Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali

Rumah Adat Sumatera Selatan – Sumatera Selatan adalah provinsi yang didirikan di Sumatera. Daerah Sumatera Selatan telah menjadi pusat perdagangan Nusantara di masa lalu. Daerah ini telah menjadi tempat para pelaut dan pedagang dari seluruh dunia untuk singgah di Palembang sejak masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya yang telah banyak mempengaruhi peradaban di provinsi ini. Namun, kearifan lokal suku asli, suku Palembang justru mampu menahan diri dari budaya luar yang datang. Salah satu kearifan lokal, misalnya bisa kita temukan di Rumah Adat Sumatera Selatan. Sumatera Selatan memiliki tiga rumah tradisional yaitu Rumah Limas, Rumah Ulu dan Rumah rakit. Pada artikel ini kita akan lebih detail menjelaskan tentang Rumah Limas sebagai Rumah Adat Sumatera Selatan.

Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali
Rumah Adat Sumatera Selatan – Limas

Struktur Bangunan Rumah Adat Limas

Jika diperhatikan baik-baik gambar rumah di belakang Rp. 10.000 Indonesia, gambarnya ternyata adalah Rumah Limas yang merupakan Rumah Adat Sumatera Selatan. Dalam gambar Anda dapat melihat beberapa keunikan rumah tersebut dengan struktur panggungnya.

Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali
Rumah Adat Sumatera Selatan – Desain Bangunan Rumah Limas

Nama Limas dikenal dari bentuk atapnya yang seperti limasan. Karena struktur bangunannya yang di atas panggung, maka jelas bahwa Rumah Adat Sumatera Selatan ini berdiri di atas beberapa pilar besar. Ketinggian tiang itu sendiri bervariasi dari 0,5 hingga 3 meter tergantung pada tempatnya. Jika rumah berdiri di daerah yang sering banjir tinggi, maka tiang rumah ini akan lebih tinggi. Tiang rumah limas yang berjumlah setidaknya 32 buah (atau kelipatannya) umumnya terbuat dari kayu Ulen yang terkenal dengan ketahanan terhadap pelapukan.

Untuk menaiki rumah Limas, ada 2 tangga yang terletak di kiri dan kanan rumah. Tangga menuntun kita ke teras yang dikelilingi oleh pagar kayu yang disebut tenggalung. Pagar kayu biasanya dilengkapi dengan ukiran flora yang dapat meningkatkan nilai estetika Rumah Adat Sumatera Selatan ini dari tampilan depan.

Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali
Rumah Adat Sumatera Selatan – Desain Ruangan Rumah Limas

Struktur panggung rumah limas menjadikan bagian bawahnya bisa digunakan untuk kegiatan sehari-hari. Biasanya digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas wanita setiap hari. Kemudian di lantai rumah ini, Anda akan menemukan tingkat teras (batu nisan) yang memiliki nilai filosofis tersendiri.

Fungsi Rumah Limas

Rumah Limas (rumah piramida) adalah bangunan utama dengan bentuk rumah persegi panjang di atas panggung dengan atap piramida. Tangga di depan rumah memiliki sebelas langkah. Rumah itu memiliki genteng, yang bagian atasnya dihiasi dengan ornamen yang bernama simbar dengan lekukan pendek di ujung genteng yang berbentuk seperti ekor bebek. Ada ornamen di pintu dan jendela yang berfungsi sebagai ventilasi juga. Dahulu, rumah-rumah ini adalah tempat tinggal para bangsawan.

Rumah Limas adalah Rumah Adat Sumatera Selatan. Disebut Limas karena berbentuk piramida. Ini adalah rumah bertingkat dan levelnya memiliki filosofi budaya sendiri. Tingkat-tingkat ini disebut Bengkilas oleh masyarakat setempat.

Pembangunan Rumah Limas dipengaruhi oleh nilai-nilai kuat dari adat setempat. Teras rumah terdiri dari lima kamar yang disebut Kekijing. Ini melambangkan lima tahap kehidupan dalam masyarakat, usia, jenis kelamin, bakat, tingkat, dan martabat. Detail setiap teras memiliki keunikan tersendiri.

Rumah Adat Sumatera Selatan ini memiliki lima kamar bertingkat (kekijing) yang melambangkan 5 (lima) tingkat dalam pengorganisasian masyarakat yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, bakat, posisi dan status. Lantai pertama adalah ruangan tanpa dinding, semacam beranda yang disebut pagar tenggalung dan digunakan untuk beristirahat dan menerima tamu selama upacara tradisional. Kamar kedua disebut jogan, khusus diperuntukkan bagi pria. Ruang ketiga bernama kekijing tiga (kekijing ketiga) memiliki lantai lebih tinggi dari jogan dan dipisahkan oleh partisi (kiyam), berfungsi untuk mengundang kerabat atau keluarga setengah baya selama upacara tradisional. Ruang keempat bernama kekijing ke empat memiliki lantai yang lebih tinggi daripada kekijing yang ketiga dan berfungsi untuk mengundang kerabat atau anggota keluarga lanjut usia, tumenggung (pejabat tingkat tinggi), dapunto dan Datuk (lurah). Kamar kelima bernama gegajah adalah kamar terbesar dan berfungsi untuk menerima tamu dan wanita terhormat.

Di tengah-tengah terdapat ruang kepala keluarga, Pangkeng Kaputren (kamar anak perempuan), Pangkeng Keputran (kamar anak laki-laki), Kamar Keluarga, dan Ruang Penunjang Anak, Pangkeng Penganten (kamar pengantin). Semua kamar di bagian tengah adalah pribadi. Tidak semua orang diizinkan masuk kecuali anggota keluarga pemilik rumah.

Di belakang ada Dapur atau Pawon, Ruang Hias, Ruang Overflow, dan Toilet. Wanita muda dan wanita biasanya lebih aktif di bagian ini.

Semua ruangan menjadi ruang utama ketika pemilik rumah mengadakan acara seperti kendur, upacara adat, resepsi, dan pertemuan penting. Karenanya, di bagian-bagian ruangan ini kita akan menemukan banyak ornamen, seperti lemari yang berisi banyak pajangan sebagai pemisah antara bagian depan dan tengah.

Sekarang ini Rumah Limas digunakan sebagai galeri seni untuk memamerkan berbagai macam budaya, antara lain tahta raja (puade), kostum tradisional, kain songket, aster pengantin, keramik, berbagai kerajinan tangan yang dibuat dari gading, kuningan dan timah.

Filosofi Dari Rumah Adat Limas

Rumah Adat Sumatera Selatan ini memiliki pagar di terasnya. Pagar tinggi dan sekeliling semua bagian serambi berisi nilai filosofis bahwa seorang gadis atau perempuan Palembang harus dijaga dari lingkungan luar. Itu juga melambangkan bahwa mereka harus memiliki perisai untuk menjaga martabat dan kebanggaan mereka terhadap lingkungan.

Lantai rumah ini memiliki tingkat teras (kekijing). Setidaknya ada 3 level di bagian depan rumah yang digunakan untuk mengadakan acara adat. Semakin tinggi tingkat lantai, tamu yang duduk di lantai tersebut memiliki posisi yang lebih tinggi.

Rumah Limas dibangun menghadap ke timur dan barat. Aturan ini berlaku karena suku Palembang menganut filosofi “Matoari eedoop dan matoari mati” yang berarti matahari terbit dan terbenam. Filosofi ini memiliki nilai filosofis sehingga orang Palembang harus mengingat secara proporsional bahwa kehidupan di dunia hanya sementara.

Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali
Rumah Adat Sumatera Selatan – Limas Dilihat Dari Samping

Fakta Unik Rumah Limas Sebagai Rumah Adat Sumatera Selatan

Selain terkenal dengan strukturnya, Rumah Adat Limas juga memiliki beberapa fakta unik yang tidak banyak diketahui orang. Di sini kita akan membahas lebih lanjut mengenai fakta unik Rumah Limas.

Dibangun tanpa menggunakan paku

Rumah Adat Sumatera Selatan ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi memakai pasak. Bisa dibongkar pasang. Awalnya Rumah Adat Limas didirikan oleh bangsawan Palembang bernama Pangeran Sharif Abdurrahman Al Habsi pada tahun 1836. Namun akhirnya rumah ini dijadikan museum dan diberi nama Rumah Museum Bari. Sebelum di sini lokasinya berada di belakang Kantor Walikota Palembang.

Seluruh bagian bangunan terbuat dari kayu

Bangunan Rumah Limas secara keseluruhan terbuat dari kayu. Untuk pondasi digunakan kayu ulin yang jika lebih lama terendam air menjadi lebih kuat. Sedangkan untuk bagian lain rumah terbuat dari kayu meranti, trembesi, dan mahoni.

Pernah dikunjungi oleh Ratu Beatrix dan Pangeran Willem

Keunikan Rumah Limas juga mencuri perhatian wisatawan asing. Bahkan, beberapa tamu kehormatan dari negara lain pernah datang ke rumah ini seperti Ratu Beatrix dan putranya Pangeran Willem sekitar tahun 1993. Itu membuktikan bahwa budaya kita menarik dan terkenal di dunia.

Ada Rumah Limas yang berusia 300 tahun

Rumah Limas di Museum Balaputera Dewa adalah yang paling bersejarah di Palembang. Rumah ini telah mencapai 300 tahun dan masih terawat dengan baik sampai sekarang. Anda dapat menemukan Rumah Limas lain selain di Museum Balaputera Dewa saat bepergian ke Sumatera Selatan. Namun, Rumah Limas yang asli hanya ada di museum. Namun, sebagian isi rumahnya telah dipindahkan ke TMII.

Itulah tentang Rumah Adat Sumatera Selatan yang disebut Rumah Adat Limas. Jika Anda penasaran dengan bentuk aslinya, maka Anda bisa berkunjung ke Palembang tepatnya di Museum Balaputera Dewa. Semoga rumah tradisional semacam ini dapat dipertahankan dan dilestarikan dengan baik sehingga anak-anak dan cucu-cucu kita dapat melihatnya.

Terdapat Di Uang Rp. 10.000

Apakah Anda tahu bahwa uang kertas Indonesia untuk 10.000 rupiah kelompok emisi 2005 dan 2010 menunjukkan gambar Rumah Limas, rumah tradisional Palembang? Rumah ini terletak di komplek Museum Balaputra Dewa, jalan Srijaya I no. 288 Km 5,5 Palembang.

Pada zaman dahulu Rumah Limas sering dipergunakan untuk kecuali
Rumah Adat Sumatera Selatan Limas – Dalam uang 10.000

Timbangan Cinta

Ada hal yang menarik di rumah ini. Kita bisa melihat timbangan cinta. Timbangan ini dibungkus dengan kain songket merah. Dulu digunakan oleh para bangsawan dalam ritual pernikahan tradisional. Dalam ritual pernikahan, mempelai pria akan berlutut di depan salah satu sisi timbangan, sementara Al Quran ditempatkan di sisi lain timbangan. Pengantin pria akan meletakkan tangannya pada timbangan kosong dan perlahan-lahan mendorong ke bawah untuk menyeimbangkan dengan timbangan di mana Alquran ditempatkan sambil bersumpah kepada pengantin wanita. Tradisi ini bertahan di antara bangsawan Palembang.

Jadi, ada begitu banyak kebiasaan budaya Palembang yang bisa kita pelajari di Rumah Adat Sumatera Selatan ini. Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak Rumah Limas? Mari kita kunjungi Palembang.