Mengapa pada masa menetap dan bercocok tanam dikatakan terjadi revolusi kehidupan manusia

Ilustrasi kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam. Sumber foto : pixabay.com

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam sering disebut juga sebagai masa revolusi kebudayaan karena terjadi perubahan besar pada berbagai corak kehidupan masyarakat praaksara.

Hal ini beralasan karena kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam mengalami perubahan baik dalam bidang ekonomi, sosial sampai kepercayaan.

Masa bercocok tanam merupakan proses panjang dari usaha manusia prasejarah untuk memenuhi kebutuhan hidup pada periode-periode sebelumnya. Periode ini amat penting dalam sejarah perkembangan dan peradaban masyarakat, karena beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam terjadi pada masa ini.

Melansir dari buku Pengantar Antropologi, Koentjaraningkart, 2005, masa bercocok tanam dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, bersamaan dengan Zaman Neolitikum. Jenis manusia pendukung dari periode ini adalah Proto Melayu, antara lain suku Dayak, Toraja, Sasak, dan Nias.

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam mengalami banyak perubahan, namun satu hal yang bisa dipastikan adalah ciri-ciri dari masa bercocok tanam tersebut.

Ciri-ciri masa bercocok tanam

  • Perubahan dari food gathering ke food producing.

  • Masyarakatnya mengenal bercocok tanam dan beternak.

  • Tempat tinggal sudah menetap.

  • Mengenal sistem pertukaran barang atau barter.

  • Alat-alat batu sudah diasah dan dihias.

  • Ditemukannya kebudayaan kapak lonjong dan kapak persegi.

Kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam dari segi ekonomi mengalami perubahan karena telah berhasil mengolah makanan sendiri (food producing). Masyarakat membuka hutan kemudian menanaminya dengan sayur dan buah untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Binatang buruan yang dulunya mereka tangkap mulai dipelihara dan diternak. Diperkirakan pada masa ini mereka telah mengenal sistem pertukaran barang alias barter.

Pixabay.com

Sementara dari segi sosial, mereka beralih dari kegiatan mengumpulkan makanan ke kehidupan bercocok tanam. Mereka tidak lagi berpindah-pindah tempat atau nomaden, tetapi menetap di suatu wilayah. Pemilihan tempat tinggal biasanya dipengaruhi oleh sumber air dan dekat dengan alam yang diolahnya. Karena mereka telah hidup menetap, maka akhirnya mereka hidup secara berkelompok dan membentuk perkampungan kecil.

Kehidupan masa bercocok tanam dan hidup menetap ini berlangsung bersamaan dengan masa Neolitikum. Maka tak heran jika pada periode ini terjadi revolusi kebudayaan yang sangat besar dalam peradaban manusia. Ini dapat dilihat dari benda-benda peninggalannya berupa peralatan dari batu dan tulang yang telah diumpam (diasah).

Dari penemuan alat pemukul kayu, maka diduga pada masa bercocok tanam ini mereka sudah mengenal pakaian. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.

Terakhir, yang menarik dari kehidupan masyarakat Indonesia pada masa bercocok tanam adalah sistem kepercayaannya. Mereka mengenal kepercayaan akan hal gaib dan orang yang meninggal akan memasuki alam lain.

Berkaitan dengan kepercayaan ini, lalu muncul tradisi pendirian bangunan besar yang disebut tradisi megalitik. Secara umum, sistem kepercayaan pada masa ini dapat dibagi ke dalam dua aliran, yaitu animisme (kepercayaan terhadap roh leluhur) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda gaib). (DNR)

Jakarta -

Pada saat zaman neolitikum di Indonesia, ada sebuah revolusi kebudayaan yang menandai perubahan dalam kehidupan manusia. Zaman neolitikum disebut juga sebagai zaman batu muda.

Revolusi kebudayaan pada zaman neolitikum di Indonesia adalah terjadinya perubahan pola hidup manusia. Demikian dikatakan dalam buku Sejarah Nasional Edisi Revisi 2013 Indonesia tulisan Edi Hernadi.

Pada saat revolusi kebudayaan ini, pola hidup food gathering digantikan dengan food producing. Revolusi ini terjadi karena adanya perubahan jenis pendukung kebudayaan.

Saat itu sudah ada jenis Homo sapiens yang mendukung kebudayaan zaman batu baru atau batu muda. Homo sapiens jenis tersebut mulai mengenal kegiatan bercocok tanam, dan beternak sebagai proses menghasilkan atau memproduksi bahan makanan. Akhirnya, pada masa itu juga sudah dikembangkan cara hidup secara gotong royong.

Melansir dari buku Wangsit Pawang Soal Sulit HOTS UTBK SBMPTN Soshum 2021 karya Tim Tentor Master, masyarakat pra sejarah zaman neolitikum sudah hidup secara menetap. Agar lebih mengetahui karakteristik manusia pada zaman tersebut, simak karakteristiknya di bawah ini.

Kebudayaan pada Zaman Neolitikum

1. Hidup dengan cara menetap

2. Mengenal kegiatan bercocok tanam

3. Hidup dengan cara food producing

4. Mengenal gotong royong dan kepercayaan.

Kembali pada buku Sejarah Nasional Indonesia Edisi Revisi 2013, hasil kebudayaan masyarakat zaman neolitikum terbagi menjadi dua tahap perkembangan.

Hasil Kebudayaan Zaman Neolitikum

Kebudayaan Kapak Persegi

Sebutan kapak persegi diinisiasi oleh von Heine Geldern. Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium.

Penyebaran kapak persegi terutama ada di kepulauan Indonesia bagian barat, contohnya Sumatra, Jawa, dan Bali. Diperkirakan, pusat-pusat teknologi kapak persegi ada di Lahat (Palembang), Bogor, Tasikmalaya, Pacitan-madiun, Sukabumi, dan Lereng Gunung Ijen.

Kebudayaan Kapak Lonjong

Kapak lonjong memiliki bentuk seperti bulat telur. Bagian ujung yang lancip diberikan tangkai. Kemudian, ujung lainnya diasah hingga tajam.

Kapak lonjong dibagi menjadi dua, yaitu ukuran besar dan kecil. Kapak besar disebut walzenbeil, sedangkan yang kecil disebut dengan kleienbeil.

Penyebaran kapak lonjong , terutama ada di Kepulauan Indonesia bagian timur, misalnya Papua , Seram, dan Minahasa.

Di zaman neolitikum ini tak hanya ditemukan kapak batu, tapi juga perhiasan serta alat-alat gerabah atau tembikar. Di masa ini, manusia juga sudah punya pengetahuan soal kualitas bebatuan untuk digunakan sebagai peralatan.

Nah, itulah revolusi kebudayaan pada zaman neolitikum di Indonesia. Apakah detikers penasaran dengan kebudayaan pra sejarah lainnya?

Simak Video "Penampilan Parade Adat Nusantara di Hari Kebudayaan Makassar"



(nah/lus)