Mengapa Wali Songo dijadikan model dakwah yang berhasil dalam mendakwahkan Islam di Indonesia brainly?

Latar belakang penelitian ini adalah proses penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Walisongo. Salah satu anggota Walisongo yang terkenal akan dakwahnya adalah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga terkenal karena model dan media dakwah yang dipakai berbeda dengan model dan media dakwah anggota Walisongo lainnya. Sunan Kalijaga memakai model dakwah kultural yang berkaitan erat dengan kebudayaan rakyat setempat. Alasan Sunan Kalijaga memakai model dakwah kultural sebagai jalan dakwahnya karena beranggapan bahwa lebih mudah menyebarkan agama Islam dengan cara memadukan dengan unsur kebudayaan masyarakat setempat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Pelaksanaan dakwah kultural ini diharapkan dapat segera menarik hati masyarakat setempat yang masih banyak memeluk agama lama yaitu Hindu dan Buddha. Selain itu diharapkan masyarakat setempat bersedia memeluk agama Islam dengan senang hati dan tanpa adanya paksaan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) Apa yang melatarbelakangi Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa? (2) Bagaimana bentuk usaha yang dilakukan oleh Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam dengan media wayang kulit dan suluk?. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah: (1) Untuk menganalisis latar belakang Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa; (2) Untuk mengkaji bentuk usaha yang dilakukan oleh Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam dengan media wayang kulit dan suluk. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: (1) bagi peneliti,sebagai sarana latihan dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah, latihan berfikir dan memecahkan masalah secara kritis dan logis memperdalam pengetahuan tentang peranan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam penyebaran agama Islam melalui seni budaya wayang kulit dan suluk. (2) bagi Mahasiswa dan calon guru sejarah dapat menambah wawasan mengenai peranan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam penyebaran agama Islam melalui seni budaya wayang kulit dan suluk; (3) bagi almamater dapat menambah koleksi perpustakaan mengenai peranan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam penyebaran agama Islam melalui seni budaya wayang kulit dan suluk ; (4) bagi Pembaca dapat menambah wawasan mengenai peranan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam penyebaran agama Islam melalui seni budaya wayang kulit dan suluk. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari beberapa langkah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Agama. Penelitian ini juga menggunakan teori Otoritas atau Legitimasi Kekuasaan dari Max Weber sebagai dasar dalam pemecahan masalah yang akan dikaji. Simpulan dari pembahasan dalam penelitian ini antara lain; (1) faktor yang melatar belakangi Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa adalah ingin meraih kesejatian hidup dan ingin membebaskan masyarakat dari kesengsaraan yang diakibatkan oleh pemerintah yang lalai pada saat itu. (2) Sedangkan tindakan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) dalam menyebarkan agama Islam melalui media wayang kulit dan suluk adalah dengan menjadi penanggung jawab perubahan segala aspek tentang pertunjukkan wayang sehingga tidak bertentangan dengan agama Islam. Selain itu pada budaya suluk, Raden Sahid (Sunan Kalijaga) membuat beberapa suluk yang ditujukan untuk menambah keimananan dan ketakwaan masyarakat yang telah memeluk Islam. Salah satu suluk ciptaan Raden Sahid (Sunan Kalijaga) yang paling terkenal adalah Suluk Linglung.

Jakarta -

Wali Songo terkenal dengan metode dakwah yang khas dalam mengenalkan dan menyebarkan Islam. Salah satunya melalui kesenian yang dinikmati dan lekat denga kehidupan masyarakat.

Siapa Wali Songo yang aktif berdakwah melalui kesenian?

Wali Songo terdiri dari sembilan orang yang sangat dihormati dan dekat dengan warga sekitar. Selama berdakwah, Wali Songo anti melakukan kekerasan atau pemaksaan pada warga yang belum kenal Islam

Tiga orang anggota Wali Songo memilih kesenian sebagai metode penyebaran Islam. Hasil karya mereka masih bisa dinikmati hingga kini, berikut kisahnya

Nama asli Wali Songo ini adalah Raden Sahid yang merupakan anak Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta. Dikutip dari Kesenian Sebagai Media DAkwah Sunan Kalijaga karya Widhi Salikha, Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenangan warga pada seni.

Dia berdakwah lewat wayang kulit, tembang, gending, dan gamelan. Semua seni yang mengalir dalam tubuhnya diberi nafas Islam, menjadi sarana dakwah, dan banyak disukai semua kalangan masyarakat. Sang sunan juga dikenal sebagai pujangga yang berjiwa besar.

B. Sunan Bonang

Nama sang sunan identik dengan kesenian sehingga kerap disebut seniman yang berdakwah. Dikutip dari buku Sunan Bonang dari Rembang untuk Masyarakat karya Amirul Ulum, sang sunan menggunakan wayang dan gamelan sebagai media dakwah Islam.

Syair Islam ciptaan Sunan Bonang berisi pesan tauhid untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukanya. Setiap Syair diselingi dengan ucapan dua kalimat syahadat. Selain itu, gamelan yang mengirinya berasal dari syahadatain kemudian dikenal sebagai sekaten.

C. Sunan Muria

Dikutip dari situs Bappeda Kudus, nama asli Sunan Muria adalah Raden Umar Syaid atau Raden Said. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto, yang merupakan putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Soejinah.

Sepanjang periodenya berdakwah, Wali Songo ini dikenal lebih suka bertugas di desa dan bergaul dekat dengan masyarakat. Dia menciptakan lagu-lagu Jawa antara lain Macopat, Kinanti, dan Sinom. Sunan menitikberatkan dakwah pada pembinaan mental masyarakat.

Tulisan ini semoga bisa menjawab Wali Songo yang aktif berdakwah melalui kesenian. Sunan yang tidak disebutkan memilih jalur lain, namun tetap menghindari kekerasan dan konfrontasi dengan semua kalangan masyarakat.

Simak Video "Tarif Dakwah Digadang Capai Rp 3 Miliar, Ini Respons Gus Miftah"



(row/erd)

Dakwah Wali Songo menjadi inspirasi syiar Islam hingga detik ini.

Tangkapan Layar

Buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto.

Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhyiddin Penyebaran Islam di Nusantara tidak terlepas dari peran Wali Songo, sembilan tokoh penyebar Islam yang dakwahnya bisa memikat hati masyarakat Indonesia. Fakta sejarah menunjukkan bahwa setelah dakwah Islam dijalankan Wali Songo, Islam berkembang sangat pesat di kalangan pribumi.

Buku berjudul Atlas Wali Songo ini menyajikan berbagai strategi dakwah yang dilakukan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di nusantara. Buku ini merupakan buku pertama yang mengungkap Wali Songo sebagai fakta sejarah. Karya Agus Sunyoto ini berusaha menjawab keraguan banyak orang mengenai kebenaran adanya Wali Songo di nusantara.

Dalam pengantaranya di buku ini, Prof KH Said Aqil Siraj mengatakan, para wali telah merumuskan strategi dakwah atau strategi kebudayaan secara lebih sistematis, terutama bagaimana menghadapi kebudayaan Jawa dan nusantara pada umumnya yang sudah sangat tua, kuat, dan mapan.Menurut dia, para wali memiliki metode dakwah yang sangat bijak. Mereka memperkenalkan Islam tidak serta merta, tidak ada cara instan, sehingga Wali Songo merumuskan strategi jangka panjang. Tidak masalah bagi mereka jika harus mengenalkan Islam pada anak-anak karena mereka merupakan masa depan bangsa.Kiai Said mengungkapkan, strategi para wali dalam mengembangkan ajaran Islam di bumi nusantara dimulai dengan beberapa langkah strategis. Pertama, tadrij (bertahap). Misalnya, ketika pribumi meminum tuak atau makan daging babi, secara bertahap para wali akan meluruskan perilaku mereka tersebut sesuai dengan ajaran Islam.Kedua, adamul haraj (tidak menyakiti). Menurut Kiai Said, dengan cara ini para wali membawa Islam tidak dengan mengusik tradisi mereka, bahkan tidak mengusik agama dan kepercayaan mereka, tapi memperkuatnya dengan cara yang Islami.Para wali sadar betul bahwa kenusantaraan yang multietnis, multibudaya, dan multibahasa ini bagi mereka adalah anugerah Allah yang tiada tara, kata Kiai Said. Ajaran dan strategi dakwah para Wali Songo tersebut bisa teladani dan dikembangkan oleh para pendakwah saat ini sesuai dengan konteks zaman. Buku ini merupakan sumber referensi yang penting untuk dibaca oleh para mubaligh, bahkan oleh para akademisi, budayawan, dan aktivis sosial.

Agus Sunyoto dalam buku ini menjelaskan, gerakan dakwah Wali Songo merujuk pada usaha-usaha penyampaian dakwah Islam melalui cara-cara damai, terutama melalui prinsip mawidzatul hasanah wa mujadalah billati hiya ahsan, yaitu metode penyampaian ajaran Islam melalui cara dan tutur bahasa yang baik. Pada masa itu, ajaran Islam dikemas oleh para ulama sebagai ajaran yang sederhana dan dikaitkan dengan pemahaman masyarakat setempat. Mereka mmebumikan Islam se suai adat budaya dan kepercayaan penduduk setempat lewat proses asimilasi dan sinkretisasi.

Menurut penulis, pelaksanaan dakwah dengan cara ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi berlangsung secara damai. Menurut Thomas W Arnold dalam The Preaching of Islam, tumbuh dan berkembangnya agama Islam secara damai ini lebih banyak merupakan hasil usaha para mubaligh dibandingkan dengan hasil usaha para pemimpin negara.

  • resensi buku
  • atlas wali songo
  • wali songo

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...