Peninggalan batu nisan Sultan Malik al Saleh merupakan bukti yang mendukung teori

jenis² hewan yang tidak menyusui anaknya​

Tolong jelaskan apa itu organisasi OIC BRICS NATO ASEAN

1. Nama asli Sunan Kalijaga adalah ... 2. Sunan Kalijaga melakukan Uzlah, Uzlah artinya... 3. Makam Sunan Kalijaga terletak di 4. Atap dari masjid Dem … ak adalah berbentuk ... 5. Fungsi dari akulturasi masjid Demak adalah ...​

2. Sunan Kalijaga lahir dari kalangan keluarga ... a. bangsawan b. pas-pasan c. miskin 3. Salah satu tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga adalah a. … macapat wijil c. cublak-cublak suweng d. turi putih b. Lir ilir 4. Beberapa tembang dari Sunan Kalijaga cukup dikenal masyarakat jawa dan memuat ajaran ... a. jasmani b. spiritual C. sesat 5. Nama ayah dari Sunan Kalijaga adalah ... a. Raden Usman Haji b. Raden Sahuri a. berdua b. sepihak d. sederhana 6. Sunan Kalijaga mereformasi pagelaran wayang berdasarkan aturan yang disepakati secara ... a. Surabaya b. Cirebon c. aden Prawoto d. Raden Qosim Syarifudin c. bersama d. sendiri d. nasihat 7. Sunan Kalijaga mengawali dakwahnya di wilayah ... c. Gresik d. Jogja 9. Nama lain dari tembang adalah ... a. puisi modern b. syair 8. Sunan Kalijaga selain dalam bidang agama dan seniman wayang, Beliau juga merancang pakaian dan alat ... a. produksi b. pertanian c. kendaraan d. komunikasi c. pidato d. puisi tradisional ​

8. Kegigihan Sunan Bonang dapat dilihat dari cara dakwahnya yang cenderung keras, sehingga tidak diterima di kediri, akan tetapi agar Islam bisa diter … ima, beliau merubah cara dakwahnya dengan ... a. berdebat b. diam-diam c. Seni budaya d. empat mata​

KOMPAS.com - Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan bercorak Islam di Sumatera yang pernah berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16.

Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Marah Silu, yang setelah menjadi raja bergelar Sultan Malik Al-Saleh.

Kerajaan ini berhasil berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan karena letaknya yang sangat strategis berada di dekat Selat Malaka, atau lebih tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh.

Raja terkenal yang kemudian berhasil membawa Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan adalah Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang berkuasa antara 1326-1345 M.

Kejayaan kerajaan ini dapat dilihat dari aktivitas perdagangan yang maju dan ramai, menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran, dan menjadi pusat perkembangan agama Islam.

Setelah beberapa abad berkuasa, Kerajaan Samudera Pasai runtuh pada abad ke-16 karena beberapa sebab.

Kerajaan Samudera Pasai menyisakan beberapa peninggalan yang kemudian digunakan oleh para ahli sebagai sumber sejarah.

Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai.

Baca juga: Raja-Raja Kerajaan Samudera Pasai

Makam Sultan Malik Al-Saleh

Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan jejak berupa beberapa makam dengan batu nisan yang indah bentuknya.

Salah satunya adalah makam Sultan Malik Al-Saleh atau Marah Silu, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai.

Makam dengan angka 1297 M ini diklaim sebagai batu nisan tertua yang ditemukan.

Batu nisan pada makam Sultan Malik Al-Saleh menunjukkan bukti adanya pengaruh Islam dari Gujarat di Samudera Pasai.

Makam Sultanah Nahrasiyah

Makam Sultanah Nahrasiyah terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera.

Pada batu nisan ratu pertama Kerajaan Samudera Pasai ini, terdapat kaligrafi yang berisi kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.

Nisan Sultanah Nahrasiyah yang sangat megah didatangkan langsung dari Kamboja.

Selain makam Sultan Malik Al-Saleh dan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan beberapa makam raja lainnya.

Seperti contohnya Makam Sultan Muhammad Malik Al Zahir dan makam putranya, Sultan Mahmud Malik Az Zahir.

Baca juga: Kerajaan Samudera Pasai: Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Lonceng Cakra Donya

Lonceng Cakra Donya adalah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan dibuat pada 1409 M.

Lonceng setinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi berbentuk stupa.

Lonceng Cakra Donya diduga sebagai hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudera Pasai.

Samudera Pasai merupakan kerajaan makmur yang telah mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran, yaitu uang dirham yang terbuat dari emas.

Dirham Kerajaan Samudera Pasai pertama kali dikeluarkan pada periode pemerintahan raja keduanya, yaitu Sultan Muhammad Malik Al Zahir.

Koin berbahan emas yang menjadi alat pembayaran ini kemudian diperkenalkan oleh orang-orang kerajaan kepada bandar perdagangan di nusantara, seperti bandar Malaka.

Atas dasar mata uang emas yang pernah ditemukan pula, dapat diketahui pula beberapa nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai.

Hikayat Raja-Raja Pasai

Hikayat Raja-Raja Pasai adalah karya dalam Bahasa Melayu yang diperkirakan ditulis pada abad ke-14.

Isi karya sastra ini menceritakan tentang Kerajaan Samudera Pasai, termasuk mimpi Marah Silu yang bertemu Nabi Muhammad kemudian mengislamkannya.

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
  • Hastuti, Sri. (2019). Peninggalan Bersejarah di Indonesia. Sukoharjo: Graha Printama Selaras.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jakarta -

Salah satu agama yang diakui di Indonesia adalah Islam. Agama ini diketahui berkembang sejak abad ke-13 hingga sekarang di Tanah Air. Lantas, bagaimana teori masuknya Islam ke Indonesia?

Saat ini, ada 6 agama yang diakui di Indonesia, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia.

Berikut sejarah masuknya Islam di Indonesia lengkap dikutip dari buku 'Sejarah Indonesia Masuknya Islam hingga Kolonialisme' karya Ahmad Fakhri Hutauruk:

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pendapat tentang teori masuknya Islam ke Indonesia yang pertama datang dari teori Gujarat. Dalam teori ini, diceritakan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 M dari pedagang India Muslim.

Teori ini berkembang dari Pijnappel dari Universitas Leiden yang mengatakan bahwa asal muasal Islam dari Gujarat dan Malabar. Kemudian, orang Arab bermazhab Syafi'i bermigrasi ke India dan orang India lah yang membawanya ke Indonesia.

Pendapat ini juga ditegaskan oleh Snouck Hurgronje dalam buku 'L'Arabie et Les Indes Neelandaises atau Reveu de I'Histoire des Religious bahwa hubungan dagang Indonesia dan India telah lama terjalin, kemudian inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera memberikan gambaran hubungan antara Sumatera dengan Gujarat.

Selain itu, ada juga teori Gujarat dari Moquette di mana ia mengatakan bahwa agama Islam di Tanah Air berasal dari Gujarat berdasarkan bukti peninggalan artefak berupa batu nisan di Pasai, kawasan utara Sumatera pada 1428 M.

Adapun, batu nisan itu memiliki kemiripan dengan batu nisan di makam Maulana Malik Ibrahim di Jawa Timur, yakni memiliki bentuk dengan batu nisan di Cambay, Gujarat, India.

2. Teori Mekah

Pendapat lainnya adalah teori Mekah. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Hamka dalam Dies Natalis PTAIN ke-8 di Yogyakarta sebagai koreksi dari teori Gujarat. Dalam teori masuknya Islam ke Indonesia ini diterangkan bahwa Arab Saudi memegang peranan yang besar.

Pasalnya, menurut Hamka, bangsa Arab pertama kali ke Indonesia membawa agama Islam dan diikuti Persia dan Gujarat. Adapun, disebutkan masuknya Islam terjadi sebelum abad ke-13 M, yakni 7 Masehi atau abad pertama hijriyah.

Hal ini dibuktikan setelah wafatnya Rasulullah SAW pada tahun 632 M, di mana kepemimpinan Islam dipegang oleh para khalifa. Di bawah kepemimpinan itu, agama Islam disebarkan lebih luas hingga ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, Spanyol.

Kemudian, di masa Dinasti Umayyah pengaruh semakin meluas hingga ke Nusantara. Menurut Arnold (Morrison 1951) bukti masuknya Islam ke Indonesia dari para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka berdagang hal ini juga sesuai dengan fakta pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman di pesisir pantai Sumatera. Para pedagang Arab tersebut juga melakukan pernikahan dengan penduduk lokal sehingga agama Islam semakin menyebar di Nusantara.

3. Teori Persia

Teori masuknya Islam ke Indonesia terakhir adalah Persia yang dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat. Dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Persia singgah di Gujarat pada abad ke-13. Hal ini terbukti dari kebudayaan Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia.

Hal ini juga dipertegas oleh Morgan (1963:139-140) bahwa masyarakat Islam Indonesia sama dengan Persia. Terbukti, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi'ah atas syahidnya Husein. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura.

Selain itu, di Minangkabau bulan Muharram juga dikenal sebagai bulan-bulan Husein. Lalu di Sumatera Tengah diperingati dengan mengarak keranda Husein untuk dilemparkan ke sungai.

Selanjutnya, teori ini juga didukung dengan kesamaan ajaran Syaikh SIti Jenar dengan ajaran Sufi Iran al-Hallaj. Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat dalam pengajian Al-Quran tingkat awal.

Kesamaan terakhir adalah nisan pada makam Malik Saleh dan Malik Ibrahim dipesan dari Gujarat dan terdapat pengakuan umat Islam terhadap madzhab Syafi'i di daerah Malabar.

Walaupun begitu, hingga saat ini belum ada fakta mana teori masuknya Islam ke Indonesia yang paling kuat atau yang paling benar.

(pay/erd)