Mengapa kebiasaan makan makanan cepat saji dapat mempengaruhi kesehatan organ peredaran darah?

KOMPAS.com - Kemudahan, kenyamanan, keterjangkauan dan rasa yang membuat adiktif dari makanan cepat saji telah menarik begitu banyak orang. Mulai dari yang disajikan di restauran hingga makanan instan kemasan. Makanan instan, menurut CDC, makanan instan berkaitan erat dengan obesitas.

Apalagi bahaya kesehatan yang mungkin timbul akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan instan? Di bawah ini penjelasannya.

1. Peningkatan Risiko Diabetes Tipe-2
Banyak makanan cepat saji berkalori tinggi tanpa banyak nutrisi. Makanan instan atau cepat saji banyak mengamdung biji-bijian olahan, gula dan lemak jenuh, bahkan lemak trans. Semua ini berkorelasi dengan risiko yang lebih tinggi dari diabetes tipe-2.

Setelah memeriksa kebiasaan makan orang-orang yang tinggal di Singapura, peneliti menemukan bahwa mereka yang hobi makanan cepat saji memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe-2 dan penyakit jantung koroner, demikian laporan sebuah studi di jurnal Circulation tahun 2012.

Makan terlalu banyak gula dan karbohidrat olahan menyebabkan tubuh menghasilka insulin ekstra. Akibatnya, sensitivitas terhadap insulin turun dan tubuh tidak dapat memroses glukosa dengan benar. Kelebihan sisa glukosa dalam darah akan memicu peradangan dan diabetes tipe-2.

Diabetes tipe-2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup, seperti mengurangi makanan cepat saji dan rutin berolahraga.

2. Makanan Cepat Saji Berkontribusi Terhadap Obesitas
Sekitar 78.600.000 orang dewasa di Amerika Serikat memenuhi syarat disebut sebagai orang obesitas, dan itu lebih dari sepertiga populasi di sana, demikian dilaporkan Journal of American Medical Association pada tahun 2014.

Obesitas meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit jantung, stroke dan beberapa jenis kanker. Juga menimbulkan masalah sleep apnea, batu empedu, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.

Memiliki restoran cepat saji dalam jarak 0,16 km dari sekolah meningkatan kasus obesitas pada remaja sebesar 5,2 persen.

Wanita hamil yang tinggal dalam jarak 0,81 km dari restoran cepat saji, lebih berisiko mendapatkan berat badan yang berlebihan, demikian kata sebuah penelitian yang diterbitkan dalam American Economic Journal 2010.

3. Lemak Trans, Garam dan Rendah Gizi
Meskipun Food and Drug Administration telah menyerukan larangan penggunaan lemak trans di dalam makanan, dan biasanya kebijakan ini memengaruhi industri makanan di seluruh dunia, kenyataannya masih banyak restauran cepat saji yang menyediakan makanan mengandung lemak trans. Begitupun dengan makanan-makanan instan di swalayan

Lemak trans sangat berbahaya karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan stroke. Lemak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat, atau low-density lipoprotein, dan menurunkan kadar kolesterol baik, atau high-density lipoprotein.

Bahan lain yang banyak digunakan oleh makanan instan dan cepat saji adalah sodium. Mengonsumsi makanan cepat saji membuat Anda mudah kelebihan sodium, yang seharusnya tidak boleh lebih dari 2.300 miligram perhari.

Penggunaan sodium pada makanan instan adalah sesuatu yang umum, sebagai penguat rasa dan menambah rasa gurih.

Terlalu banyak garam atau sodium akan berimplikasi terhadap risiko tekanan darah tinggi, stroke dan kesehatan ginjal.

Makanan cepat saji dan makanan instan juga cenderung rendah serat, vitamin penting, mineral dan fitonutrien yang akan mudah Anda dapatkan dari sayuran, buah-buahan dan biji-bijian segar.

Mengurangi Dampak Makanan Instan dan Cepat Saji
Cara termudah untuk mengurangi dampak kesehatan dari makanan cepat saji adalah dengan menghilangkannya dari rutinitas Anda dan untuk memilih makanan buatan sendiri yang terdiri dari protein, sayuran segar, biji-bijian dan susu rendah lemak.

Jika Anda terpaksa memilih makanan cepat saji, tanyakan informasi nutrisi dari menu-menu yang tersedia. Pilih yang rendah kalori, lemak dan sodium. Aturan yang sama berlaku untuk makanan instan. Baca label pada kemasan untuk mengatahui mana yang rendah lemak, sodium dan kalori.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Mengapa kebiasaan makan makanan cepat saji dapat mempengaruhi kesehatan organ peredaran darah?
Ilustrasi makan burger. ©Shutterstock.com/ Wallenrock

Merdeka.com - Istilah fast food atau makanan cepat saji, umumnya mengacu pada makanan yang ingin dikonsumsi orang dengan cepat, baik di dalam maupun di luar lokasi. Makanan cepat saji dicirikan sebagai alternatif yang cepat, mudah diakses dan murah untuk makanan rumahan, menurut National Institutes of Health (NIH).

Ada banyak bukti dari penelitian yang menunjukkan berbagai efek kesehatan negatif dari konsumsi fast food, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dampak fast food ini dinilai dapat mengakibatkan bagian penting tubuh menjadi terganggu.

Salah satu penyebab fast food dinilai negatif adalah karena makanan ini biasanya tidak banyak mengandung nutrisi. Menurut ulasan tahun 2015, makanan cepat saji cenderung mengandung berbagai zat yang umumnya tidak sehat, seperti gula, garam, lemak jenuh atau trans, dan banyak pengawet dan bahan olahan.

Jadi jangan heran jika fast food dianggap dapat menyebabkan masalah kesehatan pada organ vital tubuh Anda. Berikut beberapa dampak fast food bagi kesehatan tubuh yang telah kami rangkum dari laman Healthline.

2 dari 4 halaman

Dampak fast food yang pertama ada pada pencernaan dan kardiovaskular. Sebagian besar makanan cepat saji, termasuk minuman dan makanan pendamping, sarat dengan karbohidrat dengan sedikit atau bahkan tanpa serat. Ketika sistem pencernaan Anda memecah makanan ini, karbohidrat dilepaskan sebagai glukosa (gula) ke dalam aliran darah. Akibatnya, gula darah Anda meningkat.

Mengapa kebiasaan makan makanan cepat saji dapat mempengaruhi kesehatan organ peredaran darah?

istockphoto.com

Pankreas Anda merespon lonjakan glukosa dengan melepaskan insulin. Insulin mengangkut gula ke seluruh tubuh Anda ke sel-sel yang membutuhkannya sebagai energi. Saat tubuh Anda menggunakan atau menyimpan gula, gula darah Anda akan kembali normal.

Proses gula darah ini sangat diatur oleh tubuh Anda, dan selama Anda sehat, organ Anda dapat menangani lonjakan gula dengan baik. Tetapi, konsumsi karbohidrat dalam jumlah tinggi dapat menyebabkan lonjakan gula darah berulang kali.

Seiring waktu, lonjakan insulin ini dapat menyebabkan respons insulin normal tubuh Anda goyah. Ini meningkatkan risiko resistensi insulin, diabetes tipe 2, dan penambahan berat badan.

Gula dan lemak

Dampak fast food yang kedua lonjakan gula dan lemak. Banyak makanan cepat saji telah menambahkan gula. Itu tidak hanya menambahkan kalori ekstra, tetapi juga nutrisi yang sedikit. The American Heart Association (AHA) menyarankan untuk makan 100 hingga 150 kalori dari gula tambahan per hari. Takaran itu sekitar enam hingga sembilan sendok teh.

Namun, banyak minuman cepat saji memiliki kandungan lebih dari itu. Sekaleng soda 12 ons mengandung 8 sendok teh gula. Itu sama dengan 140 kalori, 39 gram gula, dan tidak ada yang lain.

Sedangkan lemak trans adalah lemak buatan yang dibuat selama pemrosesan makanan. Ini biasanya ditemukan di:

  • pai goreng
  • kue kering
  • adonan pizza
  • biskuit
  • kue

Tidak ada jumlah lemak trans yang baik atau sehat. Makan makanan yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan LDL (kolesterol jahat), menurunkan HDL (kolesterol baik), dan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

3 dari 4 halaman

Dampak fast food yang ketiga yakni bisa sebabkan lonjakan natrium dalam tubuh. Kombinasi lemak, gula, dan sodium (garam) juga bisa membuat makanan cepat saji lebih enak bagi sebagian orang. Tetapi diet tinggi natrium dapat menyebabkan retensi air, itulah sebabnya Anda mungkin merasa kembung setelah makan makanan cepat saji.

Diet tinggi natrium juga berbahaya bagi orang yang menderita tekanan darah. Sodium dapat meningkatkan tekanan darah dan memberi tekanan pada jantung dan sistem kardiovaskular Anda.

Menurut sebuah penelitian, sekitar 90 persen orang dewasa meremehkan jumlah natrium yang tinggi dalam makanan cepat saji mereka.

Efek pada sistem pernapasan

Dampak fast food yang keempat ada pada sistem pernapasan Anda. Kelebihan kalori dari makanan cepat saji dapat menyebabkan penambahan berat badan. Hal ini dapat menyebabkan obesitas, dan masalah tersebut dapat meningkatkan risiko masalah pernapasan, termasuk asma dan sesak napas.

Berat badan ekstra dapat memberi tekanan pada jantung dan paru-paru Anda. Anda mungkin mengalami kesulitan bernapas saat berjalan, menaiki tangga, atau berolahraga. Bagi anak-anak, risiko masalah pernapasan sangat jelas. Satu studi menemukan bahwa anak-anak yang makan makanan cepat saji setidaknya tiga kali seminggu lebih mungkin mengembangkan asma.

4 dari 4 halaman

Dampak fast food yang kelima dapat mengganggu sistem saraf pusat. Makanan cepat saji dapat memuaskan rasa lapar dalam jangka pendek, namun hasil jangka panjangnya tidak begitu baik. Orang yang makan makanan cepat saji dan kue-kue olahan 51 persen lebih mungkin mengalami depresi daripada orang yang tidak makan makanan tersebut atau makan sangat sedikit.

Efek pada sistem reproduksi

Dampak fast food yang berikutnya dapat mengganggu sistem reproduksi Anda. Bahan-bahan dalam junk food dan fast food juga dinilai dapat berdampak pada kesuburan Anda. Satu studi menemukan bahwa makanan olahan mengandung ftalat. Ftalat adalah bahan kimia yang dapat mengganggu cara kerja hormon dalam tubuh Anda. Paparan bahan kimia tingkat tinggi ini dapat menyebabkan masalah reproduksi, termasuk cacat lahir.

Efek pada sistem rangka (tulang)

Mengapa kebiasaan makan makanan cepat saji dapat mempengaruhi kesehatan organ peredaran darah?

pomgen.gov.pg

Karbohidrat dan gula dalam makanan cepat saji dan makanan olahan dapat meningkatkan asam di mulut Anda. Asam ini dapat merusak email gigi. Saat email gigi menghilang, bakteri dapat bertahan, dan gigi berlubang dapat berkembang.

Obesitas juga dapat menyebabkan komplikasi dengan kepadatan tulang dan massa otot. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih besar untuk patah tulang. Penting untuk terus berolahraga guna membangun otot yang menopang tulang Anda, dan menjaga pola makan yang sehat untuk meminimalkan pengeroposan tulang. [ank]

Baca juga:
Bahaya Makanan Junk Food bagi Tubuh, Pengaruhi Kesehatan Jantung dan Hormon
Muda Mudi Borong 1 McDonald, Semua Pembeli Diberi Gratis, Sisanya Diberi Panti Asuhan
Asal Usul Hamburger dan Pengolahannya yang Dikategorikan Junk Food