Mengapa harus mempelajari tentang sosiologi perairan

RUANG LINGKUP SOSIOLOGI PERIKANAN MELALUI PENDEKATAN AQUATIC AND MARINE PRENEURSHIP DI CIREBON, JAWA BARAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Perikanan

Disusun oleh :

Kelompok 1- B

                        Disa Nirmala                                       230110140088

Syifa Mauladani                                  230110140092

Felisha Gitalasa                                   230110140093

Prasetya Witantra                                230110140098

Egi Rhamadhan                                  230110140125

Kelas Perikanan-B

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2014

KATA PENGANTAR

       Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam yang telah memberikan limpahan nikmat dan memberikan kesehatan hingga saat ini. Solawat dan salam kita curah limpahkan  kepada sang pencerah sang pembuka tabir kebodohan  yakni kanjeng nabi Muhammad SAW. Kemudian kami ucapkan banyak terima kasih kepada ibu Atikah Nurhayati dosen sosiologi perikanan yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah “Pendekatan Sosiologi Perikanan di Daerah Cirebon Jawa Barat”. Kami bermakud dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan kita khususnya mahasiswa FPIK Unpad tentang kekayaan dan keberagaman masyarakat cirebon Jawa Barat.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................... i

Daftar Isi................................................................................................................... ii

BAB I        PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang................................................................................ 1

1.2    Tujuan............................................................................................. 1

BAB II       PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Sosiologi........................................................................ 2

2.2    Pengertian Sosiologi Menurut Ahli Sosiologi................................. 2

2.3    Sejarah Teori Sosiologi.................................................................... 6

2.4    Tokoh Yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi........... 7

2.5    Pengertian Sosiologi Ekonomi....................................................... 10

2.6    Letak Geografis Kota Cirebon....................................................... 11

2.7    Perekonomian Kota Cirebon.......................................................... 11

2.8    Mayoritas Mata Pencaharian Masyarakat Cirebon dalam Bidang Perikanan           12

2.9    Tradisi Sedekah Laut di Cirebon................................................... 14

2.10Modernisasi Perikanan................................................................... 15

2.11Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan.................................. 16

BAB III.... ANALISIS........................................................................................... 17

BAB IV     KESIMPULAN DAN SARAN

4.1    Kesimpulan.................................................................................... 23

4.2    Saran.............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan sosial. Secara empiris sosiologi berarti pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi. Sedangkan secara teoritis sosiologi merupakan abstraksi menjelaskan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori. Secara kumulatif sosiologi merupakan teori yang telah ada kemudian diperluas dan secara non etnis sosiologi adalah menjelaskan fakta secara analitis.

Adapun pengertian sosiologi secara etimologi, Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Kota Cirebon, Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang tidak sedikit dari masyarakatnya merupakan masyarakat perikanan. Dengan demikian proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial yang berkaitan dengan kehidupan masyarakatnya perlu dipelajari lebih dalam.  

1.2  Tujuan

1.2.1        Agar mengetahui proses sosial perikanan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perikanan di daerah Cirebon Jawa Barat.

1.2.2        Agar dapat mengetahui lebih dalam mengenai hubungan antar masyarakat perikanan di daerah Cirebon Jawa Barat.

1.2.3        Agar dapat mengetahui adat istiadat di daerah Cirebon Jawa Barat.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sosiologi

Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan, yang ciri-ciri utamanya adalah:

a.     Sosiologi bersifat empiris, yang berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat dan hasilnya tidak bersifat spekulatif.

b.    Sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dan hasil-hasil observasi.

c.     Sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teori yang sudah ada dalam arti memperbaiki, memperluas, dan memperhalus teori tersebut.

d.    Sosiologi bersifat non-etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah buruk baiknya fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis.

Secara singkat dapat dikemukakan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam masyarakat tadi.

2.2 Pengertian Sosiologi Menurut Ahli Sosiologi

a.       Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:

1. Statika sosial (social static) : mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.

2. Sosial dinamik : mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili perubahan. Progres dlm membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat secara keseluruhan sebagai unit analisis.

Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa bagian-bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan.

Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh Auguste Comte pada tahun 1839, comte menggunakan istilah tersebut untuk pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Selain itu, dia juga member sumbangan yang begitu penting terhadap sosiologi. Oleh karena itu disebut ‘Bapak Sosiologi’ atau ‘The Founding father of Sociology’.

b.      Karl Marx

Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan Yahudi. Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di Jerman. Pandangannya amat kritis terutama sangat anti penindasan yg hadir bersama system kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah terjadi pertentangan dengan pemerintah Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku : Das Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu meninggal.

Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri, ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol atau menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol sumber-sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting :

1.      BORJUIS (kelas atas/kapitalis yg memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin)

2.     

PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yang bekerja pada borjuis).

            Pendapat Marx terhadap fenomena social semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau merusak system kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik) kemudian menggantinya dengan system yg lebih menghargai martabat manusia. Ini tidak mudah karena para buruh harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran palsu) dengan class consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-pemimpin revolusioner, para buruh akan menjadi setia dan mau berkorban demi perjuangan kelas. Denagn demikian kan muncul masyarakat yg adil, sama rata sama rasa, dan terhindardari segala bentuk eksploitasi, ini yg disebutnya sebagai masyarakat komunisme modern.

c.       Max Weber (1864-1920)

            Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya seorang birokrat yg menduduki posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg sangat taat (mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan dengan spirit kapitlisme industrial).

Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami masalah ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul “ A Contribution to the histoy of Medieval Business Organizations” dan “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism” (1904) . Dalam bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai keterkaitan antara etika protesan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.

Pandangan Weber, kenyataan social lahir dari motivasi individu dan tindakan-tindakan social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim digolongkan “nominalis” yg lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg riil secara obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosila inilah yg kemudian menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi sosial.

d.       Emile Durkheim (1958-1917)

            Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi sebagai pendeta Yahudi. Ia awlnya sebenarnya bersekolah untuk menjadi pendeta.

            Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul “ The division of Labor in Society” (1968) membahas mengenai gejala yg sedang melanda masyarakat : pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk spesialisasi dan pemisahan okupasi yg semakin rinci. Tujuan kajian durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk mengetahui faktor penyebabnya.

e.       Pitirim A. Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:

1.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala social, misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, dsb.

2.      Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala social dengan non sosial (misalnya dengan gejala geografis, biologis, dsb)

3.      Ciri-ciri umum semua gejala social

f.       Hassan Shandily

            Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama cara terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan-perserikatan hidup serta kepercayaan.

2.3 Sejarah Teori Sosiologi

Masa Auguste Comte dipakai sebagai patokan karena dialah yang pertama kali memakai istilah atau pengertian Sosiologi. Akan tetapi, pemikiran-pemikiran terhadap masyarakat telah dimulai jauh sebelum masa Comte.

Seorang filosof Barat yang untuk pertama kalinya menelaah masyarakat secara sistematis adalah Plato (429-347 SM), seorang filosof Romawi. Plato mengemukakan bahwa masyarakat sebenarnya merupakan refleksi dari manusia perorangan. Dengan demikian, maka Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat , yang mencakup bidang-bidang kehidupan ekonomis dan sosial.

Aristoteles (384-322 SM) mengikuti sistem analisis secara organis dari Plato. Perhatian Aristoteles terhadap biologi telah menyebabkannya mengadakan suatu analogi antara masyarakat dengan organisme biologis manusia. Disamping itu, Aristoteles menggarisbawahi kenyataan bahwa basis masyarakat adalah moral (etika).

Pada akhir abad pertengahan muncul ahli filsafat Arab Ibn Khaldun (1332-1406) yang mengemukakan beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah. Pada kehidupan masyarakat pengembara, dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Faktor yang menyebabkan bersatunya manusia di dalam suku-suku  clan, negara, dan sebagainya, adalah rasa solidaritas.

Edward Buckle dari inggris (1821-1826) dan Le Play dari prancis (1806-1888). Di dalam hasil karyanya yang berjudul History of  Civilization In England (yang tidak selesai), Buckle meneruskan ajaran-ajaran sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam dengan terhadap masyarakat. Di dalam analisis nya, dia telah menemukan beberapa keteratuan hubungan antara manusia dan alam. Misalnya, terjadi bunuh diri akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya penghasilsn tergantung dari keadaan alam ( teutama iklim dan tanah ). Taraf kemakmuran suatu masyarakat juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup.

2.4 Tokoh Yang Mempengaruhi Perkembangan Ilmu Sosiologi

1.      Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte, seorang prancis merupakan bapak sosiologi yang pertama-tama memberi nama pada ilmu tersebut (yaitu dari kata-kata socius dan logos). Walaupun dia tidak menguraikan secara rinci masalah-masalah yang menjadi objek-objek sosiologi dia mengagnggap sosiologi terdiri dari dua bagian yaitu social statiscs dan social dinamics meneropong bagaimana lembaga-lembaga tersebut berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.

2.      Herbert Spencer (1820-1903)

Dalam bukunya yang berjudul the principles of sociology (3 jilid, 1877),Herbert Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Spencer mengatakan bahwa obyek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Sebagai tambahan disebutkannya asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, lapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.

3.      Emile Durkeheim (1858-1917)

Menurut Emile Durkeheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. Dalam sebuah majalah sosiologi yang pertama yaitu “L’annee Sociologique” dia mengadakan pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:

a.         Sosiologi umum yang mencangkup kepribadian individu dan kelompok manusia,

b.         Sosiologi agama,

c.         Sosiologi hukum dan moral yang mencangkup organisasi politik, organisasi sosial, perkawinan dan keluarga,

d.        Sosiologi tentang kejahatan,

e.         Sosiologi ekonomi yang mencangkup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja,

f.          Demografi yang mencangkup masyarakat perkotaan dan pedesaan, dan sosiologi etika.

4.      Max Weber (1864-1920)

Sosiologi dikatakan olehnya sebagai ilmu yang berusaha memberikan pengertian tentang aksi-aksi sosial Max Weber seorang jerman berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial.

5.      Charles Horton Cooley (1864-1929)

Seorang amerika yang mengembangkan konsepsi mengenai hubungan timbal balik dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dan masyarakat. Cooley dalam mengemukakan teorinya terpengaruh dalam aliran romantic yang mengidamkan kehidupan bersama, rukun dan damai, sebagaimana dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang masih bersahaja. Dia berprihatin melihat masyarakat-masyarakat modern yang telah goyah norma-normanya, sehingga masyarakat-masyarakat bersahaja merupakan bentuk ideal yang terlalu berlebihan kesempurnaannya.

6.      Pierre Guillaurne Frederic Le Play (1806-1882)

Le Play, seorang Prancis adalah salah seorang ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan terkemuka abad ke-19. Dia berhasil mengenalkan suatu metode tertentu di dalam meneliti dan menganalisi gejala sosial yaitu dengan jalan mengadakan observasi terhadap faktor-faktor sosial dan analisis induktif. Penelitiannya terhadap masyarakat menghasilkan dalil bahwa lingkungan geografis menentukan jenis pekerjaan, dan hal ini mempengaruhi organisasi ekonomi, keluarga, serta lembaga-lembaga lainnya. Akhirnya dikatakannya bahwa organisasi sosial keluarga sepenuhnya terikat pada anggaran-anggaran keluarga tersebut.

7.      Ferdinand Tonnies

Ferdinand terkenal dengan teori mengenai Gemeinschaft dan Gesselschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Gesselschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.

8.      Leopold von Wiese (1876-1949)

Von Wiese, seorang Jerman, menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri. Objek sosiologi adalah penelitian terhadap hubungan antar manusia yang merupakan kenyataan sosial. Penelitian selanjutnya dilakukan terhadap struktur sosial yang merupakan saluran dari hubungan antara manusia.

9.      Alfred Vierkandt (1867-1953)

Pada permulaannya, Alfred menganggap sosiologi harus mempelajari sejarah kebudayaan. Kemudian menyatakan bahwa sosiologi terutama mempelajari interaksi dan hasil interaksi tersebut. Setiap masyarakat, katanya, merupakan suatu kebulatan dimana masing-masing unsur saling mempengaruhi. Hubungan antar individu merupakan suatu mata rantai, hubungan tersebut timbul dan hilang, akan tetapi struktur dan tujuan kelompok sosial tetap bertahan. Sosiologi mempelajari bentuk dan struktur-struktur tersebut.

10.  Lester Frank Ward (1841-1913)

Ward dapat dianggap sebagai salah seorang pelopor sosiologi di Amerika Serikat. Katanya, sosiologi bertujuan untuk meneliti kemajuan-kemajuan manusia. Ilmu tersebut mempelajari apa yang dilaksanakan manusia jadi, fungsi masyarakat yang dipelajarinya. Menurut Ward, kekuatan dinamis dalam gejala sosial adalah perasaan. Perasaan merupakan kekuatan individu, karena interaksi berubah menjadi kekuatan sosial. Kekuatan sosial mempunyai kemampuan untuk menggerakan kecakapan-kecakapan manusia dalam memenuhi tujuannya.

2.5 Pengertian Sosiologi Ekonomi

Sosiologi ekonomi adalah studi sosiologis yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara ekonomi dan fenomena sosial. Asumsi yang dibangun sosiologi ekonomi dalam melihat fenomena ekonomi adalah tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk tindakan sosial, tindakan ekonomi disituasikan secara sosial, dan institusi ekonomi merupakan konstruksi sosial. (Granovetter yang dikutip kembali oleh Swedberg, Richard, 2000. Entrepreneurship: The Social Science View, USA, Oxford University Press, hal 27)

2.6 Letak Geografis Kota Cirebon

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).

Wilayah Kotamadya Cirebon sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.

Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % dimana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran. Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.

2.7 Perekonomian Kota Cirebon

Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa.

Sampai tahun 2001 kontribusi perekonomian untuk Kota Cirebon adalah industri pengolahan (41,32%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%). Sedangkan sektor lainnya (9,26%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.

Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju inflasi terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan, Pariwisata, dan olahraga.

2.8  Mayoritas Mata Pencaharian Masyarakat Cirebon dalam Bidang Perikanan

a.         Pembudidaya Ikan Lele

Balai Pengembangan Budi Daya Ikan Air Tawar Kota Cirebon terus memacu pengembangan benih ikan lele sangkuriang yang banyak diminati masyarakat petani di Kota Cirebon dan sekitarnya. Seorang pembudidaya ikan lele warga Cirebon, Jawa Barat, Suganda mengaku dengan budidaya ikan lele Ia bisa menghasilkan keuntungan yang sangat lumayan besar, bisa menghasilkan ratusan juta pertahuan. Masyarakat dapat membeli berupa ikan lele umur satu minggu dengan harga Rp125 atau untuk ukuran pecel lele seharga Rp10 ribu per kilogram. Dikatakannya, permintaan benih ikan semakin banyak sehubungan dengan pemberian bantuan dari Dirjen Perikanan Air Tawar ke masyarakat Kota Cirebon berupa kolam terpal sebanyak 75 unit ukuran 5×10 meter, di samping kolam-kolam di pekarangan rakyat. Mengenai kolam bantuan tersebut, penyuluh perikanan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Cirebon Nanang mengatakan, dari kolam plastik yang sudah dipanen hasilnya antara 1,5 kuintal hingga 2,5 kuintal. “Petani diharapkan bisa menghasilkan empat kuintal dalam waktu tiga bulan, tetapi karena cuaca ekstrem dan petani panen lebih awal bahkan baru berumur 45 hari, maka hasilnya belum maksimal,” katanya. Mengenai ketahanan terpal bantuan tersebut, ia mengatakan apabila dirawat dengan baik, tahan sekitar empat tahun, atau 16 kali panen ikan lele.

b.         Usaha Pabrik Terasi

Bumbu penyedap belacan atau yang kerap disebut dengan terasi banyak di produksi oleh masyarakat pesisir di Indonesia. Salah satunya tentu, Cirebon. Kota di bagian timur Provinsi Jawa Barat ini bahkan sering menjadi rujukan untuk para pemburu salah satu bahan tambahan pembuatan sambal tersebut. Terasi buatan Kota Cirebon ini masih menjadi primadona dari kota-kota lain karena kualitasnya yang terjaga.

Produksi terasi asli berbahan udang ukuran kecil atau disebut "rebon" mengandalkan pasokan dari hasil tangkapan nelayan, musim hujan biasanya mereka mudah mendapatkannya karena udang kecil tersebut melimpah di perairan pantai Losari Cirebon. Terasi yang diproduksi tanpa campuran bahan lain hanya mengandalkan udang ukuran kecil ditambah bumbu alami seperti garam sesuai takaran, kata dia, juga tidak menggunakan pewarna karena warna merah terasi alami setelah disimpan beberapa waktu. Inilah salah satu penyebab mengapa terasi buatan Kota Cirebon sangat digemari.

c.         Nelayan

Badan Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, Jawa Barat, Ir Saiduna menyebutkan nelayan tradisional di pantai utara yang hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan dari melaut, menghadapi kondisi rawan pangan. Daya beli nelayan di Pantai Utara (Pantura) Cirebon rendah karena mereka hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan dari melaut. Dan sedikitnya tiga ribu nelayan di Kabupaten Cirebon belum memiliki perahu sendiri. Selama ini mereka hanya menyewa dari juragan perahu dengan harga sewa yang cukup tinggi dipotong dari hasil tangkapan mereka. Menurut Sekretaris Jenderal Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Budi Laksana, kondisi tersebut membuat para nelayan kecil sulit terlepas dari lilitan utang. Pasalnya, hasil tangkapan mereka lebih banyak disetorkan ke pemilik perahu untuk melunasi biaya sewa dan perbekalan yang sebelumnya mereka ambil. Kondisi ini, membuat nelayan kecil sangat membutuhkan bantuan pemerintah. Minimalnya, pemerintah bisa menyediakan perahu dan jala bagi kelompok nelayan yang benar-benar membutuhkan. di Kabupaten Cirebon ada sekitar 23.000 nelayan. Namun, jumlah perahu yang terdata hanya ada sekitar 4070 unit. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil yang benar-benar hak milik nelayan kecil yang masih melaut. Sementara sisanya merupakan perahu milik juragan yang sudah tak lagi melaut.Mereka menyewakan perahu beserta perlengkapakannya bagi nelayan kecil. Sebagai kompensasinya, nelayan yang melaut harus menyetorkan sebagian hasil tangkapan mereka.

2.9 Tradisi Sedekah Laut di Cirebon

Sedekah laut di cirebon dikenal dengan sebutan “nadran”, seperti yang telah disebutkan diatas yang berarti “syukuran”. Sedekah laut di Cirebon dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki laut yang telah diperoleh selama 1 tahun melaut dan memohon agar dimasa mendatang dapat menghasilkan lebih banyak lagi (ikan).

Pada Nadran di Cirebon ada istilah Bedug Basu, yaitu tokoh (roh leluhur) yang menjadi cikal bakal adanya ikan di laut. Dalam ritualnya, sedekah laut juga meminta keselamatan agar terhindar dari gangguan roh-roh halus yang jahat.

Pada prosesi pelaksanaannya, nadran atau sedekah laut di Cirebon biasanya diawali dengan pemotongan kepala kerbau dan pemotongan nasi tumpeng. Kepala kerbau tersebut dibalut dengan kain putih dan kemudian bersama dengan perangkat sesajen lainnya dilarung ke tengah laut lepas dan kepala kerbau tersebut ditenggelamkan. Sementara nasi tumpeng dan lauk pauk lainnya dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat sekitarnya, yang biasa disebut sebagai bancaan atau berkah yang langsung dimakan ataupun dibawa pulang untuk dimakan bersama keluarga.

Umumnya dilakukan pada bulan Sura atau bulan Muharam di hari-hari yang telah di tetapkan, semisal jumat kliwon dan selasa kliwon di bulan tersebut. BulanMuharam adalah bulan yang sakral bagi umat islam bahkan menjadi salah satu bulan suci bagi umat islam sebagai bentuk evaluasi diri, pengutaraan rasa syukur kepada Allah SWT  dan pergantian tahun pada kalender Hijriah.

2.10 Modernisasi Perikanan

Konteks faktual mengenai implikasi modernisasi perikanan dalam kehidupan masyarakat nelayan, dapat digambarkan baik secara makro maupun mikro. Secara makro, sebelum program modernisasi diluncurkan nelayan belum terlalu terstratifikasi dalam struktur sosial masyarakat, karena pola produksi mereka masih bersifat homogen, dimana penguasaan alat produksi berupa alat penangkapan dan perahu masih dijadikan dasar stratifikasi. Dengan belum berkembangnya alat produksi perikanan pada waktu itu, masyarakat nelayan hanya terdiri dua lapisan, yakni; lapisan yang menguasai alat produksi berupa perahu dan alat tangkap tradisional (punggaha) dan sahi (lapisan yang tidak menguasai alat produksi dan bekerja pada punggaha). Sistem produksi bersifat subsisten dan pola hubungan yang egaliter. 

Namun seiring dengan masuknya program modernisasi perikanan, seiring pula terjadinya perubahan dalam struktur sosial masyarakat, karena:

1.         munculnya organisasi-organisasi sosial baru dengan beragam tujuan dan kepentingan;

2.         munculnya profesi-profesi (vocations) baru akibat tumbuhnya industri pengolahan perikanan (cold stroge), industri pengasinan, industri perbengkelan perahu, pasar perikanan (tempat pelelangan ikan);

3.         adanya perubahan dalam kelembagaan kerja usaha penangkapan;

4.         perubahan sistem produksi yang dulunya subsisten menjadi tata produksi yang bersifat komersil maupun kapitalis, dan;

5.         masih bertahannya sebagian kecil nelayan tradisional dan post-tradisonal

Strukturisasi dalam usaha penangkapan mengalami pula perubahan kelembagaan kerja sebagai penyesuaian meningkatnya teknologi penangkapan yang ada. Pada tingkatan analisis mikro, kehadiran modernisasi perikanan melalui berbagai bentuk inovasi teknologi menciptakan konfigurasi cara produksi (mode of production) dalam formasi sosial (social formation) dalam masyarakat, berupa hadirnya dua atau lebih cara produksi secara bersamaan dan salah satu cara produksi mendominasi cara lainnya (Budiman, 1995). Konsep pokok cara produksi atau cara berproduksi (mode of production) terdiri dari kekuatan produksi berupa gabungan dari alat produksi (means of production) dan hubungan-hubungan produksi (relation of production). 

2.11 Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan

Jumlah usaha pengelolaan hasil kelautan setiap tahunnya di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan. Hingga saat ini usaha dalam skala kecil (UDSK) maupun menengah tercatat 64 mini plant dan 4 unit pengolahan ikan (UPI), sebagian eksportir. Sedangkan jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Di pertengahan tahun 2013  tercatat 147 kelompok dengan rata-rata pertumbuhan kurang lebih 10 persen pertahunnya.

Peningkatan dan pertumbuhan industri pengolahan ikan di Kabupaten Cirebon merupakan hasil kerjasama dan pembinan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP), yang telah banyak memberikan bantuan baik berupa transfer ilmu pengetahuan maupun sarana dan prasarana termasuk didalamnya pemberian program (PUMP) NP2HP dimulai sejak tahun 2011.

BAB III

ANALISIS

Pada provinsi Jawa Barat terdapat banyak macam suku. Mayoritas suku yang terbesar di Jawa Barat adalah suku Sunda. Ada beberapa suku kecil yang terdapat di provinsi Jawa Barat. Salah satunya adalah Suku Cirebon. Suku Cirebon yang berada di daerah pantai utara memiliki keanekaragama budaya bahkan suku Cirebon merupakan suku yang memiliki kebudayaan sendiri dan mandiri.

Suku Cirebon adalah perpaduan antara dua suku besar yaitu suku Jawa dan suku Sunda. Akulturasi kedua suku tersebut melahirkan suku yang mandiri yaitu suku Cirebon. Sejak dahulu hingga sekarang suku Cirebon adalah suku yang berbeda dari suku Jawa dan suku Sunda. Hal itu terlihat dari jejak sejarah yang termuat dan terungkap dalam kitab Purwaka Caruban Nagari, nama “Cirebon” berasal dari kata Sarumban yang jika diucapkan maka menjadi caruban. Seiring perkembangan caruban berubah menjadi carbon, cerbon dan akhirnya menjadi Cirebon. Sarumban memiliki arti Campuran, maka Cirebon berarti Campuran.

            Pada Abad 15 keberadaan Suku Cirebon bermula dari sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Situasi di Muara Jati sangat produktif. Sektor perdagangan menjadi ladang usaha yang kuat di daerah tersebut. Banyak kapal-kapal singgah disana termasuk kapal dari luar negeri. Seiring perkembangan daerah Muara Jati menjadi kerajaan Cirebon pada masa pangeran Walangsungsang putra Prabu Siliwangi yang sampai saat ini ada.   

            Sejak perdagangan mulai berkembang pesat di daerah Muara Jati yang sekarang menjadi Cirebon, perkembangan Islam di daerah tersebut sudah mulai berkembang. Mayoritas masyarakat Cirebon memeluk agama Islam. Adapun Islam yang ada dalam masyarakat Cirebon memiliki kekhasan. Hal itu karena Islam di Ceirebon berakulturasi dengan kebudayaan setempat. Selain itu penyebaran agam Islam berkembang pesat diantaranya karena ada walisongo yang terkenal yaitu Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di Daerah Cirebon.

            Masyarakat Cirebon adalah masyarakat yang lahir dari akulturasi budaya Sunda dan Jawa termasuk lahir dari masa animisme dan dinamisme yang percaya kepada hal-hal yang bersifat kepercayaan. Diantara kepercayaaan itu adalah misal mereka percaya bahwa jika seorang gadis duduk di depan pintu maka gadis tersebut akan sulit menemukan jodoh. Selain itu, jika seorang gadis menyapu tidak sampai bersih dan meninggalkan kotoran maka gadis tersebut diyakini akan memiliki suami yang memiliki jenggot. Seiring perkembangan zaman serta masuk agama Islam, masyarakat Cirebon lebih mulai rasional dalam memandang apapun termasuk persoalan yang ada. Banyak perubahan dalam masyarakat Cirebon yang mengedepankan sikap-sikap rasional dalam menentukan banyak hal dalam kehidupan.

            Dalam segi tata kelola pemerintahan serta organisasi sosial dalam masyarakat Cirebon terdapat sistem pemerintahan seperti adanya Bupati dan Walikota beserta aparatur. Namun secara budaya setempat dan sejarah yang telah terjadi dalam masyarakat Cirebon adapula Sistem pemerintahan kerajaan yaitu keraton. Dalam lingkungan keraton ada keturunan raja yang menjabat sebagai Sultan Cirebon. Ada beberapa keraton di daerah Cirebon yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan.

            Untuk mata pencaharian masyarakat Cirebon bervariatif seperti nelayan, pedagang, petani dan industri. Cirebon terkenal dengan  mata pencaharian nelayan dimana Cirebon adalah salah satu pemasok terbesar terasi. Hal ini bisa kita urut dari sejarah bahwa Cirebon adalah pelabuhan. Selain itu dari segi nama Cirebon memiliki arti Ci adalah air dan Rebon adalah udang. Di daerah pesisir selatan Cirebon mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Di daerah pegunungan atau daerah dekat pusat kota masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani. Adapula pabrik-pabrik dan toko-toko sebagai mata pencaharian masyarakat Cirebon.

            Ada hal yang unik dari masyarakat Cirebon yaitu adalah bahasa. Masyarakat Cirebon dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Cirebon. Bahasa Cirebon mendapat pengaruh dari budaya Sunda. Hal itu terjadi karena Cirebon berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka, dan juga dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa.  Hal ini terbukti dengan adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda (Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder (Tanpa) yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya isun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh bahasa Jawa Baku.

            Kekhasan masyarakat Cirebon terlihat dari aktivitas mereka yang melakukan upacara Nadran atau biasa orang-orang Cirebon menyebutnya Sedekah Laut. Upacara sedekah laut ini juga dilakukan oleh masyarakat Indramayu dan Subang. Dalam perkembangannya tradisi upacara Nadran tidak hanya berkembang di masyarakat Cirebon saja. Upacara Nadran adalah upacara adat masyarakat pesisir cirebon untuk mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas karunia dan rizki yang telah diberikan kepada masyarakat setempat. Selain itu, upacara Nadran merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur mereka, kepada penguasa laut agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari malapetaka. Upacara Adat Nadran dilakukan setahun sekali kisaran bulan Juli s.d. Agustus. Nadran memiliki arti janji atau rasa syukur. Nadran berasal dari kata nazar dalam bahasa Arab yang memiliki arti janji. Janji atau rasa syukur masyarakat pesisir Cirebon atas rezeki yang telah dilimpahkan yang maha kuasa kepada mereka. Secara turun temurun, upacara Nadran adalah upacara yang lahir dari akulturasi agama Islam dan Hindu. Perpaduan tersebut menciptakan upacara Nadran.

Dalam pelaksanaan upacara Nadran, pertama kali yang dilakukan adalah menyembelih kerbau dengan cara memotong kepala kerbau disertai memotong tumpeng. Kepala kerbau tersebut dibungkus dengan kain putih kemudian dengan sesaji lainnya dilepaskan ke tengah laut memakai ancak sejenis replika perahu dan kepala kerbau ditenggelamkan. Selain itu, nasi tumpeng dan lauk pauk yang ada dibagi-bagikan kepada anggota masyarakat lainnya. Kegiatan itu disebut bancaan atau berkah. Pemakaian kerbau untuk dijadikan persembahan bukan sapi karena sapi merupakan hewan yang suci dalam agam Hindu sehingga mesti dipeliahra dan tidak boleh dibunuh. Sapi juga merupakan jelmaan dewa. Maka dari itu kerbau yang dijadikan persembahan. Selain kegiatan memotong kepala kerbau dan melepasnya ke laut, kegiatan lainnya dalam upacara Nadran adalah membacakan mantera-mantera sambil membakar dupata atau kemenyan yang bertujuan untuk memohon perlindungan, keselamatan dan rizki yang banyak kepada para dewa laut. Pembacaan mantera dalam upacara Nadran merupakan bagian untuk memanggil roh-roh leluhur yang telah ikut menjaga keselamatan masyarakat pesisir Cirebon dalam mencari rezeki di laut.

            Upacara Nadran bertambah semarak karena upacara ini menampilkan hiburan wayang yang merupakan kebudayaan Hindu. Selain itu, banyak tetabuhan dan nyanyian dalam proses upacara Nadran yang semakin bertambah semarak. Upacara Nadran yang dilakukaan setiap setahun sekali oleh masyarakat Cirebon mempunyai nilai-nilai filosofi yang kuat. Nilai-nilai yang terbangun dari upacara tersebut adalah solidaritas, etis, kultural dan religius yang tercipta dari simbol-simbol yang ada dalam upacara tersebut. Nilai-nilai kebersamaan yang ada dalam upacara Nadran ini menjadi sebuah dorongan ke depan untuk membangun masyarakat yang menjalankan nilai-nilai kebersamaan dan kepatuhan terhadap yang maha kuasa.

Pengolahan dan pemasaran perikanan di Cirebon sudah cukup baik dan  sangat melimpah dibanding dengan wilayah lain yang belum dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon secara optimal. Padahal kalau dikelola secara optimal akan berdampak baik bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat didaerah pesisir. Sehinga daya beli masyarakat di daerah pesisir akan meningkat per tahunya. Yang menjadi penyebab atau faktor utama kurang optimal memanfaatkan hasil kelautan karena rendahnya sumber daya manusia (SDM) di Kabupaten Cirebon dan masih terbatas sarana dan prasarananya seperti tekonologi pengolahan hasil laut yang masih terbatas.

Modernisasi perikanan atau blue revolution yang telah berlangsung dan dikembangkan sampai saat ini, belum sepenuhnya menunjukkan keberpihakan (menguntungkan) khususnya kepada nelayan kelas grassroot. Malah modernisasi perikanan menjadi sebuah persoalan baru yang harus dihadapi. Beberapa hasil penelitian telah mempublikasikan fenomena ini. Bagi nelayan tradisional yang tidak mampu membeli alat tangkap modern hanya 18 persen yang menyebutkan kondisi ekonominya membaik dan mencapai 57,4 persen dari responden yang menyatakan kondisinya justru semakin buruk. Begitu juga jika ditinjau dari sisi pertumbuhan volume dan nilai produksi, peningkatan yang dicapai tidak serta merta secara signifikan dinikmati pula oleh pelaku kecil (nelayan kelas grassroot) dalam sistem ekonomi modern. Iskandar dan Matsuda (1998) menyebutkan bahwa, margin yang jatuh ke tangan nelayan dan petani ikan hanya sekitar 5 hingga 10 persen saja. Selebihnya, jatuh pihak lain yakni, para tengkulak tingkat desa, pedagang tingkat lokal, dan pedagang tingkat regional. Sehingga bentuk pasar yang terjadi, cenderung bersifat monopoli dan monopsoni.

Modernisasi yang secara ideologis seharusnya untuk mensejahterakan nelayan tradisional justru realitanya anomali. Karena itu, studi ini hendak mengisi wacana baru dalam sosiologi masyarakat nelayan dengan memfokuskan diri menelaah dinamika formasi sosial yang terjadi akibat modernisasi yang telah berlangsung. Pemahaman mendalam tentang modernisasi perikanan dengan pendekatan teori sosiologi, diharapkan dapat memberi sumbangsih pemikiran dan informasi dalam upaya penyiapan tatanan kelembagaan untuk sebuah keberlanjutan pembangunan (revolusi biru) sehingga gerakan ini tidak mengulang “kegagalan” dari revolusi hijau yang ternyata menyisakan wujud ketimpangan antar petani di pedesaan (Damanhuri, 1996).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sosiologi jelas merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri karena telah memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan.

Wilayah Kotamadya Cirebon sebelah Utara dibatasi Sungai Kedung Pane, Sebelah Barat dibatasi Sungai Banjir Kanal, Kabupaten Cirebon, Sebelah Selatan dibatasi Sungai Kalijaga, Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa. Dengan kondisi yang strategis ini, masyarakat Cirebon memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam. Namun setelah ditinjau lebih dalam, ada beberapa mata pencaharian yang bersifat umum dan menjadi mayoritas di kalangan warga Cirebon. Kekhasan ini juga sudah tersebar informasinya ke wilayah Jawa Barat yang lain. Diantara yang paling menonjol adalah usaha pabrik terasi. Selain itu juga banyak masyarakat yang menjadi pembudidaya lele dan sebagai nelayan di laut.

Selain mata pencaharian yang khas, adat istiadat yang masih dilestarikan oleh warga Cirebon juga mampu memperkenalkan identitas Cirebon. Satu diantaranya adalah tradisi sedekah laut atau sering disebut nadran. Sedekah laut di Cirebon dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki laut yang telah diperoleh selama 1 tahun melaut dan memohon agar dimasa mendatang dapat menghasilkan lebih banyak lagi (ikan).

Jumlah usaha pengelolaan hasil kelautan setiap tahunnya di Kabupaten Cirebon mengalami peningkatan. Hingga saat ini usaha dalam skala kecil (UDSK) maupun menengah tercatat 64 mini plant dan 4 unit pengolahan ikan (UPI), sebagian eksportir. Sedangkan jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran hasil perikanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Di pertengahan tahun 2013  tercatat 147 kelompok dengan rata-rata pertumbuhan kurang lebih 10 persen pertahunnya.

4.2 Saran

Bantuan yang diberikan dari kementrian kepada Pemerintah Kabupaten Cirebon setidaknya sudah dapat menjadi sarana  dan prasarana pendukung terhadap peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat pengolah, dan pemasar hasil. Program ini perlu ditingkatkan dan dilanjutkan termasuk pemberian peralatan secara berjenjang. Kabupaten Cirebon memiliki garis pantai 54 KM, potensi kolam 784 Ha, potensi tambak, 7500 Ha, yang dapat dimanfaatkan untuk usaha sektor kelautan dan perikanan. Sehingga oleh para nelayan hasil budidaya dan penangkapan ikan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan olahan makanan.

Meski demikian pemerintah daerah harus terus dan selalu berupaya meningkatkan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan, pembinaan bagi nelayan maupun pengusaha hasil laut dan revitalitasi peralatan pengolahan dengan penerapan teknologi tepat guna yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri R.. et.al. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara teratur. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Gunawan., 1999. Jejaring Pengan Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Zaman JP. dan Darmawan ., 2000. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Terpadu berbasis Masyarakat, Prosedur Pelatihan untuk Pengikat Masyarakat Pesisir. Bogor: IPB.

//cirebon24.com/bisnis/budidaya-ikan-lele-kota-cirebon.html (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.00)

//budidaya-ikan.com/kisah-peternak-lele-yang-untung-10-juta-hari/ (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.10)

//www.cirebonpost.com/index.php/guyonan/item/544-terasi-buatancirebon/miliki-kualitas-terbaik (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.25)

//bandung.bisnis.com/read/20111209/34231/118866/produksi-terasi-    di-cirebon-meningkat (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.45)

//kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1160/upacara-nadran-  syukuran-masyarakat-cirebon (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.50)

//kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1120/suku-cirebon (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 13.50)

//ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jabar/cirebon.pdf (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 14.20)

//www.pikiran-rakyat.com/node/230603 (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 14.40)

//www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/14/05/14/n5jtrm-nelayan-cirebon-hadapi-kondisi-rawan-pangan (diakses pada tanggal 10 Maret 2015 pukul 15.30)

Page 2

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA