Makna tari payung yang berasal dari sumatera barat

KOMPAS.com - Tari Payung atau Tari Payuang merupakan salah satu tarian tradisional khas Minangkabau.

Tari Payung berasal dari wilayah Sumatera Barat dan pernah sangat populer pada tahun 1960-an.

Tari Payung dipentaskan oleh penari yang jumlahnya genap dengan payung sebagai properti utama.

Baca juga: Tari Sintren, Tarian Mistis dari Cirebon: Makna dan Keunikan

Penggunaan payung sebagai properti utama itulah yang membuat tarian ini diberi nama Tari Payung.

Video Rekomendasi

Makna tari payung yang berasal dari sumatera barat

Tari Payung merupakan kesenian pertunjukan yang bertujuan untuk hiburan saja.

Tarian ini biasa dipentaskan sebagai pembuka acara, pameran, atau aktivitas penting lainnya.

Sejarah Tari Payung

Sejauh ini belum ada catatan sejarah yang valid mengenai sejarah Tari Payung ini.

Namun perkembangan Tari Payung memiliki kaitan erat dengan seni drama yang sering dipentaskan pada masa kolonial.

Selain menampilkan jalan cerita, drama itu juga dilengkapi dengan lawakan dan tarian.
Tari Payung menjadi salah satu tarian yang ditampilkan sebagai pelengkap dalam drama tersebut.

Selain itu, Tari Payung juga menjadi selingan dari satu cerita ke cerita lain dalam drama.

Pada awalnya, Tari Payung yang ditampilkan itu tidak memiliki aturan koreografi yang baku.

Baca juga: Tari Lengger Dieng: Asal-usul, Gerakan, hingga Tahap Pementasan

Penataan koreografi Tari Payung baru dilakukan oleh seorang bernama Muhammad Rasyid Manggis yang merupakan jebolan Normal School di Bukittinggi.

Rasyid Manggis melakukan penataan koreografi Tari Payung pada periode 1904-1920.

Perjuangannya menata Tari Payung kemudian dilanjutkan oleh Siti Agam yang merupakan teman seangkatannya saat sekolah.

Siti Agam inilah yang mengembangkan Tari Payung menjadi seni koreografi yang mengangkat tema pergaulan muda-mudi.

Cerita dalam Tari Payung disesuaikan dengan kehidupan remaja kota yang berlibur ke Sungai Tanang di Bukittinggi.

Lihat Foto Wikimedia Commons Pementasan Tari Payung di masa lalu. Gerakan dan Pola Lantai

Gerakan Tari Payung terlihat santai dan tidak terikat pada aturan yang rumit.

Sekilas, gerakan dalam tarian tradisional ini tampak menggabungkan tarian dari Minangkabau dan Melayu.

Baca juga: Cerita Tari Janger Asal Bali, Sejarah, Gerakan, dan Properti

Tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan, yang gerakannya dibagi menjadi tiga bagian.

  • Bagian awal

Bagian awal ini digerakkan oleh penari laki-laki. Mereka akan menyelipkan gerakan silat khas Minangkabau.

Gerakannya terdiri dari melirik payung-jalan, ayun payung berpasangan, siek putra tusuak, roda memayung, dan seterusnya.

  • Bagian inti

Inti gerakan Tari Payung ini dibawakan oleh penari putri yang jumlahnya genap dan saling berpasangan.

Ragam gerakannya yaitu Mmelirik selendang-jalan, lingkaran 4 berpasangan, mengirai selendang putra.

Lalu ayunan selendang kiri ke kanan dan sebaliknya, ayun selendang samping, jalan ke kiri dan kanan, kalan ke depan dan belakang.

Baca juga: Tari Tiban, Tradisi Masyarakat Tulungagung Meminta Hujan

  • Bagian akhir

Bagian akhir ini menjadi penutup dari pementasan Tari Payung.

Saat bagian ini, penari putra dan putri akan saling berpasangan dengan memainkan gerakan payung dan selendang.

Sedangkan pola lantai Tari Payung tergolong tidak serumit pola lantai tarian tradisional lain.

Bagian terpenting dalam pola lantai ini adalah menjaga agar penari pria dan wanita tidak saling bertabrakan.

Selain itu, penari juga harus memastikan properti berupa payung dan selendang tidak saling bersenggolan satu sama lain.

Sumber:
Gramedia.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

plisee bantu aku temen2 1 jam lagi udah telat waktunya...plesee​

apa kekurangannya menggambar model dengan pendekatan tanpa mode​

ciri teks deskripsi berdasarkan aspek kebahasaan dan ciri teks deskripsi secara umum​

tolong jawab prakarya kelas 8 semester 1 halaman 6 dan 7 ​

tolong bantu besok di kumpulkan! no 2 dan 4​

ini jawabannya apaan ya mohon bantuannya​

12. Proese penyusunan serat yang relatif pendek dengan cara menjalin dan memilinnya sehingga dihasilkan benang yang panjang disebut? ...... a. pengany … aman b. penggulungan c. pemintalan d. penenunan​

tuliskan nilai karakter apa yang bisa dipelajari di film itu .karakter positif :karakter negatif:(Film Boundin')​

serat yang berasal dari biji, batang, buah daun lebih tepat nya dapat di golongkan​?... a. serat hewanb. serat alamc. serat buatand. serat tumbuhan

teknik menggambar bentuk yang digunakan jika pensil adalah peralatan gambar yang terjadi adalah... A. pointilis B. aquarel C. arsir D. blokbantu jawab … all, mksihh​

Suara.com - Tari Payung adalah tarian adat yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat.

Seni tari adalah sebuah kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun oleh leluhur kita, secara umum fungsi seni tari digunakan sebagai sarana hiburan maupun pembukaan sebuah pentas dan pesta.

Sebagai penerus bangsa sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk mengapresiasi dan melestarikan apa yang sudah diturunkan oleh leluhur kita.

Berikut adalah ulasan lengkap tentang Tari Payung, mari simak!

Baca Juga: Jejak Sejarah Masjid Raya Singkawang, Ikon Kota Paling Toleran

Sejarah Tari Payung

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Tari Payung alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu tentang sejarah Tari Payung. Tari Payung adalah sebuah tari daerah yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, perlu anda ketahui bahwa Tari Payung sangat memiliki kaitan erat dengan sebuah drama yang biasa dimainkan oleh masyarakat Minangkabau, Drama Toone namanya.

Secara keseluruhan Tari Payung sangat kental dengan budaya Melayu, hal ini dikarenakan penduduk  daerah Sumatera Barat merupakan keturunan asli dari suku Melayu.

Mulanya Tari Payung hanya dipentaskan saat ada waktu jeda dalam pertunjukan drama Toone, tari yang tercatat pertama kali ditemukan pada tahun 1920 ini menggunakan payung sebagai instrumen utamanya.

Makna Tari Payung

Baca Juga: Kisah Sultan Mahmud Riayat Syah, Raja Islam Malaka Bebaskan Bangsa Melayu Dari Penjajah

Seperti yang kita ketahui bahwa setiap kesenian budaya yang diturunkan pastinya memiliki nilai-nilai dan makna yang terkandung, berikut adalah nilai dan makna yang terkandung di dalam kesenian Tari Payung:

Tari Payung (berasal dari bahasa Bali: ᬧᬬᬸᬂ — bahasa Jawa: ꦥꦪꦸꦁ — bahasa Sunda: ᮕᮚᮥᮀ) adalah salah satu bentuk pertunjukan tarian Indonesia yang berasal dari Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil yang biasa dipentaskan oleh berbagai etnis pribumi Indonesia seperti Alas, Bali, Cirebon, Jawa, Lampung, Melayu, Minangkabau, Osing, dan Sunda yang mana para penarinya menggunakan atribut payung sebagai daya tarik utama, pertunjukan ini biasanya diiringi oleh gamelan atau alat musik tradisional khas Indonesia lainnya. Jenis tarian ini biasanya dianggap sebagai simbolisasi kasih sayang dan hubungan dari pemuda dan biasanya dibawakan oleh tiga atau empat penari.

Makna tari payung yang berasal dari sumatera barat
Payung

Pertunjukan tarian Payung di Festival Payung 2019 dihelat di candi Prambanan

Nama aslibahasa Bali: ᬧᬬᬸᬂ
bahasa Jawa: ꦥꦪꦸꦁ
bahasa Minangkabau: Payuang
Instrumenangklung, gamelanPenciptaPribumi IndonesiaAsalIndonesia
Makna tari payung yang berasal dari sumatera barat
Tiga Genre Tari Tradisional di Bali

Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

NegaraIndonesiaKriteriaDaftar PerwakilanReferensi617KawasanAsia dan PasifikSejarah InskripsiInskripsi2015 (sesi ke-10th)

Makna tari payung yang berasal dari sumatera barat

Penggunaan payung sebagai bagian dari seni pertunjukan prosesi Jawa tergambar pada relief abad ke-13 Candi Jawi di Jawa Timur, Indonesia

 

Payung keraton Susuhunan Surakarta di Keraton Surakarta, Jawa

Istilah payung secara etimologis diambil langsung dari tiga bahasa yaitu bahasa Bali—Jawa—Sunda, yang mana diturunkan dari Kawi dan Sunda Kuno yaitu payuṅ, yang secara harfiah berarti "payung" atau "parasol".[1]

Tari payung ini tidak dapat terlepas dari kebudayaan suku Minangkabau. Jika dilihat dari gerakan tariannya, maka tarian ini diperuntukkan untuk muda-mudi suku Minangkabau. Tarian tersebut juga bersifat menghibur. Selain itu, tari payung juga seperti menjelaskan bagaimana seharusnya perilaku pasangan dalam menjalin hubungan kasih sayang, yaitunya yang sesuai dengan norma agama dan norma adat yang ada di Minangkabau.[2]

Menurut catatan sejarah, adanya tari payung ini berkaitan erat dengan seni drama yang ditampilkan pada masa penjajahan Belanda. Drama yang dipentaskan ketika itu merupakan hiburan bagi masyarakat. Dalam penampilan seni drama tersebut terdapat juga penampilan tari, yakninya tari payung. Tari payung yang ditampilkan dalam seni drama tersebut awalnya hanyalah sebagai pelengkap saja atau hanya dianggap sebagai penampilan selingan. Pada tahun 1920-an penampilan tari payung tersebut semakin terkenal hingga mendapat sambutan positif dari masyarakat yang menyaksikannya pada masa itu.[3]

Pada sekitaran tahun 1960-an, tari payung ini merupakan salah satu tari Minangkabau yang populer di lingkungan masyarakat Minangkabau. Sebagian masyarakat Minangkabau pada saat itu merasa belum melihat pertunjukan tari Minangkabau sebelum menyaksikan penampilan tari payung. Tari payung pada waktu tersebut sering tampil dalam paket pertunjukkan tari Minangkabau baik itu sebagai pertunjukan tunggal kesenian maupun hanya sebagai hiburan masyarakat.[3] Pada tahun 2000-an terjadi perkembangan dari tarian payung tersebut. Salah seorang koreografer tari dan maestro tari yang berasal dari Bukittnggi pada waktu, Syofiyani Yusaf, melakukan pengembangan tari payung dengan tetap mempertahankan karakteristik dan etika tradisi Minangkabau. Hal tersebut dilakukan berdasar kepada karakter gerak tarinya sehingga mudah ditiru bagi siapa saja yang ingin belajar mengikuti tarian tersebut.[4]

Pada saat sekarang ini, tari payung sering ditampilkan dalam berbagai acara kegiatan baik itu di Sumatra Barat dan luar Sumatra Barat dan bahkan tari payung juga tampil di pertunjukan-pertunjukan yang ada di luar negeri.[5] Selain itu, saat ini juga banyak para pelajar baik dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah atas yang ikut ambil bagian dalam mempopulerkan tari payung tersebut. Mereka berpartisipasi dengan cara bergabung dengan berbagai sanggar seni yang ada di berbagai kabupaten dan kota di Sumatra Barat. Di lingkungan pendidikan formal di Sumatra Barat, Sekolah Menengah Kejuruan 7 Padang yang berkonsentrasi di bidang keahlian seni dan juga Institut Seni Indonesia Padangpanjang menjadikan tari payung sebagai salah satu mata pelajaran atau paket pembelajarannya.[3]

Dalam hampir semua tari tradisional pasti memperhatikan busana dan riasan. Hal itu berlaku juga pada tari payung. Untuk para penari wanita, kostum yang digunakan adalah pakaian adat melayu sesuai adat Minangkabau yang terdiri dari baju kurung atau kebaya, bawahan memakai kain songket, rambut disanggul, dan hiasan kepala berbentuk mahkota atau “suntiang” yang agak rendah dan berwarna keemasan. Penari laki-laki memakai baju lengan panjang “teluk belanga” dengan model kerah “cekak musang” serta bawahan celana panjang berwarna senada, kain sesamping berbahan songket, dan penutup kepala khas Minang atau kopiah (peci) hitam.[6]

Makna tarian ini dilambangkan dengan properti yang digunakan yaitunya berupa payung dan selendang. Payung tersebut digunakan oleh pria dan selendang digunakan oleh wanita dalam tari tersebut. Payung dilambangkan sebagai bentuk perlindungan pria yang merupakan sebagai pilar utama dalam keluarga. Si penari pria akan melindungi kepala penari wanita. Sedangkan, Selendang ini digunakan oleh pihak penari wanita. Makna dari selendang ini adalah pelambang ikatan cinta suci dari pasangan. Selain itu, selendang ini juga bermakna kesetiaan seorang wanita dan kesiapannya dalam membina rumah tangga bersama suami. Hal itu tampak dari selendang yang dikaitkan pihak penari wanita kepada penari laki-laki. Dalam hal ini tidak lengkap rasanya menari payung tanpa selendang dan payung sebab properti inilah yang menjadi sarana penyampaian makna filosofi dari tarian ini. Kedua properti ini saat pertengahan sampai di akhir tarian akan saling bertemu dan melengkapi satu sama lain. Seperti halnya pada sepasang kekasih yang akhirnya dipertemukan di pelaminan untuk mengarungi bahtera rumah tangga bersama-sama.[6] selain itu, dalam penampilannya tari payung tersebut juga diiringi lagu dan musik. Lagu pengiring tari payung tersebut biasanya berjudul Babendi-bendi ke Sungai Tanang. Dikisahkan bahwa makna dalam lagu ini menceritakan tentang sepasang suami-istri yang sedang berbulan madu di Sungai Tanang, sedangkan untuk musik pengiring didiringi oleh alat musik saluang dan gendang.[7]

  1. ^ Featherman, Americus (1887). Social History of the Races of Mankind. 
  2. ^ "Tari Payung dari Sumatera Barat - Bobo". bobo.grid.id. Diakses tanggal 2020-09-18. 
  3. ^ a b c Syafrayuda, Diah Rosari (November 2015). "Eksistensi Tari Payung Sebagai Tari Melayu Minangkbau di Sumatera Barat" (PDF). Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni. 17 (2): 180–203. 
  4. ^ wardibudaya (2017-11-16). "Syofyani Yusaf: Hidup untuk Tarian Minangkabau". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2020-09-18. 
  5. ^ "Saat Tari Piring dan Tari Payung Sita Perhatian Publik Internasional di Jepang". Langgam.id. 2020-01-31. Diakses tanggal 2020-09-18. 
  6. ^ a b "Mengenal Tari Payung Dari Sumatera Barat". EGINDO.co. 2020-08-25. Diakses tanggal 2020-09-18. 
  7. ^ Darmawati, Darmawati (1999). "Analisis Struktur Tari Payung Padang Magek Kabupaten Tanah Datar". repository.unp.ac.id (dalam bahasa Inggris). hlm. 65-66. Diakses tanggal 2020-09-19. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tari_Payung&oldid=21588647"