Gabungan otot berbentuk kumparan memiliki bagian ujung-ujung yang mengecil. Bagian ini disebut dengan urat otot (tendon). Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan menjadi origo dan insersi. Insersi merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi. Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah C.
15. Hubungan antar tulang yang dihubungkan olrh serabut yaitu sinfibrosis. Page 2
Pergerakan tubuh ditentukan oleh sistem rangka dan otot. Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan sel-sel untuk memendek. Sel-sel tersebut sering disebut serabut-serabut otot. Serabut-serabut otot disatukan oleh jaringan ikat. 5.1. Sifat Gerak Otot Untuk menghasilkan suatu gerak, otot bekerja berpasangan dengan otot lain. Saat suatu otot berkontraksi, otot yang bersangkutan akan menggerakan tulang yang dilekatinya ke suatu arah. Sebaliknya, otot lain yang merupakan pasangannya akan menggerakan tulang ke arah sebaliknya (berlawanan). Gerak kedua otot tersebut merupakan gerak antagonis. Misalnya, otot bisep dan otot trisep. Bisep memiliki ujung otot yang bercabang dua, sedangkan trisep memiliki ujung otot yang bercabang tiga. Ujung bisep yang bercabang dua masing-masing berhubungan dengan tulang belikat dan tulang lengan atas. Ujung otot bisep yang berlawanan berhubungan dengan tulang pengumpil. Sementara itu, trisep berhubungan dengan tulang belikat dan tulang hasta. Gerak fleksi terjadi karena bisep berkontraksi dan trisep berelaksasi. Sebalikya, gerak ekstensi terjadi karena bisep berelaksasi dan trisep berkontraksi. Otot bisep disebut fleksor karena saat berkontraksi terjadi gerak fleksi. Sebaliknya, otot trisep disebut ekstensor karena pada saat berkontraksi terjadi gerak ekstensi. Selain pasangan otot antagonis, ada juga beberapa jenis otot yang berbeda, namun kerjanya saling menunjang. Otot ini disebut otot sinergis. Misalnya, otot-otot di antara tulang rusuk yang bekerjasama saat terjadi pengambilan dan penghembusan napas. 5.2. Jenis-Jenis Otot Secara umum otot vertebrata dan manusia dibedakan menjadi tiga jenis yaitu otot rangka, otot polos, dan otot jantung. 5.2.1. Otot Rangka (Otot Lurik) Otot rangka adalah otot yang melekat dan menggerakan tulang rangka. Otot rangka mampu menggerakkan tulang karena otot dapat memanjang (relaksasi) dan memendek (kontraksi). Hasil pergerakan otot menyebabkan tulang-tulang yang menjadi tempat perlekatan otot dapat digerakkan. Gerak apapun yang dapat dilakukan oleh tubuh dikarenakan kedua ujung otot melekat pada tulang-tulang sejati maupun tulang rawan. Kedua ujung otot merekat pada dua tulang yang berbeda. Kedua tulang tersebut dihubungkan oleh sendi. Otot rangka jika dilihat dengan menggunakan mikroskop terlihat berupa sel-sel otot berbentuk serabut-serabut halus panjang (miofibril). Otot rangka mengandung banyak inti sel (multinuklei) dan tampak garis-garis terang diselingi garis-garis gelap yang melintang. Oleh karena itu, otot rangka disebut juga otot lurik atau otot serat lintang. Sel-sel serabut otot bersatu dalam suatu kelompok membentuk berkas-berkas yang disebut fasikuli. Berkas-berkas otot diliputi oleh selaput (fasia) yang disebut fasia propia. Beberapa berkas otot bergabung membentuk otot. Setiap otot dibungkus lagi oleh selaput (fasia) yang disebut fasia superfisialis. Gabungan otot membentuk kumparan yang menggembung pada bagian tengahnya yang disebut empal atau ventrikel otot. Ventrikel otot memiliki daya kontraksi dan elastisitas yang tinggi sehingga dapat memanjang dan memendek. Bagian ujung ventrikel otot mengecil, liat, dan keras yang disebut tendon atau urat otot. Ujung tendon yang melekat pada tulang yang tidak dapat digerakkan disebut origo (origin = asal) sedangkan otot yang melekat pada tulang yang dapat digerakkan disebut insersi (insertian = sisipan). Gerak otot rangka mencakup gerak yang dilakukan oleh tangan dan kaki, misalnya berjalan, makan, dan menulis. Gerak otot rangka diatur oleh saraf pusat (otak). Dengan kata lain, gerak otot rangka merupakan gerak yang disadari (menurut kehendak kita) sehingga otot rangka disebut juga sebagai otot sadar. Meskipun gerak otot rangka menurut saraf sadar, otot rangka juga dapat mengalami kejenuhan jika bergerak terus-menerus. Otot rangka dapat digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan mioglobin pigmen otot penyusunnya, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah memiliki lebih banyak mioglobin dibanding otot putih. Mioglobin adalah senyawa protein yang berfungsi mengikat molekul-molekul oksigen. Oksigen yang diikat oleh mioglobin berperan penting untuk respirasi sel-sel otot rangka. Respirasi sel-sel otot rangka akan menghasilkan energi yang penting untuk melakukan aktivitas gerak. 5.2.2. Otot Polos Otot polos terdiri dari sel-sel otot yang berbentuk gelendong dengan satu inti sel yang terletak di tengah. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa otot polos tidak memiliki garis-garis melintang seperti otot rangka. Otot polos tidak melekat pada tulang rangka tubuh. Aktivitasnya lambat, namun geraknya beruntun. Otot polos mampu berkontraksi dalam waktu lama dan tidak cepat mengalami kelelahan. Gerak otot polos tidak menurut kehendak kita karena dikontrol oleh saraf tak sadar (saraf otonom) sehingga disebut otot tidak sadar. Otot polos dapat dijumpai pada dinding penyusun organ-organ tubuh bagian dalam. Misalnya pada saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran reproduksi, pembuluh darah, dan getah bening. 5.2.3. Otot Jantung Otot jantung (miokardium) hanya dijumpai pada dinding janting dan vena kava yang memasuki jantung. Sayatan dinding otot jantung menunjukkan sel-sel otot jantung menyerupai otot rangka dengan satu inti sel tiap satu sel otot jantung yang membentuk anyaman dengan percabangan. Pada setiap percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat yang disebut diskus interkalaris. Otot jantung mampu berkontraksi secara ritmis dan terus-menerus sebagai akibat dari aktivitas sel otot jantung yang berpautan. Gerak otot jantung dikendalikan oleh saraf tak sadar (otonom). Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit dan melebar secara berirama yang menimbulkan denyut jantung. Dengan adanya kontraksi dan relaksasi, darah kita dapat dipompa ke dalam pembuluh-pembuluh darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam keadaan normal jantung akan berkontraksi sekitar 72 kali setiap menit. 5.3. Mekanisme Gerak Otot Mekanisme gerak otot yang akan dibahas berikut merupakan mekanisme gerak pada otot rangka. Hal ini dikarenakan telah banyak penelitian mengenai otot rangka. Mekanisme gerak pada otot polos dan otot jantung prinsipnya sama dengan mekanisme gerak otot rangka. Serabut halus sel otot rangka atau miofibril mengandung filamen protein (miofilamen) yaitu filamen halus dan filamen kasar. Filamen halus dibangun oleh dua untai aktin dan satu untai protein regulator (pengatur) berupa tropomiosin dan troponin kompleks yang membelit masing-masing untaian aktin. Filamen kasar yang dibangun oleh miosin. Kombinasi kedua filamen protein ini menyebabkan adanya pola terang dan gelap pada otot rangka. Setiap unit pola terang dan gelap pada otot rangka. Setiap unit pola terang dan gelap disebut sarkomer. Sarkomer merupakan unit fungsional yang mendasar pada kontraksi otot. Sarkomer satu dengan sarkomer lainnya dibatasi oleh garis Z. Filamen halus melekat pada garis Z dan mengarah ke bagian tengah sarkomer. Sebaliknya, filamen kasar berada di bagian tengah sarkomer. Filamen halus dan kasar yang saling tumpang tindih disebut pita A, namun tidak seluruh filamen tersebut saling tumpang tindih. Pita A yang hanya mengandung filamen kasar di bagian tengah disebut zona H. Daerah ujung dekat sarkomer di mana hanya dijumpai filamen halus saja disebut pita I. Saat otot berkontraksi, panjang tiap sarkomer mengalami reduksi (berkurang). Reduksi yang terjadi yaitu jarak dari satu garis Z ke garis Z berikutnya menjadi lebih pendek. Sarkomer yang berkontraksi tidak menyebabkan perubahan pada panjang pita A, namun pita I akan memendek dan zona H menghilang. Peristiwa ini disebut sebagai model geseran (luncuran) filamen kontraksi otot. Menurut model ini, filamen halus dan kasar tidak mengalami perubahan panjang selama kontraksi otot. Namun, justru filamen halus (aktin) dan filamen kasar (miosin) saling bergabung membentuk aktomiosin dan menggeser satu dengan yang lain secara longitudinal sehingga panjang daerah filamen halus dan kasar yang tumpang tindih bertambah besar. Apabila panjang daerah filamen yang tumpang tindih meningkat, panjang filamen halus berupa pita I dan filamen kasar berupa zona H menjadi berkurang. Pada saat sel-sel otot yang sedang istirahat (relaksasi), tempat pengikatan miosin pada filamen halus dihambat oleh protein regulator tropomiosin. Protein regulator yang lain yaitu troponin kompleks mengontrol posisi tropomiosin pada filamen halus. Agar sel otot dapat berkontraksi, tempat pengikatan miosin di aktin harus terbuka. Tempat pengikatan miosin di aktin dapat terbuka saat ion kalsium mengikat troponin yang mengubah interaksi antara troponin dan tropomiosin. Sumber : Page 2 |