Malaikat digambarkan memiliki bentuk yang indah bagaimana pendapatmu jika ada orang yang

Oleh :

Yudi Yansyah S.Pd.i

(Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng

Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

اِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِىاللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَلَهُ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِىَّ بَعْدَهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهُ.

أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّ مَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحسر: 18)

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat hadir dalam keadaan sehat wal’afiat. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang Islamiyyah.

Hadirin Rohimakumulloh

Mempercayai hal-hal yang ghaib merupakan salah satu syarat dari benarnya keimanan. Ghaib secara bahasa adalah sesuatu yang tidak tampak. Sedangkan ghaib menurut istilah adalah sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra tapi ada dalil tertulis yang menjelaskan akan keberadaannya, seperti surga, neraka dan apa yang ada di dalamnya, alam malaikat, hari akhir, alam langit dan yang lainnya yang tidak bisa diketahui manusia kecuali bila ada pemberitaan dari Allah SWT.

Beriman kepada hal yang ghaib berarti meyakini ciptaan Allah SWT yang berada di luar dunia nyata, dan meyakini secara penuh tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh, karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.

Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu dasar dari akidah Islam, bahkan ghaib itu merupakan sifat yang pertama dan utama yang dimiliki oleh Allah SWT. Oleh karena itu, bagi setiap orang muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu.

Hal ghaib yang wajib diimani, yaitu :

 Pertama, Alam Barzakh. Barzakh artinya sesuatu yang membatasai antara dua barang atau dua tempat. Hubungannya dengan Hari Akhir, Barzakh adalah batas pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Kehidupan alam Barzakh adalah kehidupan antara hidup di dunia dengan hidup di akhirat. Kehidupan di alam Barzakh ibarat terminal tempat penantian. Di alam ini semua ruh orang yang sudah meninggal berkumpul untuk persiapan memasuki kehidupan akhirat. Di tempat penantian ini berlaku kenikmatan atau siksaan yang sering kita dengar dengan istilah nikmat kubur dan siksa kubur.

Di tempat penantian ini, orang-orang yang selama hidupnya di dunia banyak mengerjakan amal shaleh, yang bertaqwa kepada Allah akan mendapat perlakuan yang menyenangkan dari malaikat. Sebaliknya orang-orang kafir, orang-orang yang hidupnya di dunia banyak melakukan kejahatan dan kemaskiatan, akan mendapat perlakukan yang kasar dan siksaan dari malaikat.

Adapun hamba yang mukmin, apabila telah putus dari dunia untuk mendatangi akhirat, maka akan turun malaikat dari langit, berwajah putih bagaikan matahari, membawa kafan dari kafan surga dan wewangian, pengawet kerusakan. Kemudian mereka akan duduk dan datanglahh malaikat maut mendatanginya. Malaikat duduk di dekat kepalanya seraya berkata,”wahai ruh yang baik, keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.” Maka ruh itu akan keluar bagaikan air dari tempat minum. Adapun orang kafir, ketika mereka akan meninggal, datanglah malaikat yang berwujud hitam, seraya berkata, ”hai jiwa yang jahat keluarlah engkau ke arah murka Allah.” Kemudian dicabutlah ruh mereka dengan kasar.

Kedua, Mahsyar. Adalah tempat berkumpul untuk menjalani pemeriksaan atau perhitungan amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia.  Firman Allah: “Dan kami kumpulkan mereka, maka kami tidak meninggalkan di antara mereka seorang pun”. (QS.Al-Kahfi [18]:47)

Padang Mahsyar adalah suatu tempat yang berupa padang pasir tandus, kering kerontang, sangat terik dan sangat luas. Dalam suatu hadits digambarkan bahwa orang-orang yang berada di Padang Mahsyar akan menderita kehausan, kelaparan, dan kepanasan luar biasa. Udara dan  tanah yang diinjak sangat panas, karena jarak matahari hanya beberapa meter di atas kepala. Sementara itu, semua orang tidak ada yang memakai alas kaki. Di sana tidak ada tempat berteduh.

Dalam keadaan yang sangat susah tersebut manusia hanya bisa mengurusi dirinya sendiri. Mereka tidak peduli dengan orang lain, apakah itu anak, suami, isteri, ayah, ibu, paman, bibi, kakek-nenek, tetangga, sahabat, handai tolan. Masing-masing berusaha mengatasi kesulitan dan penderitaan diri sendiri. Setiap diri berkeluh kesah dan memohon kepada Allah agar meringankan penderitaan yang amat sangat tersebut. Bagi orang-orang yang beramal saleh ketika hidup di dunia, Allah akan memberikan pertolongan atau syafaat berupa rasa sejuk dan dipercepat segala urusannya. Sebaliknya, kepada orang-orang kafir, munafik, musyrik, dan ahli maksiat, Allah akan membiarkan saja.

Mengapa Allah mengumpulkan manusia di Padang Mahsyar? Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada manusia atas segala perbuatannya sewaktu hidup di dunia. Yang harus diingat adalah bahwa dunia merupakan tempat menanam, sedangkan akherat adalah tempat memanen. Bila di dunia ini kita menanam amal saleh, maka di akherat kita akan menerima kebahagiaan. Di Padang Mahsyar inilah Allah meminta semua manusia untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, langsung di hadapan Allah SWT. Manusia akan dihadapkan pada sidang pengadilan yang dipimpin oleh Yang Maha Adil dan sekaligus manusia harus menjelaskan untuk apa saja hidupnya di dunia dan apa saja yang telah mereka perbuat.

Ketiga, Hisab. Adalah perhitungan semua amal perbuatan manusia selama di dunia akan diperhitungkan dengan seadil-adilnya. Tidak ada yang ditambah dan tidak ada pula yang dikurangi. Semua sesuai dengan amal perbuatan manusia yang dicatat dalam buku catatan amal. Semua orang dapat mengetahui isi buku laporan ini, walaupun orang tersebut tidak dapat membaca. Allah berfirman dalam QS Al-Mujadilah ayat 6 : “Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu”. (Q.S. Al-Mujadilah [58]:6).

Masing-masing manusia mendapat buku laporan dan menerimanya dengan posisi yang berbeda. Ada yang menerima dari sebelah kanan, dan ada yang dari sebelah kiri. Ada yang menerima dengan wajah gembira dan ada pula yang menerima dengan wajah ketakutan. Allah berfirman dalam QS. Al-Insyiqaq ayat 7-13 : “Maka adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada keluarganya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Dan adapun orang yang catatannya diberikan dari sebelah belakang, maka dia akan berteriak, “Celakalah aku!” Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-menyala (neraka). Sungguh dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan keluarganya )yang sama-sama kafir)”. (QS. Al-Insyiqaq [84]:7-13).

Suasana pada waktu itu amat mencekam dan menakutkan, orang tidak mungkin lagi dapat berdusta atau membela diri. Semua anggota badan dan semua amal tampak hidup dan berbicara memberi kesaksian. Dari hasil perhitungan itulah ditentukan balasan dari amal perbuatan manusia, orang-orang yang selama hidupnya di dunia melakukan amal saleh akan mendapat balasan yang menyenangkan di surga. Dan sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan dan kemaksiatan serta yang tidak beriman akan mendapat balasan berupa azab di neraka.

Keempat, Mizan. yaitu timbangan. Amal perbuatan manusia diperhitungkan dengan timbangan atau neraca yang berupa keadilan. Timbangan keadilan Allah memiliki ketetapan yang tidak mungkin meleset sedikit pun. Semua amal perbuatan manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar ditimbang dengan timbangan tersebut. Hasil dari pertimbangan itu akan menentukan apakah seseorang akan hidup bahagia atau sengsara. Firman Allah: ”Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya, dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan.” (Q.S. Al-Anbiya [21]:47).

Di dalam surah al-Mukminun ayat 102-104 diterangkan:  “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.” (Q.S. Al-Mukminun [23]:102-104)

Kelima, Shirat. Secara bahasa shirat adalah jalan yang terang. Sedangkan menurut istilah shirat adalah jembatan yang terbentang di atas neraka menuju ke surga, semua manusia akan melewatinya. Shirat itu sangat jauh jaraknya, tidak ada orang yang bisa melaluinya kecuali orang yang memiliki pendirian teguh dalam agama dan selalu istiqamah untuk taat kepada Allah SWT, mencintai Rasulullah SWT dan senantiasa menolong sesama.

Shirat adalah jalan yang gelap serta membakar. Melewati jembatan shirat termasuk ujian berat, bahkan yang paling berat pada hari kiamat, sebab di dalamnya terdapat berbagai hal yang menakutkan, mencemaskan, dan mengkhawatirkan.

Shirat memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Licin dan menggelincirkan. Lebih lembut dari sehelai rambut dan lebih tajam dari pedang.

Sifat-sifat tersebut sesuai dengan riwayat Sa’id al-Khudry ra., sebagai berikut:

بَلَغَنِيْ أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ (رواه مسلم)

Telah sampai kepadaku bahwa jembatan ini (ash-shirath) lebih lembut dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim 1/167)

Orang yang melewati shirat tersebut terbagi menjadi dua bagian. Satu, orang kafir, mereka langsung dimasukkan ke neraka. Sebagaimana firman Allah SWT: “Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi”. (QS. Huud [11]:98).

Dua, orang mukmin, mereka mendatangi shirat tersebut sesuai dengan amalan mereka. Dalam hal ini ada tiga bagian : Mereka yang melewatinya tanpa ada rintangan. Mereka yang awalnya celaka (bersusah payah), namun ia selamat darinya. Mereka yang masuk ke neraka kemudian ia selamat darinya. Sabda Rasulullah SAW.

وَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنْ يُجِيْزُهَا وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلاَّ الرُّسُلُ. وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ "اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ" وَفِي جَهَنَّمَ كَلاَلِيْبُ مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ هَلْ رَأَيْتُمْ السَّعْدَانَ. قَالُوْا: نَعَمْ يَارَسُولَ اللهِ. قَالَ: فَإِنَّهَا مِثْلُ شَوْكِ السَّعْدَانِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَعْلَمُ مَا قَدْرُ عِظَمِهَا إِلاَّ اللهُ تَخْطَفُ النَّاسَ بِأَعْمَالِهِمْ فَمِنْهُمْ الْمُوبَقُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ أَوْ الْمُوثَقُ بِعَمَلِهِ وَمِنْهُمْ الْمُخَرْدَلُ أَوْ الْمُجَازَى (رواه البخاري)

Titian (jembatan) lantas dipasang antara dua tepi jahanam dan aku dan umatkulah yang pertama-tama menyeberangimnya. Tak ada yang berani bicara ketika itu selain para rasul, sedang seruan para rasul ketika itu yang ada hanyalah ‘Allaahumma sallim sallim (Ya Allah, selamatkan kami. Ya Allah, selamatkan kami)‘. Sedang di neraka jahannam terdapat besi-besi pengait seperti duri pohon berduri yang namanya Sa’dan. Bukankah kalian sudah tahu pohon berduri Sa’dan?” Para sahabat menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Nabi meneruskan: “Sungguh pohon itu semisal pohon berduri Sa’dan, hanya tidak ada yang tahu kadar besarnya selain Allah semata. Pohon itu menculik siapa saja sesuai kadar amal mereka, ada diantara mereka yang celaka dengan sisa amalnya atau terikat dengan amalnya, di antara mereka ada yang binasa yang langgeng dengan amalnya atau terikat dengan amalnya, di antara mereka ada yang diseberangkan”. (HR. Bukhari)

Amalan yang menyelamatkan dari shirat: Iman kepada Allah; Memperbanyak shedakah; Amar ma’ruf dan nahi mungkar; Menolong orang yang memerlukan bantuan; Memenuhi kebutuhan manusia dan mengeluarkannya dari kesempitan; dan Amalan yang menyampaikan pada syafa’at Nabi.

Keenam, Surga. Adalah tempat bagi orang-orang yang ikhlas beribadah, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Surga berisi penuh dengan kesenangan dan kegembiraan. Kesenangan dan kegembiraan di surga tidak dapat dibandingkan dengan kesenangan dan kegembiraan yang terdapat di dunia. Indahnya panorama di pegunungan dan kesegaran udaranya tidak dapat disamakan dengan indahya alam di surga. Jika keindahan yang berada di dunia bersifat sementara, maka keindahan dan kesenangan di akhirat bersifat kekal.

Dibaca: 38.898 Kali