komunitas mereka terbuka untuk dibicarakan dan dihadapkan kepada perwakilan subsuku atau kepala ada di rumah gendang. Mulai dari soal adat istiadat sampai 70

dengan masalah pembagian tanah. Sementara kepala dusun hanya berperan sebatas mengurus administrasi warga. Permasalahan yang kerap diadukan ke rumah adat umumnya terkait pembagian tanah, sebelum membagi sebidang tanah, terlebih dahulu mencari sebatang kayu teno sebagai penjuru. Kayu tersebut terkenal kuat dan tahan lama. Tua Teno akan mengukur tanah sekeliling kayu tersebut dengan hitungan satu moso untuk satu keluarga. Satu moso sama dengan lebar empat jari tangan berdempetan (kecuali ibu jari). 1. Bentuk lambing Daerah Manggarai ialah PRISAI berisi lima yang mempunyai arti: a. Prisai melambangkan alat pertahanan dan perlindungan seluruh rakyat; b. Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara. 2. Tata warna lambing berupa kuning, hijau, merah dan hitam diambil dari warna kain tenun rakyat daerah manggarai yang mempunyai arti: a. Kuning adalah keluhuran dan keagungan serta kejayaan; b. Hijau adalah harapan masa depan atas dasar potensi yang ada di daerah; c. Merah adalah keberanian; d. Hitam adalah teguh dan abadi; 3. Lambanag berisikan Rumah Adat melambangkan: a. Alat pemersatu seluruh rakyat dalam satu kesatuan dan persatuan nasional dalam setiap derap langkah pembangunan mental dan fisik yang mencerminkan dalam tingkat kebudayaan, peradaban dan perjuangan hidup dari zaman ke zaman; 71

b. Sembilan tiang Rumah Adat memperteguh adanya pendirian bahwa seorang bayi yang baru dilahirkan setelah Sembilan bulan dalam kandungan ibu adalah 4. Lukisan Gasing yang terdapat pada puncak rumah adat melambangkan keabadian dan keagungan Tuhan yang maha penyayang memberi dan menyinari segala yang hidup serta menyelenggarakan seluruh pusaran tata kehidupan daerah khususnya dan rakyat 5. Lukisan sepuluh (10) batang tulang ijuk (rimang) di atas kepala manusia melambangkan 10 jari tangan manusia menunjukkan bahwa rakyat Manggarai senantiasa memulihkan Tuhan dan memohon berkat dan perlindungannya. 6. Kepala manusia bertanduk mengandung arti bahwa rakyat didaerah Manggarai adalah manusia banteng dan atau manusia yang kokoh, kuat dan berani serta berkemauan bagaikan baja dalam menghadapi tantangan hidup. 7. Lilitan tali ijuk yang terdapat dibawah kepala manusia bertanduk yang mengikat seluruh kasau dan ujung atas atap ijuk melambangkan: a. Bhineka Tunggal Ikha, keutuhan rasa kesatuan yang kokoh mengikat seluruh segi kehidupan rakyat didaerah yang tidak mudah terpengaruh; b. Keutuhan dalam mufakat dan musyawarah yang melembaga dalam kehidupan seluruh rakyat daerah Manggarai. 8. Buaya darat (Varanus Commodoensis) sebagai satu-satunya reptile pra sejarah yang masih tetap hidup di daerah Manggarai, berwarna kuning berbintik coklat dan berdiri dalam keadaan siaga di depan rumah adat melambangkan: 72

a. Daya tahan tubuh seluruh rakyat daerah dalam menghadapi pelbagai tantangan hidup; b. Kesiapsiagaan yang penuh ketenangan, kecermatan kewaspadaan dan kecekatan dalam setiap gerak kehidupan seluruh rakyat didaerah; c. Museum bagi binatang jenis reptile pra sejarah yang bernilai tinggi untuk kepentingan ilmu pengetahuan 9. Lukisam satu tangkai kopi dengan 14 butir dan 8 daun kopi serta satu tangkai padi dengan 58 bulir padi melambangkan: a. Potensi Daerah Manggarai dalam perjuangan untuk mempertinggi taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat; b. Tanggal dan Tahun berdirinya Daerah Tingkat II Manggarai secara yuridis formil 14 agustus 1958. 10. Pita merah dengan tulisan KABUPATEN MANGGARAI melambangkan: keberanian, sedangkan tulisan hitam di atas pita merah melambangkan keteguhan dan pendirian yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan dalam menghadapi segala tantangan hidup. 11. Ukuran Lambang: a. Lebar prisai : 22 cm b. Tinggi prisai : 18,5 cm kiri/kanan c. Tinggi prisai tengah : 24 cm Dari aspek kebudayaan, Kabupaten Manggarai Flores, yang merupakan salh satu Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beberapa kekayaan riil yang memerlukan sentuhan program dan pemberdayaan dalam pembangunan. 73

Setiap daerah pasti memiliki kebudayaannya tersendiri yang khas. Begitu pula dengan orang Manggarai. Orang Manggarai juga terkenal dengan keramahtamahannya. Salah satu tarian yang terkenal dari Manggarai adalah tarian caci yang sudah terkenal di banyak negara seperti Eropa dan Australia. Caci bisa diartikan sebagai memukul dan menangkis secara berbalasan, satu lawan satu. Caci juga menggambarkan taktik berperang, bagaimana meyerang (memukul=paki) dan juga membangun pertahanan yg kuat (menangkis=ta'ang). Caci biasanya dipertunjukan pada saat acara syukuran (penti), lamaran nikah, penyambutan tamu agung, dan juga acara adat lainnya. Dalam konteks ini, para peserta biasanya pria dewasa. Namun, ada kalanya permainan caci dilakukan oleh anak sekolah, biasanya pada saat hari-hari besar pendidikan. Tarian Caci merupakan ekspresi budaya tradisional manggarai, Ekspresi budaya tradisional tersebut mengusung tema Cai Nai Latang Manggarai (satu hati untuk Manggarai). Manggarai Flores NTT caci itu sendiri adalah tarian kesatrian pria-pria Manggarai, Watak kesatrian itu terlihat pada ketangkasan menggunakan peralatan dan pernak-pernik caci. Peralatan dan pernak pernik tersebut, dalam bahasa Manggarai, adalah panggal, lalong ndeki, nggorong, nggiling, aging, larik, sapu dan songke. Caci secara etimologis berasal dari dua suku kata yakni ca dan ci. Ca berarti satu dan ci berarti lawan. Jadi, caci berarti tarian seorang melawan seorang yang lain. Prinsipnya adalah sportif dan kreatif dalam aksi. Peserta dalam permainan caci yaitu pria, sedangkan para wanita bertugas memukul gong dan gendang mengiringi Caci dan juga menari. Permainan Caci 74

biasanya dilakukan antar kampung. Ada kampung yang mengundang atau tuan rumah dan juga kampung yang diundang (meka landang). Caci dilakukan secara berpasangan, satu lawan satu. Satu orang yamg memukul dan yang lainnya menangkis. Para pemain caci diwajibkan untuk memakai celana panjang putih serta menggenakan (tengge) towe (sarung) songke, serta tanpa alas kaki dan tidak memakai baju. Inilah gambar tarian Caci yang menggunakan beberapa alat NGGILING (Tameng) berbentuk bulat, terbuat dari kulit kerbau yang dikeringkan. Fungsinya untuk menangkis pukulan. LARIK (cemeti) terbuat dari kulit kerbau yang dikeringkan yang diikat pada rotan ataupun kayu lainnya. Fungsinya untuk memukul (paki). Gambar 4.3. Tarian Caci menggunakan NGGILING dan LARIK Sementara gambar tarian Caci yang menggunakan AGANG merupakan pasangan NGILING, terbuat dari beberapa rotan yang disatukan dan 75

dilengkungkan. NDEKI, perhiasan tubuh bagian belakang, dikenakan dengan cara pangkalnya dimasukkan ke dalam celana dan dikuatkan dengan ikan pinggang. Terbuat dari rotan yang ujungnya dihisi bulu ekor kuda. Gambar 4.4. Tarian Caci menggunakan AGANG dan NDEKI Sedangkan gambar tarian Caci yang menggunakan PANGGAL, penutup kepala, berfungsi melindungi kepala dari pukulan. SAPU/JONGGO (daster) penutup wajah, untuk melindungi muka dari pukulan. Gambar 4.5. Tarian Caci menggunakan PANGGAL dan SAPU/JONGGO 76

Permainan Caci juga mempunyai aturan yakni bagian tubuh yang boleh dipukul yakni dari pusat sampai kepala (wa mai putes haeng eta sa'i). Main Caci juga tak diperkenankan pemain Caci antara saudara kandung, saudara sepupu terdekat, keluarga dekat, satu warga kampung, keluarga tetangga (pa'ang ngaung), kenalan dekat (hae reba) (Adi M. Nggoro). Terkadang, para pemain Caci mendapat luka akibat kena pukulan. Pemain Caci dianggap hebat jika si Pencambuk mampu mengarahkan pukulan dan mengenai lawan pada bada bagian tubuh tertentu yang dianggap bergengsi. Tempat-tempat tersebut adalah tangan dan bagian muka/kepala. Jika tempat tersebut kena cambuk, orang tersebut disebut Hena Beke. Kemudian, orang juga dianggap hebat main Caci jika selama permainan Caci dia tidak kena cambukan lawan (ILO =Tak Kena Pukulan). Sehubungan dengan tarian main Caci, maka timbulah pertanyaan apakah orang Manggarai tak punya hati nurani bila ada orang yang kena cambukan bahkan menjadi pingsan waktu main caci? Jawabannya sama sekali tidak demikian. Malah permainan ini makin meningkatkan rasa persatuan, persaudaraan, persahabatan, dan kekeluargaan. Caci adalah suatu momen budaya tertentu yang sifatnya sukacita, dalam menampilkan kehebatan main saling cambuk, tak mengutamakan kalah-menang, tetapi memperhatikan semangat kekeluargaan. Realitanya, dari dulu sampai sekarang ini, tak ada orang Manggarai berkelahi karena Caci (Adi M. Nggoro). Adapun lebih jelasnya ditampilkan beberapa gambar permainan Caci/Tarian Caci, dari Kebudayaan masyarakat Manggarai-Flores. sebagai berikut: 77

Gambar 4.6. Tarian Caci/Permainan Caci Khas Kebudayaan masyarakat Manggarai-Flores 78

Pertunjukan caci dibuka dengan tarian Danding atau biasa disebut Tandak Manggarai. Tarian yang diliukkan penari perempuan dan laki-laki itu memang khusus diadakan untuk meramaikan pertarungan caci. Gerakan penari Danding lebih seperti tari Vera atau tari Sanda Lima. Biasanya penari mendendangkan lagu dengan larik memompa semangat para pemain caci dalam pertandingan. Sebelum beradu, setiap pemain caci akan melakukan gerakan pemanasan otot. Masingmasing pemain menggerakkan badannya mirip gerakan kuda. Sambil menari, pemain caci menyanyikan lagu daerah untuk menantang lawannya. Setiap kelompok yang terdiri dari delapan pemuda itu mendapat kesempatan bertarung menghadapi lawan. Serangan bisa dimulai dengan bertindak sebagai pemukul dan pada kesempatan lain menjadi penangkis. Dengan lincah dan ringan si penyerang menghentakkan pecutnya ke tubuh lawan. Sementara sang penangkis berupaya memblokade sabetan pecut. Jika kena, tampak garis merah. Luka memanjang tipis itu membuktikan bahwa penyerang berhasil. Semua pemain berisiko memiliki bekas sabetan tersebut. Karena itu, masing-masing berusaha menyerang dan berkelit. Tidak semua orang Manggarai layak menjadi peserta caci. Selain harus pria, persyaratan yang wajib dimiliki pemain caci di antaranya mahir memukul lawan, terampil menangkis serangan, luwes menari, merdu menyanyikan lagu daerah, dan berpenampilan atletis. Permainan caci ini juga dijadikan pelajaran berharga bagi anggota suku Manggarai dalam mengendalikan emosi. Maklum, meski saling mencambuk, tata krama dan sopan santun dalam gerakan di arena tetap dilakukan. Para pemain tetap memberi hormat pada lawan setiap beradu. 79

Kedua kelompok terus beradu diringi pukulan gendang. Semua penonton menikmati permainan ketangkasan itu. Para pemain terus saling serang dan menangkis. Tubuh telanjang mereka terluka. Namun, tak ada dendam. Tarian Caci merupakan kesenian asli Manggarai yang penuh dengan keunikan mulai dari jenis tarian, kostum tari, property yang digunakan oleh penari, sampai pada bentuk komposisi music iringannya. Karena keaslian dan keunikannya tersebut Pemerintah dan beberapa Organisasi-organisasi dari Manggarai yang menyebar diseluruh Indonesia mencoba untuk melestarikan tarian Caci sebagai salah satu ciri khas kesenian yang berasal dari kabupaten Manggarai. Kesenian tarian Caci mempunyai bentuk music yang sederhana, akan tetapimempunyai unsur Musikal ekstra yang kuat. Tarian Caci juga mempunyai gerak tari, syair dan lagu-lagu khusus yang tidak dimainkan kesenian lain. Keunikan kombinasi alat yang digunakan dalam tarian Caci adalah seperti Gong dan Gendang. Selain keunikan pada musiknya juga terdapat pada alat music (gendang) yang masih dibuat dengan pembuatan tradisional yang beda dengan gendang pada umumnya. Nenggo (syair-syair) yang digunakanpun serta cara penyajiannya menggunakan bentuk atanol. Selain tarian Caci, ada juga tarian lain yang bertalian dengan pentas budaya manggarai yakni tarian tiba meka, danding dan 2 (dua) tarian kreasi (sae kaba-ndundu ndake-pua kopi). Masing-masing tarian tersebut mengungkapkan kehangatan sikap orang manggarai dan menceritakan kebiasaan dalam realitas orang Manggarai. 80

4.2. Hasil Penelitian Bagian ini merupakan deskripsi hasil penelitian berdasarkan wawancara dengan sejumlah informan, antara oain: Valentinus Nurbin Sene, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT; Feliks Edon, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai; Frans Mudi, Ketua Lembaga Adat Wae Rebo Kabupaten Manggarai Flores NTT; Lukas Gunggas, Tokoh Adat Manggarai Flores, dan warga masyarakat. 4.3. Strategi Promosi Permainan/Tarian Caci Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT, Valentinus Nurbin Sene, strategi promosi sangat penting, seperti dinyatakan berikut ini: Strategi promosi sangat penting, dengan strategi kita dapat mengukur kemampuan internal dan kondisi pasar sehingga kemampuan yang dimiliki dapat dioptimalkan untuk memenangkan kompetisi. Strategi juga dapat bermanfaat untuk menekan biaya tetapi tetap menghasilkan hasil yang optimal, karena dengan strategi seluruh aktivitas telah diukur dan direncanakan dengan matang sebelum aktivitas marketing dilakukan. 1 Feliks Edon, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT menjelaskan bahwa:..bicara strategi promosi pada intinya menurut saya adalah bahwa promosi pada hakekatnya suatu komunikasi yang ingin menyampaikan sesuatu yang dipromosikan, dengan harapan agar yang diberikan informasi tersebut mau menerima dan mengikutinya secara berulangulang istilahnya membujuklah kalau secara pasti ya bisa dilihat dibuku-buku studi ya hehe 2 1 Hasil wawancara dengan Valentinus Nurbin Sene, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT, tanggal 25 Juli 2015, di Hotel Plaza Harco Mangga Dua Jakarta, pada pukul:10.00 wib -17.00 wib. 2 Hasil wawancara dengan Feliks Edon, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT, tanggal 26 Juli 2015, di Hotel Plaza Harco Mangga Dua Jakarta, pada pukul:10.00 wib -17.00 wib. 81

Strategi promosi yang dilakukan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT antara lain dengan memanfaatkan kebudayaan Permainan/Tarian Caci pada tahun 2014, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: a. Tahap Pengenalan Tahap pengenalan dilakukan untuk memperkenalkan permainan/tarian Caci, sebagaimana dinyatakan Valentinus Nurbin Sene, sebagai berikut: bahwa:...apakah permainan Caci/tarian Caci itu? Hal ini perlu kita ketahui bahwa permainan Caci/tarian Caci adalah kesenian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari masyarakat Manggarai di Pulau Flores, Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian yang dimainkan oleh dua penari laki-laki yang menari dan saling bertarung dengan menggunakan cambuk dan perisai sebagai senjatanya. Permainan Caci/tarian Caci ini juga merupakan salah satu kesenian tradisional yang cukup terkenal di Pulau Flores, NTT. Tarian ini sering ditampilkan di berbagai acara seperti saat syukuran musim panen (hang woja), ritual tahun baru (penti), dan berbagai upacara adat lainnya. 3 Bagi Feliks Edon bahwa pada tahap perkenalan ini beliau menyampaikan..dalam kontek kebudayaan permainan/tarian Caci maksudnya bagaimana kebudayaan permaianan/tarian Caci itu nah perlu diketahui bahwa dalam lingkungan budaya Manggarai di Flores Nusa Tenggara Timur, Caci merupakan salah satu warisan budaya yang terus dilestarikan sampai saat ini. Caci sebagai sebuah tarian perang yang kerap juga disebut sebagai Permainan Caci. Dalam pranata budaya Manggarai, Caci adalah bagian yang menampilkan sisi heroisme dari lelaki Manggarai. Kemudian.secara sederhana, Caci bisa dideskripsikan sebagai pertarungan antara dua orang pria, satu lawan satu, secara bergantian. Yang seorang menjadi pihak yang memukul dalam bahasa setempat disebut Paki dengan menggunakan Larik atau pecut yang biasanya terbuat dari kulit kerbau atau kulit sapi yang sudah kering; sedangkan pihak lain akan menangkis (dalam bahasa Manggarai disebut Ta ang) pukulan sang lawan dengan menggunakan Nggiling atau perisai, juga terbuat dari kulit kerbau dengan tambahan Agang (dikenal 3 Valentinus Nurbin Sene, op.cit., tanggal 25 Juli 2015. 82

juga dengan nama Tereng) atau busur yang terbuat dari bambu dan di lilit dengan rotan. Caci menurut berbagai sumber termasuk tokoh ada Manggarai bisa dibahasakan sebagai permainan atau tarian perang yang dilakonkan dua pria jawara dari dua kelompok yakni Ata One (warga kampung) dan Ata Pe ang (pendatang) yang disebut juga Landang (penantang). Mereka mengenakan pakaian perang berupa celana warna putih bersalut kain adat Songke warna hitam, ukuran selutut yang diikat erat agar tidak lepas saat tanding. Sementara, di bagian dada dibiarkan telanjang. Kepala jawara ini bertutup Panggal, semacam tanduk kerbau terbuat dari kulit kerbau yang keras dan dilapisi serta dihiasi kain warnawarni. Panggal dipasang di kepala sampai menutup sebagian muka dan dilapisi dengan Sapu (destar) atau handuk. Saat dua orang sedang bermain, anggota kelompok lain akan memberikan dukungan dengan taritarian sambil menunggu giliran untuk bertanding. Lokasi pertandingan biasanya adalah di Natas Gendang atau halaman rumah adat, dan biasa dimainkan pada upacara-upacara adat besar seperti Penti. Dewasa ini tarian Caci bagi orang Manggarai dipentaskan untuk memeriahkan acara-acara khusus baik yang bersifat adat maupun tidak, seperti syukuran hasil panen, pentahbisan imam, atau penerimaan tamu adat maupun kenegaraan. Caci, sering disebut sebagai olahraga ketangkasan yang jantan, terutama karena aturan bermainnya, di mana ketika yang lain memukul atau paki, maka pihak lain harus menangkisnya (ta ang) dan juga akan mendapat kesempatan memukul. Begitu seterusnya sampai pada bagian akhir, akan ada pihak yang dinyatakan menang dan ada pihak yang kalah. Menang dan kalah ditentukan oleh hasil atau capain sukses pukulan larik. Jika hanya mengenai atau melukai badan, tidak dihitung sebagai nilai. Poin sesungguhnya bisa diraih jika ada pukulan yang mengenai wajah atau muka lawan. Masyarakat Manggarai umumnya mengenal kondisi ini sebagai Beke, meski beberapa Kedaluan (Hamente) lebih mengenal istilah Rowa untuk kondisi ada pecaci yang luka akibat pukulan lawan di bagian wajah. Jika dia mampu menangkis pukulan penantang, pukulan cambuk itu tidak mengenai badannya mulai dari pinggang hingga kepala. Kalau tidak, dia akan menderita luka. Tetapi kalau cambuk mengenai mata disebut beke (kalah) dan harus segera diganti baik lawan maupun penantangnya. 4 Menurut Lukas Gunggas, tokoh adat Manggarai Flores: Asal mula permainan/tarian Caci, sejak adanya orang Manggarai ada,(memang tidak ada referensi secara tertulis),tetapi permainan caci sudah merupakan warisan orang Manggarai sejak awal ada. Permainan Caci/tarian Caci ini berawal dari tradisi masyarakat Manggarai dimana para laki-laki saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan ketangkasan mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian 4 Feliks Edon, op.cit., tanggal 26 Juli 2015. 83

berkembang menjadi sebuah kesenian dimana terdapat gerak tari, lagu dan musik pengiring untuk memeriahkan acara. Nama permainan Caci/tarian Caci sendiri berasal dari kata ca berarti satu dan ci yang berarti uji. Sehingga caci dapat diartikan sebagai uji ketangkasan satu lawan satu. Makna dan nilai-nilai dalam permainan/tarian Caci adalah sebagaimana fungsinya, tarian ini merupakan media bagi para laki-laki Manggarai dalam membuktikan kejantanan mereka, baik dalam segi keberanian maupun ketangkasan. Walaupun terkandung unsur kekerasan didalamnya, kesenian ini memiliki pesan damai di dalamnya seperti semangat sportivitas, saling menghormati, dan diselesaikan tanpa dendam diantara mereka. hal inilah yang menunjukan bahwa mereka memiliki semangat dan jiwa kepahlawanan di dalam diri mereka. 5 Frans Mudi, Ketua Lembaga Adat Wae Rebo Kabupaten Manggarai Flores NTT mengutarakan bahwa:.yang terpenting disini harus mengetahui seluk beluk tarian Caci Tarian Caci Secara bahasa caci berasal dari dua suku kata ca berarti satu dan ci berarti uji. Pertandingan Caci biasanya dibuka dengan kelong atau nyanyian adat dari yang menseponsori acara Tari Caci, bisa dari kelompok setempat ataupun dari luar lingkungan kampung, lalu diikuti dengan Tandak atau Danding oleh kelompok tersebut. Lagu atau nyanyian kelong tidak boleh dinyanyikan di sembarang tempat, karena nyanyian ini bertujuan untuk memanggil arwah-arwah orang yang telah meninggal dunia atau nenek moyang yang telah lama meninggal untuk hadir bersama dalam menyaksikan atraksi Caci yang akan dilaksanakan. Dan jika "kelong"atau lagu adat ini telah dinyanyikan oleh kelompok tertentu maka tari Caci pada hari itu harus dilaksanakan atau jadi terlaksana. Sebelum diadakan kelong tidak boleh melakukan pertandingan Caci. Sebelum beradu dilakukan pemanasan dengan menari yang diiringi gong dan tambur sambil menyanyikan lagu manggarai. Untuk memanas-manasi keadaan lawan para penari ini berjalan sambil menari mengelilingi lingkaran arena pertandingan bila perlu saling menantang. Tari Caci dimiliki oleh seluruh kampung di Manggarai Flores Barat, biasa dilaksanakan setelah memungut hasil dari perkebunan (ladang kering ataupun sawah) setiap tahunnya pada bulan Juli sampai Oktober dan di laksanakan pada siang hari oleh dua kelompok masing-masing tiga pasang atau lebih, tergantung dari luasnya arena pertunjukan. Dimana acara pemukulan'nya dgn sebuah Larik atau pecut satu lawan satu dari kelompaknya masing-masing. Dengan ketentuan memukul sebatas pinggang sampai di bagian kepala. Dengan asesoris di kepala yang begitu indah, biasanya memakai "Pangga" dalam 5 Hasil wawancara dengan Lukas Gunggas, tokoh adat Manggarai Flores, tanggal 28 Juli 2015, di Manggarai Flores NTT (by phone), Pukul: 19.00 wib - 20.00 wib. 84

bahasa daerah setempat, Yaitu sebuah asesories yang dibuat dari kulit kerbau berbentuk sebuah tanduk lalu dibalut dengan kain sampai membentuk seperti tanduk kerbau, dan di tengah tanduk ada asesories membentuk ekor kuda, ini pertanda bahwa mereka perkasa seperti seekor kerbau atau seekor kuda jantan. Tubuh harus dalam keadaan telanjang, dan dari pinggang kebawah dikenakan sarung songket manggarai dengan segala asesories lainnya termasuk Giring-giring yang digantungkan dibelakang pinggangnya agar pada saat menari dapat mengeluarkan irama atau nada yang merdu didengar dalam mengikuti irama gong yang dibunyikan oleh kelompoknya. Biasanya pembuka pukulan dari tokohtokoh adat yang seponsor acara Caci ini, dan dari kelompok pendatang atau dari luar daerah setempat yang menadahnya atau menangkis. Masing-masing pemain harus melihat siapa penantangnya, karena kalau masih ada hubungan darah atau keluarga tidak boleh melakukan pengaduan atau pemukulan, Kecuali sebatas teman atara kampong. Para pemain dalam mengadu ketangkasan dan keluwesan dalam menangkis pukulan lawan bisa dimulai dengan bertindak sebagai pemukul dan pada kesempatan lain sebagai penangkis. Dan juga tidak ada keharusan untuk menadah pukulan lawan setelah kita memukulnya, bisa diganti dengan pemain yang lain. Mbete, Larik atau pecut yang dibuat dari kulit kerbau yang kering ini jika mengenai badan bisa menimbulkan luka. Sebab kalau dikampung wolomboro (Kampung adat yang selalu mengadakan acara tari caci dan danding di manggarai timur), di ujung Pecut'nya di pasang atau diikat sebatang Lidi dari pohon Nira atau (Pohon tuak dalam bahasa setempat). Ini bertujuan agar sebelum melakukan pemukulan para pemain membunyikan pecut tersebut seperti suara sebuah bom yang meledak ( ini juga salasatu cara untuk memanasi lawanya ) dan jika lidi dari tuak ini mengenai badan akan langsung mengeluarkan darah atau luka. Para penonton pun harus membuka mata karena kadang-kadang lidi ini putus dalam saat melakukan pukulan dan mencar'nya ke penonton.( penonton bisa membawa luka tanpa bermain caci ). Dengan lincah si penyerang mengayunkan pecutnya ke tubuh lawan, sementara si penangkis berupaya menghalangai sabetan pecut dengan sebuah Tameng atau perisai dari kulit kerbau dan sebuah tereng yang terbuat dari sebatang bambu kering yang ukurannya 2-3 meter.tapi yang pakar'nya dalam bermain caci bisa menadanya dengan sebuah tempurung kelapa sebagai tameng dan sepotong kayu yang ukuran 1meter sebagai terengnya. Jika pukulannya kena membuktikan bahwa penyerang berhasil mengalahkan lawanya. Dan jika megenai wajah bahasa setempatnya bilang "Beke" harus diganti dengan posisi orang lain dan ini pertanda pembawa sial dalam kelompoknya dan malu karena kalah dalam pertandingan ini. Tapi semua pemain caci sudah siap menerima resiko sehingga para pemain harus mahir memukul dan memblokade pukulan lawan. Setelah pukulan berakhir si penada ini mengeluarkan suara atau Paci. Paci adalah bahasa kiasan yang mengartikan kehebatan seseorang. Contoh paci menyebutkan sebuah benda seperti Jangkar/Anker/Saul. jika Anker ini sudah tersangkut 85

di batu karang,perahu yang membuang saul ini tak mungkin bisa berjalan atau hanyut terbawa arus. Jika ada orang yang mengeluarkan Paci jenis ini pertanda bahwa dia paling hebat dalam permainan Caci. Lalu ada lagi bahasa setelah Paci, yaitu bertanya kepada penonton apakah permainan saya cantik atau tidak? Apakah anda melihat pukulan tadi kena atau tidak? Dan penonton menjawabnya dengan versi suport Cantik dan tidak kena. Di dalam Bahasa daerahnya ; Oe...Ema O...!!!! Hena ko toe...? pass pasang daku ema..? Kelompoknya menjawab: Oeeeee...!Pass Anak...! Selanjutnya danding atau tandak menyanyikan lagu daerah manggarai. Pada saat menyanyikan lagu atau paci, Tameng dan Tereng tidak boleh lepas dari tangannya, jika meletakan ke tanahpun Tameng tidak boleh dalam keadaan terbuka (harus telungkup) Sebab kepercayaan adat di kampong ini (Wolomboro), jika meletakan Tameng dalam keadaan terbuka berarti kita sangat membenci permainan ini, Dan Penonton yang melihatnya harus cepat-cepat masuk arena untuk membalikan tameng tersebut sebelum toko adat atau tuan rumah melihatnya. Pada saat penyerahan Tameng kepada lawannya harus dalam posisi badan menunduk atau jongkok sebagai tanda penghormatan, begitupun yang menerimanya. Mahir memukul lawan, trampil menangkis serangan, sportifitas tinggi, bisa mengendalikan diri dalam arti walaupun terluka wajib memberi hormat kepada lawannya. Indah menarinya dan merdu menyanyikan lagu daerah adalah salasatu persyaratan dalam pertandingan Caci ini sehingga para penonton sangat terhibur. Tidak boleh ada yang menyimpan rasa dendam dalam pertandingan ini dan setelah pertandingan usai para pemain saling berjabatan tangan dan memaafkanya. Acara Tari Caci biasanya dimulai dari jam 08.00am sampai jam 06.00pm dan ditutupi dengan membuang selembar Tikar dari daun pandan ke tengah lapangan pertandingan, ini pertanda bahwa Caci telah selesai dan para pemain harus berhenti melakukan pemukulan dan masing-masing kelompok semua bubar. Kadang-kadang malamnya dilanjutkan dengan acara danding atau tandak, itupun jika yang punya acara dan para ketua adat merestuinya.. 6 Pengenalan permainan Caci antara lain dilakukan dengan cara menempatkan iklan di beberapa media, sebagaimana dikemukakan oleh Valentinus Nurbin Sene sebagai berikut:...dalam tahap pengenalan ini iklan dilakukan di radio, surat kabar lokal, internet dan spanduk. Untuk radio penempatan iklan menggunakan radio yang memiliki program siaran kebudayaan nusantara. Untuk 6 Hasil wawancara dengan Frans Mudi, Ketua Lembaga Adat Wae Rebo Kabupaten Manggarai Flores NTT, tanggal 29 Juli 2015, di Manggarai Flores NTT (by Phone), pada pukul: 19.00 wib - 20.00 wib. 86

penempatan di surat kabar menggunakan koran daerah (lokal). Begitu juga pada penempatan iklan di internet dan spanduk. 7 Selain itu, pengenalan permainan Caci juga dilakukan melalui seminar kebudayaan Manggarai sebagaimana dikemukakan oleh Valentinus Nurbin Sene sebagai berikut:.menampilkan pergelaran permainan Caci/tarian Caci yang diselenggarakan pada tanggal 15-16 Agustus 2015. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mendalami nilai-nilai budaya yang membesarkan dan mendewasakan kita sebagai manusia modern yang berbudaya, melestarikan kebudayaan Manggarai Raya, memperkenalkan kebudayaan Manggarai Raya sebagai pundi-pundi kebudayaan Nusantara yang eksotik, sebagai media aktualisasi diri bagi para pecinta dan pelaku seni, adat budaya dan media pengembangan bakat. 8 b. Tahap Memperoleh Kepercayaan dan Edukasi Pada tahap ini dilakukan berbagai kegiatan, sebagaimana dikemukakan oleh Valentinus Nurbin Sene sebagai berikut:. kegiatan untuk memperoleh atau mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas. Artinya permainan/tarian Caci ini dapat digunakan oleh masyarakat yang menginginkannya dalam acara-acara yang hendak diselenggarakan olehnya. Kegiatan yang dilakukannya misalnya, dalam acara adat, atau event-event tertentu dalam keluarga. Dengan demikian acara permainan/tarian Caci ini dapat dijadikan sebagai edukasi bagi masyarakat luas yang belum pernah sama sekali melihat permainan/tarian Caci 9 c. Tahap Retensi Pada tahap ini juga dilakukan berbagai kegiatan, sebagaimana dikemukakan oleh Valentinus Nurbin Sene sebagai berikut:.kegiatan untuk mempertahankan masyarakat luas yang sudah menjadi langganan untuk menggunakan permainan/tarian Caci pada event-event 7 Valentinus Nurbin Sene, op.cit., tanggal 25 Juli 2015. 8 Ibid. 9 Ibid. 87

yang diselenggrakan olehnya. Dengan demikian harus mengadakan program-program yang dapat mengusung permainan/tarian Caci. Adapun program-program tersebut seperti halnya dilakukan dalam menyambut Hari Kemerdekaan Negara yang tepatnya pada tanggal 15-16 Agustus. 10 4.4. Perencanaan Strategi Promosi Kebudayaan Permainan/Tarian Caci Strategi promosi diawali dengan kegiatan perencanaan yang antara lain dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dan analisis STP sebagai berikut: Perencanaan promosi untuk permainan/tarian Caci secara pokok tidak ada tetapi mengingat bahwa hal ini merupakan kebudayaan yang harus dilestarikan, maka perlu membuat analisis sendiri, yaitu: (1) kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang ingin kita promosikan atau kita kampanyekan pada masyarakat luas; (2) kita harus mengetahui siapa saja target yang akan dijadikan pelanggan (penikmat jasa permainan/tarian Caci); (3) kita juga harus mengetahui pesaing dari kebudayaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dilakukan agar supaya kita dapat menonjolkan kelebihan atau kekuatan yang terdapat pada permainan/tarian Caci dibandingkan dengan kebudayaan tari tradisional lainnya dan tarian modern yang datangnya dari manca Negara; (4) kapan dan media apa kita berpromosi kebudayaan permainan/tari Caci 11 Berdasarkan ulasan di atas dapat dikatakan bahwa langkah awal perencanaan promosi kebudayaan permainan/tari Caci yaitu menentukan bauran promosi yang digunakan untuk berpromosi. Hal terpenting adalah menentukan target market dan melihat pesaing. Dalam perencanaan strategi promosi yang dapat dilakukan adalah diawali menentukan bauran promosi. Menurut Feliks Edon, Kabid Kebudayaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, pesaing kebudayaan permainan/tarian Caci adalah:.tari Gantar yang berasal dari suku dayak Kalimantan, Tari Mangaru dari Sulawesi Tenggara. Cara mengatasi pesaing adalah. dengan 10 Ibid. 11 Feliks Edon, op.cit., tanggal 26 Juli 2015. 88

melakukan competitor research yaitu dengan melakukan peningkatan secara berlanjut selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang mementaskan permainan/tarian Caci tersebut di seantero Nusantara bahkan manca Negara. 12 Itu berarti bahwa permainan caci memiliki pesaing, sehingga layak untuk dilakukan analisis SWOT, sebagai berikut: 4.4.1. Analisis SWOT Kebudayaan Permainan/Tarian Caci berikut: Analisis SWOT meliputi empat komponen, dengan rincian sebagai 1. Kekuatan (strength), merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari suatu produk.. kekuatan yang dimiliki oleh kebudayaan permainan/tarian Caci adalah untuk mempertahankan kearifan budaya yang mempunyai nilai dan potensi untuk dilestarikan, dikelola, kemudian di promosikan sebagai daya tarik suatu daerah. Selain itu permaianan/tarian Caci ini memiliki kekuatan yaitu sebagai filosofi kehidupan orang Manggarai Flores. 13 2. Kelemahan (weakness), merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari suatu produk...kelemahan yang ada pada kebudayaan permainan/tarian Caci adalah minimnya kesadaran sebagaian orang Manggarai untuk belajar mengetahui budayanya sendiri. Selain itu kurangnya dukungan pemerintah untuk mendorong masyarakat Manggarai Flores dalam rangka mempromosikan kebudayaan permainan/tarian Caci ini 14 3. Peluang (opportunity), adalah situasi eksternal peusahaan yang berpotensi menguntungkan..peluang untuk kebudayaan permainan/tarian Caci ini memang tergolong cukup besar, kalau melihat kondisi market yang luas. Sebab permainan/tarian Caci ini tidak ada di daerah lain di Indonesia bahkan di dunia. Dengan demikian sehingga dipandang perlu untuk turut serta menjaga eksistensinya sebagai budaya local yang mempunyai nilai jual yang sangat tinggi 15 12 Ibid. 13 Valentinus Nurbin Sene, op.cit., tanggal 25 Juli 2015 14 Ibid. 15 Ibid. 89

4. Ancaman (threats), adalah suatu keadaan eksternal yang berpotensi menimbulkan kesulitan. Kebudayaan permainan/tarian Caci menemui kesulitan dan dapat menjadikan ancaman yaitu globalisasi dimana terjadi pertukaran budaya (akulturasi) membuat budaya lokal, akan menghilangnya identitas 16 Berdasar penjelasan analisis SWOT di atas sesuai dengan teoretis yang diungkapkan oleh Rangkuti bahwa analisis SWOT adalah evaluasi mengenai kekuatan, kelemahan, semua indikator internal atau indikator yang dapat dikendalikan perusahaan. Sedangkan analisis peluang dan ancaman adalah semua indikator yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. 17 Berdasarkan ulasan di atas tampak bahwa strategi permainan Caci belum sepenuhnya efektif, terutama karena di satu sisi kesadaran masyarakat Manggarai untuk belajar mengetahui budayanya sendiri relatif minim dan dukungan pemerintah setempat untuk mendorong masyarakat Manggarai Flores dalam mempromosikan kebudayaan permainan/tarian Caci juga rendah, sedangkan di sisi lain telah terjadi pertukaran budaya (akulturasi) yang dapat membuat budaya lokal dapat kehilangan identitas dan jati diri. 4.4.2. Analisis STP Kebudayaan Permainan/Tarian Caci Untuk segmentasi, targeting dan positioning, kebudayaan permainan /tarian Caci tidak memiliki perbedaan segmen dengan kebudayaan tarian lainnya. Sebagaimana dinyatakan oleh Feliks Edon bahwa: a. Segmentasi dari kebudayaan permainan/tarian Caci adalah: Kebudayaan permainan/tarian Caci tidak memiliki segmentasi tertentu, melainkan berlaku untuk segmen semua lapisan masyarakat baik orang muda 16 Ibid. 17 Fredy Rangkuti, Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated marketing Communication. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, 66-67. 90

maupun orang tua, serta berlaku untuk semua umur. Karena kebudayaan permainan/tarian Caci ini bersifat tontonan, jadi siapapun dapat melihatnya dan selain itu juga dapat menghibur semua lapisan masyarakat dan golongan yang melihatnya. 18..Saya menambahkan bahwa kebudayaan permainan/tarian Caci ini dapat juga membagi segmen pasarnya dalam beberapa segmen diantaranya: (1). Geografis yang terdiri dari: (a) wilayah: Nasional; (b) daerah berkembang dan tidak berkembang:baik perkotaan dan pinggiran kota (2). Demografis yang terdiri dari (a) usia: segala umur; (b) jenis kelamin: laki-laki dan perempuan; (c) SSE: ABCD; (d) pekerjaan: segala macam pekerjaan baik buruh, perkantoran, mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, bahkan pengangguran, dll. (3). Psikografis yang terdiri dari: (a) kebutuhan: dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan peningkatan ilmu pengetahuan/edukasi dan hiburan masyarakat yang menikmatinya. 19 b. Targeting yaitu menetapkan pasar sasaran. Target market yang dimiliki kebudayaan permainan/tarian Caci terlihat dari penyataan Feliks Edon sebagai berikut: Target market kebudayaan permaianan/tarian Caci ini adalah untuk semua golongan (profesi apapun). Target utama dari kebudayaan permainan/tarian Caci adalah dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan baik wisatawan domestic maupun wisatawan manca Negara. Target selanjutnya dari kebudayaan permainan/tarian Caci adalah dapat meningkatkan lama tinggal di daerah yang dikunjungi tempat wisatawan tersebut (daerah tujuan wisata) 20 c. Positioning kebudayaan permainan/tarian Caci adalah: Sebagai kebudayaan yang memiliki karakteristik sangat kental dengan istilah Ca Nai Latang Manggarai (satu hati untuk Manggarai). Potisioning dapat tentukan dari key diferensiasi yang dapat membedakan kebudayaan permainan/tarian Caci dengan competitor lain. 21 18 Feliks Edon, po.cit., tanggal 26 Juli 2015. 19 Ibid. 20 Ibid. 21 Ibid. 91

Menurut Feliks Edon, yang terlibat dalam usaha meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan kebudayaan permainan/tarian Caci di Kabupaten Manggarai Flores NTT adalah: Semua pihak baik pemerintah, dinas dan masyarakat serta kelompok sadar kebudayaan dan kelompok sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Manggarai Flores NTT. 22 4.5. Pelaksanaan Strategi Promosi Kebudayaan Permainan/Tarian Caci Langkah kedua dalam tahap-tahap strategi promosi yaitu pelaksanaan. Pelaksanaan yang dilakukan dalam promosi kebudayaan permainan/tarian Caci adalah: Pelaksanaan promosi dapat dilakukan dengan menggunakan elemenelemen bauran promosi, yang meliputi: (1) Advertising, melalui internet yang diagendakan secara tetap dalam satu tahun pada tanggal 18-19 Agustus berkaitan dengan hari raya Kemerdekaan RI. Selain itu dilakukan melalui radio lokal, dan spanduk; (2). Direct Marketing, yaitu kegiatan yang dilakukan secara langsung ke lembaga atau instansiinstansi yang terkait mengenai pergelaran kebudayaan permainan/tarian Caci. 23 Faktor pendukung kegiatan promosi kebudayaan permainan/tarian Caci pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai Flores NTT, yaitu: Adanya jadwal pameran dan promosi kebudayaan permainan/tarian Caci di dalam negeri yang sudah terjadwal yang sering diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Republik Indonesia tepatnya tanggal 18-19 Agustus seperti yang sudah saya katakana di atas, sementara untuk luar negeri belum ada. Jadwal pameran yang sudah terjadwal dan kerjasama yang baik dengan mitranya, maka mempermudah kegiatan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai dalam mempersiapkan acara secara maksimal. 24 22 Ibid. 23 Valentinus Nurbin Sene, op.cit., tanggal 25 Juli 2015. 24 Ibid. 92

Valentinus Nurbin Sene juga mengatakan adanya kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai dalam mempromosikan kebudayaan permainan/tarian Caci, sebagai berikut: Kendalanya adalah belum dapat memaksimalkan promosi kebudayaan permainan/tarian Caci secara besar-besaran, karena terbatasnya dana yang dianggarkan. Selain itu, belum adanya bagian khusus yang menangani masalah promosi kebudayaan permainan/tarian Caci, misalnya belum adanya bagian public relations Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai Flores NTT. Kebudayaan permainan/tarian Caci juga belum ditata dan dikelola dengan baik, terutama dalam promosinya sehingga wisatawan belum banyak yang mengetahuinya. Disamping itu, anggaran promosi dari pemerintah (APBD) dalam satu tahun sangat minim, hanya sebesar Rp. 126.750.000,- dan tidak dapat memenuhi seluruh biaya-biaya dalam elemen-elemen bauran promosi secara idealnya. 25 Adapaun upaya untuk mengatasi hambatan kegiatan promosi kebudayaan permainan/tarian Caci pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai, yaitu: Untuk mengatasi hambatan tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Manggarai menjalin kerjasama dengan Kelompok-kelompok sanggar seni kebudayaan Kabupaten Manggarai. Dengan demikian anggaran dana yang tidak mencukupi untuk promosi dapat tertolong oleh elemen-elemen masyarakat yang bergerak dalam bidang seni dan kebudayaan tersebut. 26 Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pelaksanaan strategi belum sepenuhnya efektif terutama apabila ditinjau dari elemen-elemen bauran promosi. 25 Ibid. 26 Ibid. 93

4.6. Pengendalian Strategi Promosi Kebudayaan Permainan/Tarian Caci Langkah terakhir dalam tahap-tahap stategi promosi yaitu pengendalian. Pengendalian yang dilakukan pada strategi promosi kebudayaan permaianan/tarian Caci, menurut Valentinus Nurbin Sene, adalah Melakukan riset secara kualitatif melalui kegiatan focus group discussion dengan mengundang para tokoh adat, pemerintah kebudayaan dan sanggar-sanggar seni kebudayaan melalui undangan resmi. 27..kemudian setelah itu yang dilakukan adalah dengan melihat anggaran promosi yang ada dari pemerintah (APBD), dan dalam satu tahun dianggarkan sebesar Rp. 126.750.000,- Hal ini menurut kami sangat minim dan tidak dapat memenuhi seluruh biaya-biaya dalam elemen-elemen bauran promosi secara idealnya. 28 Sementara Feliks Edon mengungkapkan bahwa pengendalian strategi promosi kebudayaan permainan/tarian Caci sebagai berikut: Kami mengetahui bahwa dalam pengendalian strategi promosi yang dilakukan ini sangat penting sekali bila dikaitkan dengan anggaran yanga ada,.begini yang utama dilakukan pengendalian strategi promosi dengan mengevaluasi apakah sejauh ini sudah tepat yang dilakukan dalam berpromosi melalui anggaran pemerintah yang sangat tidak mencukupi.coba bayangkan dana yang dianggarkan untuk memperkenalkan kebudayaan daerah kita hanya kisaran 100 jutaan lebih lah paling ga sampai 150jt, tentunya penggunaannya juga harus efektif agar menjadi efisien. Selain itu kita perlu juga melakukan pengendalian dengan fokus dalam sasaran promosi agar berdampak pada hasil sesuai yang diinginkan. 29 Berdasarkan ulasan di atas terlihat bahwa pengendalian promosi kebudayaan permainan/tarian Caci belum sesuai harapan dan teori. Secara teoretik, pengendalian promosi meliputi: (1) Pengendalian rencana tahunan, personalia pemasaran memeriksa prestasi yang sedang dicapai dengan rencana 27 Ibid. 28 Ibid. 29 Feliks Edon, op.cit., tanggal 26 Juli 2015. 94

tahunan dan mengambil tindakan-tindakan korektif diperlukan; (2) Pengendalian kemampuan labaan dan profitabilitas nyata dari target promosi; (3) Pengendalian efisien, meliputi usaha mencari-cari untuk memperbaiki dampak dan perangkat dan biaya pemasaran; dan (4) pengendalian strategis terdiri dari pengujian secara berkala apakah dasar dari Dinas Kebudayaan itu sesuai dengan peluang-peluang yang ada. 4.7 Tanggapan Masyarakat terhadap Strategi Promosi Kebudayaan Permainan/Tarian Caci Tanggapan masyarakat terhadap strategi promosi kebudayaan permainan/tarian Caci dari Kabupaten Manggarai Flores NTT tampak dalam beberapa petikan wawancara dengan warga masyarakat sebagai berikut: Adanya strategi promosi sangat baik sekali walaupun masih banyak kekurangan tetapi itu sudah menunjukkan keinginannya untuk memperkenalkan permainan/tarian Caci kepada masyarakat luas, agar budaya kita terkenal manfaat promosi tersebut tidak hanya memperkenalkan permainan/tarian Caci, tetapi juga memperkenalkan atribut yang digunakan seperti kain buatan dari Manggarai, kemudian bermanfaat sebagai ilmu pengetahuan. 30 Menurut saya, yang sudah dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Flores NTT sudah lumayan baik walaupun belum maksimal dari strategi promosi yang dilakukan, seharusnya promosi banyak dilakukan melalui media televisi baik dalam negeri maupun luar negeri secara intensif untuk memperkenalkan ke dunia tidak saja kebudayaan permainan/tarian Caci bahkan sekaligus mempromosikan keindahan alam dan beraneka ragamnya sesuatu yang dihasilkan dari bumi Manggarai tercinta ini.. 31 30 Hasil wawancara dengan Dorus, tanggal 1 Agustus 2015. 31 Hasil wawancara dengan Jhon Intan, tanggal 1 Agustus 2015. 95