Mengapa indonesia tidak ikut piala dunia 2022

Sejumlah relawan Piala Dunia 2022 dari Indonesia mengaku pengalaman mereka "seperti mimpi yang bisa dipeluk". Namun, mereka harus berjibaku mencari uang tambahan agar bisa menutupi biaya perjalanan, termasuk penginapan.

Perjalanan mereka ke Qatar bukan semata-mata bisa bertemu bintang sepak bola secara langsung, tapi juga mencari pengalaman baru dan pertemanan.

FIFA merekrut 20.000 relawan Piala Dunia dari seluruh dunia dan hanya belasan orang yang terpilih dari Indonesia.

Para relawan ini memiliki 30 tugas yang berbeda di delapan stadion yang digunakan untuk Piala Dunia.

Keterangan gambar,

Maya - sapaan Rusmayani menunjukkan email dari FIFA yang menjelaskan dirinya lolos menjadi relawan Piala Dunia 2022.

Rusmayani, 35 tahun, menyeret koper keluar dari kamar kosannya di bilangan Jakarta Barat, pertengahan November lalu. Sambil menatap ke langit-langit, ia mengingat hal-hal yang mungkin terlupa untuk dibawa serta ke Qatar esok hari.

"Kopernya kecil saja, nggak apa-apa. Yang penting bajunya cukup buat sebulan. Baju dan makanan utamanya," kata Maya - sapaan Rusmayani saat ditemui BBC News Indonesia.

Maya adalah satu dari belasan orang Indonesia yang terpilih menjadi relawan Piala Dunia 2022. Ia mendapat surat elektronik dari FIFA pada pertengahan Agustus, sebagai kloter pertama dari seluruh dunia yang akan berangkat ke Qatar.

"Excited (senang) banget, tadinya berpikir nggak terpilih," kata Maya.

Keterangan gambar,

Maya bertugas di salah satu stadion tempat Piala Dunia 2022 dihelat.

Maya mendapat tugas di bagian layanan informasi suporter di Stadion Lusail - lokasi pembukaan sekaligus final Piala Dunia 2022.

Tugasnya memberi informasi yang dibutuhkan penonton, mengatur alur keluar masuk penonton, atau menerima keluhan untuk ditindaklanjuti bagian lainnya.

Perempuan kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, ini sebenarnya sudah punya cukup pengalaman menjadi relawan pada acara olahraga internasional. Dia sudah pernah belasan kali menjadi marshal MotoGP - petugas yang membantu di lintasan balapan untuk kebersihan termasuk ketika terjadi insiden dalam balapan.

"Sebagai marshal di MotoGP COTA (Circuit of the Americas), sirkuit di Philip Island Australia sama sirkuit Assen di Belanda," katanya.

Tapi ia baru pertama kali terlibat sebagai relawan Piala Dunia. Sebelumnya, ia sempat diterima menjadi relawan Piala Dunia 2018 di Rusia, tapi saat itu kantor tempatnya bekerja tidak mengizinkan.

"Ya mau tidak mau kita withdraw (mundur) pada saat diterima. Ini bisa dibilang pembalasan dendam, Rusia tidak diambil. Qatar kita ambil," katanya sambil menambahkan bahwa kantornya yang baru kali ini mengizinkan pergi dan tetap bisa bekerja dari Qatar.

Keterangan gambar,

Maya juga punya pengalaman sebelumnya sebagai relawan pada event MotoGP.

Kata Maya, FIFA tidak membayar ongkos pesawat dan penginapan bagi para relawan.

Induk organisasi sepak bola dunia ini hanya mengurus memudahkan pembuatan visa, menyediakan makanan utama, dan menanggung seluruh transportasi lokal para relawan di Qatar.

"Jangan berpikir ini akan dibayar dan segala macam, No! Karena ini memang sukarela… Tapi ini pengalaman spesial, ini empat tahun sekali yang tidak tiap tahun kalian dapatkan. Pengalaman yang istimewa, kemudian network (jaringan)," tambah Maya.

Nanda Nifri adalah relawan lain dari Indonesia. Tabungan yang ia kumpulkan sejak enam bulan pertama bekerja di sebuah perusahaan teknologi di kawasan Depok, Jawa Barat sudah hampir ludes.

"Jadi, kita sudah beli tiket pergi sendiri. Sudah siapkan semua sendiri. Kita masih bingung, akomodasi kita bagaimana, tiket pulang bagaimana," kata perempuan yang lulus kuliah 2021 silam, sambil menambahkan sempat ragu untuk ikut andil dalam Piala Dunia.

BBC mengenal Maya dari sebuah komunitas warga Indonesia yang berada di Qatar melalui Facebook.

Di dalam beberapa kolom komentar Maya juga menawarkan diri untuk jasa penitipan barang bagi warga Indonesia yang berada di Qatar. "Lumayan untuk tambahan, dimanfaatkan saja," katanya.

Sumber gambar, Dok. Nanda Nifri

Keterangan gambar,

Nanda Nifri salah satu relawan Piala Dunia mengaku harus menguras isi tabungannya agar bisa ikut terlibat dalam hajatan olah raga dunia ini.

Sampai akhirnya, Nanda kenal dengan Maya dan sejumlah relawan di media sosial dengan satu kepentingan: mencari sponsor untuk mendapat biaya tambahan.

Mereka bersepakat membuat proposal, lalu menyebarkannya ke lebih dari 100 perusahaan swasta, kementerian, institusi olahraga dan BUMN.

Dari ratusan proposal yang disebarkan ini, kebanyakan ditolak, tak dijawab atau berakhir dengan "cuma balasan email bilang terima kasih". Hanya tiga perusahaan yang merespons.

Sebuah BUMN membantu biaya tiket pesawat dan tambahan akomodasi penginapan. Mereka juga mendapat produk perjalanan dari sebuah perusahaan outdoor serta bantuan dari sebuah platform media sosial berbagi video.

"Jadi, aku punya pengalaman yang aku nggak bisa beli dengan uang tabunganku yang semuanya terkuras. Kesempatan aku merasakan berada di mega event seperti ini tak akan terbeli. [Juga] bertemu teman-teman baru," kata Nanda yang bertugas di Stadion Khalifa.

Sebelumnya, Nanda juga memiliki pengalaman menjadi relawan MotoGP di Mandalika, NTB.

Keterangan gambar,

Sofia Rahman mengatakan ikut menjadi relawan Piala Dunia 2022 "seperti mimpi yang bisa aku peluk".

Relawan Piala Dunia dari Indonesia juga ada yang berasal dari Solo, Jawa Tengah. Sofia Rahman, mahasiswa yang sedang menanti masa wisuda tak menyangka bisa terpilih menjadi relawan di Qatar.

"Ini seperti mimpi yang bisa aku peluk," kata perempuan 22 tahun.

Sofia bisa mendarat ke Qatar juga karena "ada privilege orang tua yang mampu buat bantu."

Dalam perjalanannya, ia mengaku ketinggalan pesawat karena nama di paspor berbeda dengan Kartu Hayya - kartu visa Qatar. Tiket yang sudah dibeli seharga Rp9 juta akhirnya hangus begitu saja.

"Untung ada orang baik yang mau mengganti tiketnya," kata Sofia yang juga punya pengalaman menjadi relawan pada ajang Asean Para Games di Solo 2022.

Sofia enggan menyebut besaran uang yang sudah dikeluarkan dari koceknya sejauh ini untuk terlibat dalam Piala Dunia. Tapi ia memperkirakan, tanpa adanya sponsor, uang yang harus disiapkan setiap relawan antara Rp30 hingga 45 juta.

"Dari tiket, karena [harga] tiket kan traffic-nya waktu datang semua mahal ya. Yang biasa dapat Rp5 juta itu, jadi Rp9 juta. Penginapan, makan, terus lain-lain yang tak terduga...," katanya.

Bagaimana bisa lolos jadi relawan?

Baik Maya, Nanda dan Sofia telah lolos syarat berusia di atas 18 tahun - seperti yang ditentukan oleh FIFA. Mereka mendaftar di situs resmi FIFA. Email yang didaftarkan nantinya akan terus memberi informasi tentang agenda FIFA.

"Walaupun itu hanya pemberitahuan ada pertandingan," kata Maya.

FIFA juga akan mengumumkan pembukaan relawan setiap kali terdapat hajatan olah raga internasional.

Sejumlah persyaratannya adalah kemampuan berbahasa Inggris, melewati tes wawancara serta hadir dalam semua pelatihannya.

"Ada tahapan online testing, interview. Di sini memang tahapan yang paling krusialnya," tambah Maya.

Baik Maya, Nanda, dan Sofia, masing-masing juga sudah memiliki pengalaman sebagai relawan pada penyelenggaraan olah raga internasional.

Apa Indonesia ikut Piala Dunia 2022?

Kekalahan ini membuat Indonesia gagal masuk tahap final Piala Dunia 2022.

Apakah Indonesia pernah masuk piala dunia?

Tim nasional sepak bola Indonesia hanya berpartisipasi sekali dalam Piala Dunia FIFA, yakni pada tahun 1938 di Prancis dengan nama Hindia Belanda, dan tercatat sebagai tim Asia pertama yang berlaga dalam Piala Dunia FIFA.

Siapa saja negara yang lolos Piala Dunia 2022?

Daftar 7 Tim Negara Lolos 16 Besar Piala Dunia 2022 Qatar:.
Prancis..
Brasil..
Portugal..
Belanda..
Senegal..
Inggris..
Amerika Serikat..

Apakah Korea Selatan ikut Piala Dunia?

Korea Selatan lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022, jika: Korea menang atas Portugal dengan selisih dua gol, sementara di pertandingan lain Ghana bermain imbang dengan Uruguay.