APA perbedaan pantun, syair, dan gurindam? Pantun, syair, dan gurindam bukan hal yang sulit untuk kita pelajari, karena termasuk dalam kategori karya sastra atau jenis puisi lama dimana kita dapat mengekspresikan sebuah perasaan atau dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan melalui karya tulis Walaupun ketiganya sama-sama puisi lama, namun memiliki perbedaan yang sangat terlihat jelas. berikut adalah perbedaan dari pantun, syair, dan gurindam yang perlu kalian ketahui. Sebelum mengenal perbedaannya, alangkah baik kita mengetahui pengertian masing-masing dari pantun, syair dan gurindam. Berikut pengertiannya: 1.Pantun Dalam bahasa sunda, pantun ini disebut sebagai paparikan, dan dalam bahasa batak, sering disebut sebagai Umpasa. Jenis-jenis dari pantun ini juga beragam, tergantung dari isinya. Contoh : pantun nasehat, pantun teka-teki, pantun lucu romantic, pantun jenaka dan masih banyak lagi jenis-jenis pantun lainnya. 2.Syair 3.Gurindam Berikut Perbedan pantun, gurindam, dan syair berdasarkan karakteristik yang dimiliki masing-masing: Pantun: 1.Setiap baitnya terdiri atas empat baris. 2.Jumlah suku kata dalam setiap baris antara 8-12 suku kata. 3.Baris pertama dan kedua disebut dengan sampiran. 4.Baris ketiga dan keempat disebut dengan isi. 5.Rima (persamaan bunyi atau persajakannya) adalah a-b-a-b. Gurindam: 1.Tiap bait terdiri atas dua baris. 2.Jumlah suku kata tiap-tiap baris tidak tetap. 3.Bersajak sama atau a-a. 4.Baris ke-1 dan baris ke-2 mempunyai hubungan sebab dan akibat. Syair: 1.Setiap bait terdiri atas empat baris. 2.Jumlah suku kata dalam setiap baris antara 8-14 suku kata. 3.Semua barisnya adalah isi. 4.Rima (persamaan bunyi atau persajakannya) adalah a-a-a-a. 5.Syair tidak mempunyai sampiran, layaknya pantun. Jadi pada syair, semua barisnya mengandung isi dan makna. 6.Makna dari syair ditentukan oleh bait-bait selanjutnya. (OL-13) Baca Juga: Fungsi DNA dan RNA Sama, Lalu Apa Bedanya? Ini Kuncinya Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa. Jumlah baris pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Gurindam berisi ajaran yang berkaitan dengan budi pekerti dan nasihat keagamaan. Baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat merupakan baris pertama dan akibat sebagai baris kedua.[1] Baris pertama membahas tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.[2] Istilah gurindam berasal dari bahasa Sankrit atau Sansekerta, Kirindam yang artinya adalah perumpamaan. Bahasa ini sudah mulai berkembang pada saat pengaruh Hindu masuk ke Indonesia yang menggunakan bahasa Tamil di India. Pengaruh Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh pendeta India pada abad ke-5 M. Pengaruh peradaban Hindu di masa lalu, sempat berjaya di Indonesia dan berhasil mendirikan banyak kerajaan terutama pada abad ke-7.[3] Gurindam umumnya berisikan nasehat atau semacam kata-kata mutiara.[4]
Raja Ali Haji seorang penyair gurindam terkenal. Pengarang gurindam yang terkenal dan orang pertama yang menjelaskan definisi gurindam secara lengkap adalah Raja Ali Haji.[6] Beliau adalah saudara sepupu Raja Ali yang menjadi raja muda di Riau (1844-1857). Gurindam 12 pasal karya Raja Ali Haji yang terkenal berjudul “Gurindam Dua Belas”. Gurindam Dua Belas adalah hasil refleksi yang mendalam dari religiusitas Raja Ali Haji. Hasil refleksi itu diperolehnya dari seluruh pergumulan hidupnya berhadapan dengan kehidupan sosial ekonomi, adat istiadat, peradaban dan pola pikir masyarakatnya yang diikat kuat oleh penghayatan religiusitas.[4] Gurindam ini berisi tentang persoalan akidah dan tasawuf, rukun Islam, syariat Islam, budi pekerti atau akhlak dan konsep pemerintahan.[6] Gurindam Dua Belas berisi 12 pasal yang merupakan nasihat Ali Haji untuk masyarakat Pulau Penyengat di Kepulauan Riau yang dibuat ketika berusia 38 tahun. Sastrawan Melayu bergelar pahlawan nasional ini menyelesaikan karya gurindamnya pada 23 Rajab 1264 Hijriah atau tahun 1847. Raja Ali Haji adalah sastrawan yang memperkenalkan budaya tulis untuk karya sastra yang telah dihasilkannya. Contohnya dalam pengantar Gurindam Dua Belas, Raja Ali Haji mencantumkan tanggal penulisan karya, menuliskan arti gurindam, perbedaan gurindam dengan syair dan manfaat gurindam.[7] Penggalan gurindam 12Barangsiapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.Barangsiapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang ma'rifat. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang terperdaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudharat.[7]
|