Mengapa ir soekarno dan moh hatta disebut dwi tunggal

Dhio Faiz | CNN Indonesia

Jumat, 17 Agu 2018 10:35 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Duo proklamator, Sukarno dan Mohammad Hatta, nyaris selalu digambarkan sebagai pasangan sehati sevisi; dwitunggal. Namun sejarah juga mencatat cela hubungan keduanya. Ada saat hubungan kedua tokoh itu memburuk.Sejarawan Universitas Indonesia Andi Achdian menyebut gesekan antara keduanya sering terjadi sejak masa perjuangan kemerdekaan tahun 1930-an. Perbedaan bermula dari perbedaan pandangan politik Bung Karno dan Bung Hatta."Strategi pergerakan Sukarno berfokus pada penggalangan massa, sedangkan Hatta elite terdidik yang mengutamakan pendidikan segelintir elite. Jadi sejak awal ada perbedaan visi menggalang kekuatan pergerakan," ucap dia, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (15/8).
Dalam otobiografi Hatta berjudul 'Untuk Negeriku: Berjuang dan Dibuang', konflik besar pertama saat Sukarno dan tiga rekannya, Gatot Mangkupraja, Soepriadinata dan Maskun Sumadiredja ditangkap Belanda.Setelah penangkapan itu, Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikannya bubar. Petinggi partai membentuk partai baru bernama Partai Indonesia (Partindo).Hatta menyesalkan hal itu. Ia sebenarnya berharap banyak dari PNI. Namun, politik agitasi ala Sukarno malah berakibat antiklimaks."Pembubaran PNI memalukan dan perbuatan itu melemahkan pergerakan rakyat," ucap Hatta dalam buku itu.

Mengapa ir soekarno dan moh hatta disebut dwi tunggal
Sukarno-Hatta dalam uang pecahan Rp100 ribu emisi 2016. (cnnindonesia/safirmakki)

Namun toh Soekarno-Hatta terus berjuang dengan tujuan bersama, Indonesia merdeka. Nama keduanya juga yang tercantum di naskah Proklamasi Kemerdekaan atas nama Bangsa Indonesia.Nama Soekarno-Hatta pula yang tertulis dengan tinta emas sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI.Namun hubungan keduanya tak selalu mulus meski kemerdekaan sudah direngkuh.Puncak konflik Sukarno dan Hatta terjadi pada 1956. Saat itu Sukarno menawarkan sistem politik baru, demokrasi terpimpin.Ia menganggap sistem parlementer membuat negara tak stabil dan selalu berujung kebuntuan dalam pengambilan keputusan. Hasilnya, semua keputusan akan ditumpukan ke pemimpin negara, Sukarno."Sejak saat itu, Hatta secara terang-terangan beroposisi terhadap Sukarno. Bukan lagi berbeda, tapi beroposisi dengan apa yang dia sebut kediktatoran dalam cara dan gaya Sukarno memerintah," ujar Andi.Bahkan pada 20 Juli 1956 Hatta mengajukan surat pengunduran diri ke DPR. DPR baru membahas empat bulan setelahnya.Pria kelahiran Bukit Tinggi pada 12 Agustus 1902 itu pun resmi meninggalkan jabatan Wakil Presiden Republik Indonesia pada 1 Desember 1956. Kepada anak angkatnya, Des Alwi Abu Bakar, Hatta menyatakan dirinya hanya diminta mengurus koperasi selama jadi orang nomor dua di republik."Aduh, Des, Om cuma disuruh ngurus koperasi. Segala keputusan politik tidak dikonsultasikan dengan saya. Jadi Om berhenti saja jadi wakil presiden," kata  Hatta kepada Des Alwi, dikutip dari buku 'Wapres: Pendamping atau Pesaing?'.

Menyimpan Hormat

Meski sering bertolak belakang dalam urusan politik, Sukarno dan Hatta tetap saling memiliki rasa hormat satu sama lain sebagai personal.Setelah lengser dari RI 2, Hatta berkeliling Eropa untuk mengisi ceramah di kalangan mahasiswa. Satu waktu, ia ditanya soal kebijakan Sukarno beberapa waktu terakhir.

Mengapa ir soekarno dan moh hatta disebut dwi tunggal
Sejumlah peziarah dari berbagai daerah di Indonesia memadati makam Bung Karno di Blitar, Jawa Timur, 2015. (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)

Hatta yang keluar dari pemerintahan lantaran kecewa, tak sama sekali merendahkan koleganya itu."Baik buruknya Bung Karno, beliau adalah Presiden saya," ucap Hatta.Begitu pun saat Sukarno jatuh sakit di akhir periode 1960-an. Hatta menggantikan Sukarno menjadi wali pernikahan Guntur Soekarnoputra.Momen haru juga terjadi pada akhir hayat Sukarno. Pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 itu dirawat di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.Buku 'Bung Karno: The Untold Stories' mencatat pada 16 Juni 1970 Hatta sempat mengunjungi sahabatnya yang terbujur lemas di tempat tidur. Tak lama usai ia datang, Sukarno sempat menyapanya."Hatta, apakah kau di sini?" ucap Sukarno dari atas tempat tidur.Sembari mengangguk perlahan, Hatta menjawab, "Ya aku di sini. Bagaimana keadaanmu, No?"

"Hoe gaat het met jou? [Bagaimana keadaanmu?]" Sukarno bertanya balik.

Mengapa ir soekarno dan moh hatta disebut dwi tunggal
Rumah masa kecil Bung Hatta di Bukittinggi, Sumatera Barat. (Dok. Kebudayaanindonesia.net)

Sambil mengenggam erat tangan Sukarno, Hatta tersenyum dan tak kuasa menahan tangis.Lima hari kemudian, Sukarno meninggal dunia. Hatta menyusul sepuluh tahun setelahnya, tepatnya pada 14 Maret 1980.Sukarno dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Sementara Hatta dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.Meski sangat berjasa untuk pembentukan negara Indonesia, keduanya baru mendapat gelar pahlawan nasional pada 2012, 67 tahun setelah kemerdekaan."Tidak terlepas dari [kebijakan] Orde Baru. Kan di Orde Baru ada upaya de-Sukarnoisasi atau pengecilan peran Sukarno dalam kemerdekaan," jelas Andi Achdian.

(arh/sur)

LIVE REPORT

LIHAT SELENGKAPNYA

Setelah secara sekilas kita telah kita ketahui biografi Soekarno (baca artikel: Ir Soekarno sang proklamator sejati), kini giliran biografi singkat Moh. Hatta pendamping sang proklamator. Drs. Moh Hatta dan Ir. Soekarno disebut Dwitunggal Indonesia. Drs. Moh Hatta adalah tokoh proklamator Indonesia bersama Ir. Soekarno.

Panggilan akrab Moh. Hatta adalah Bung Hatta. Bung Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Sebagai mahasiswa di Belanda, ia sering mengadakan pertemuan dengan para pemuda Indonesia yang belajar di sana. Mereka tergabung dalam sebuah organisasi yang disebut “Perhimpunan Mahasiswa”.

Mereka terdiri atas Moh. Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, Ali Sastroamijoyo, dan Abdul Majid. Perhimpinan Mahasiswa kemudian berganti nama menjadi “Perhimpunan Indonesia”. Drs. Moh. Hatta menjabat sebagai ketua redaksi majalah “Indonesia Merdeka, yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Indonesia.

Pada tahun 1932, Drs. Moh. Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung dengan PNI-Baru yang dipimpin oleh Mr. Sartono. Bung Hatta kemudian ditangkap dan diasingkan ke Boven Digul, Papua. Kemudian dipindahkan ke Banda Neira, Pulau Banda.

Pada tahun 1942, Drs. Moh. Hatta kembali ke Jawa. Bersama dengan Ir. Soekarno, beliau mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ketika Ir. Soekarno menjabat presiden, beliau menjabat sebagai wakilnya. Pada tahun 1956, Moh. Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden.

Drs. Moh Hatta juga menjadi pelopor usaha bersama di bidang koperasi. Karena jasanya tersebut, beliau diberi julukan “Bapak Koperasi Indonesia”.

Selengkapnya silahkan baca: Landasan dan Asas Koperasi menurut Mohammad Hatta

Pada tanggal 14 Maret 1980, Bung Hatta meninggal dunia dan dimakamkan di Jakarta. Bagaimana Hatta mendirikan koperasi?

Bung Karno dan Bung Hatta sering diibaratkan sebagai Dwitunggal. Sejak awal mereka berjuang bersama. Mereka memproklamasikan kemerdekaan bersama, yang akhirnya mengantar mereka menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama setelah sekian ratus tahun negeri ini terjajah bangsa Barat.

Bagi anda generasi muda saat ini mungkin belum begitu kenal sosok Bung Hatta yang hingga saat ini namanya masih melekat di hati rakyatnya. Untuk itu agar anda lebih mengenal mengenalnya, kami sertakan gambar atau foto Bung Hatta dalam berbagai pose.

Itulah sosok Bung Hatta bersama Bung Karno Sang Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia. Semoga menambah semangat juang para kawula muda untuk membangun negeri ini menjadi lebih baik.

Lihat juga sosok presiden Indonesia lainnya di artikel sejarah: Gambar presiden dan wakil presiden Indonesia.

Bagaimana setelah anda mengenal berbagai tokoh yang pernah menempati orang pertama di negeri ini?

Liputan6.com, Jakarta - Soekarno dan Hatta adalah 2 nama yang tak bisa dipisahkan dari kemerdekaan negeri ini. Soekarno tidak akan memproklamasikan kemerdekaan negeri ini tanpa kehadiran seorang Hatta.

Sehari setelah merdeka, Soekarno-Hatta pun diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia. Dwi tunggal Soekarno-Hatta, demikian kedua Bapak Bangsa ini kerap disebut. Dwi berarti 2, tunggal berarti 1, jadi artinya 2 yang menjadi 1.

Sempat menjalankan roda kepemimpinan bersama, bukan berarti keduanya tidak pernah berselisih paham. Pada 1 Desember 1956, 11 tahun setelah proklamasi kemerdekaan, Hatta mundur dari posisi Wakil Presiden.

Meskipun dikenal dekat, Bung Karno dan Bung Hatta seringkali terlibat pertentangan pendapat. Soekarno adalah seorang solidarity maker, pemimpin yang pandai menarik simpati massa. Hatta adalah administrator ulung dan ahli dalam penyelenggaraan negara.

Sayangnya strategi dan orientasi politik keduanya kerap berbeda. Di saat Bung Karno ingin melanggengkan dominasinya di perjuangan revolusi, Bung Hatta justru berpikir untuk segera mengakhiri revolusi dan menuju ke arah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Namun itulah Dwi Tunggal, meski berbeda namun tetap 1 persahabatan berada di atas segalanya.

Sejarah mencatat, Soekarno lah yang melamar Rachmi Rachim untuk dipinang menjadi istri Muhammad Hatta. Dan sebaliknya, Hatta lah yang menjadi wali nikah putra pertama Soekarno, Guntur Soekarnoputra saat Soekarno terbaring sakit.

Soekarno tanpa Hatta tak lengkap rasanya. Bangsa ini dibangun oleh bapak-bapak bangsa yang tidak pendendam. Bangsa ini besar karena kesederhanaan pemimpin dan keteladanan yang sudah sepatutnya ditiru kita semua.

Saksikan kisah Soekarno-Hatta selengkapnya dalam Jejak Indonesia yang ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Rabu (12/8/2015) di bawah ini.

(Vra/Tnt)