Maafkan aku sudah menabrakmu tanggapan yang Tepat adalah

"Orang yang menabrakmu baru saja meninggal."

Ibu dan aku menatap Ayah dengan mata melotot lebar.

"Dan, polisi bilang kalau pelaku dalam keadaan mengantuk saat membawa mobil."

"Apa?" Aku nyaris berdiri dari brankar, tapi Ibu menahan tubuhku. "Apakah polisi tidak tahu siapa dalang dari tabrakan itu?"

"Drew, tidak ada dalangnya. Pelaku memang mengantuk saat membawa mobil dan tidak sengaja menabrakmu."

"Tidak mungkin. Pasti ada seseorang yang menyuruh pelaku menabrak mobil kami dengan sengaja."

"Ayah sudah katakan itu, tapi polisi menertawakan Ayah. Karena tidak mungkin pelaku membahayakan nyawanya."

"Sial!" Aku mengepalkan kedua tangan. "Pasti ada CCTV di sekitar sana. Seharusnya polisi mencari tahu bukti-bukti yang ada."

Ayah hanya bisa terdiam.

"Aku harus mencari pengacara. Dan aku tidak ingin kasus ini ditutup secepat itu. Pelaku yang sebenarnyar harus di tangkap!"

"Kau harus tetap tenang, Drew. Dokter b

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 2

Andreas terlihat sangat marah. Aku lupa kalau Andreas lebih hebat daripadap aku, apalagi jam terbangnya lebih tinggi. Dia lebih punya segalanya dan bisa melakukan apapun. Dan, harusnya aku menyadari hal itu.

"Maafkan aku." Aku hanya bisa terkekuk lesu. "Seharusnya aku tidak membawa Alexa ke dalam masalahku."

"Harusnya tidak! Sekarang, kau lihat kondisi Alexa? Jika terjadi sesuatu kepada Alexa. Bukan hanya Kent yang akan aku bunuh, tapi juga kau!" Andreas menunjukku. Matanya seolah mengeluarkan bara api yang hendak membakarku.

"Sudah, hentikan perkelahian ini. Tidak ada yang mau semua ini terjadi." Ayah berusaha meredakan amarah Andreas. "Bahkan, aku sendiri sebagai Ayahnya juga tidak rela jika putriku kenapa-kenapa." Ayah menahan tangis.

Gedebuk! Ibu mendadak pingsan dan tubuhnya jatuh ke lantai. Semua langsung panik. Terutama Ayah. Evans segera memanggil suster di luar, kemudian Ayah dan Evans membawa Ibuku menuju ruangan lain bersama para suste

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 3

"Kau tidak menyukaiku?"

"Apa?" Daisy mendongak terkejut.

"Aku sudah menyatakan perasaanku. Lalu, bagaimana denganmu sendiri? Apa kau tidak menyukaiku?"

"Um ...." Daisy menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga. "Aku ...."

Ponselku tiba-tiba berdering. Sial! Ini bukan waktu yang tepat untuk merusak suasana. Aku berusaha mengabaikan ponselku dan menanti tanggapan dari Daisy. Wanita itu terus melirik ponselku yang tidak berhenti berdering.

"Siapa tahu itu penting," kata Daisy.

Aku mendengus kesal. Lalu mengambil ponselku dan melihat nama Rehan berkelap-kelip di layar.

"Ya, ada apa?" aku menerima panggilan.

"Pak, dugaan kita benar. Kent adalah dalang dibalik semua ini. Dia membayar seorang laki-laki agar sengaja menabrak kalian. Dan Kent membayar uang sejumlah satu milyar kepada keluarganya."

"Apa?" aku terkejut. Sungguh Kent tidak punya hati nurani. Ia merelakan nyawa seseorang demi menghancurkan aku dan keluargaku

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 4

"Drew ...." pintu ruanganku tiba-tiba terbuka. Perhatian kami teralihkan pada ayahku yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, Yah? Bagaimana kondisi Ibu?"

"Ibumu baik-baik saja. Tapi, Alexa ...." kalimat Ayah terhenti.

"Kenapa dengan Alexa?"

"Alexa sudah siuman," kata Ayah.

Membuat aku dan Daisy bernapas legah.

"Sekarang Alexa sudah dipindahkan ke kamar rawat inap biasa. Dokter bilang, ini keajaiban dari Tuhan yang telah membuat kondisi Alexa semakin kuat."

"Haa...." aku mengehela napas sambil menatap langit-langit. "Aku ingin melihat kondisinya sekarang." Aku nekat mencabut infusku sendiri sehingga keluar darah dari tanganku.

Daisy dan Ayah langsung syok. Terutama Daisy, ia menahan bahuku untuk segera beranjak dari kasur.

"Drew, kau tidak boleh kemana-kemana. Pikirkan kondisimu sekarang."

"Kenapa tidak boleh? Aku sudah sembuh!" aku tidak sengaja berteriak di depan Daisy. "Ayah, dimana Alexa dirawat sekarang

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 5

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tapi, Daisy masih tetidur pulas di sofa sambil meringkuk di balik selimut. Aku tidak tega membangunkannya. Dia semalaman ada di ruangan ini bersamaku, dengan embel-embel menjagaku. Meski sebenarnya jadi sebaliknya, aku lah yang menjaga Daisy sepanjang malam. Tapi tidak masalah, melihat dia ada di dekatku saja membuatku merasa nyaman.

"Pagi Tuan Drew." Dokter tiba-tiba membuka pintu ruanganku sambil menyapa dengan suara keras.

"Ssshh!" Aku buru-buru meminta Dokter untuk diam.

"Sorry, aku tidak tahu." Suara Dokter itu berubah menjadi pelan sambil menatap Daisy sekilas. "Aku ingin memerika kondisimu lagi." Dokter berjalan semakin mendekatiku dan menempelkan stetoskopnya di dadaku. "Melihat hasil pemeriksaan terakhir, kau sudah di perbolehkan pulang hari ini," ujar Dokter tersebut yang membuat hatiku senang.

"Alexa bagaimana?" aku bertanya.

"Dia masih harus dirawat untuk beberapa hari kedepan. Mengin

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 6

"Bukankah kita sudah diperbolehkan pulang hari ini?" ia membalas tatapanku penuh keyakinan.

Aku mengerutkan dahi. Bukankah Daisy sejak tadi tertidur pulas? Lantas, darimana dia tahu kalau aku akan pulang hari ini. Atau jangan-jangan, dia hanya pura-pura tidur sejak tadi.

"Kau sudah terbangun sejak tadi?"

"Hmm...."

"Kau mendengar kalimatku?"

"Kalimat yang mana?"

"Saat aku berbisik di telingamu."

"Oh, saat kau bilang ingin bunuh diri jika aku menolak cintamu?"

"Shit!"

***

Di sepanjang perjalanan pulang selama berada di mobil, aku hanya bisa merutuki diriku sendiri karena sudah mengungkapkan hal yang terlalu dramatis di depan Daisy. Mungkin, Daisy akan berpikir kalau aku ini berlebihan atau gila.

"Daisy ...." aku memberanikan diri memulai percakapan setelah cukup lama kami hanya saling diam.

"Ya?" Daisy menoleh ke arahku.

"Kau bisa masak, kan?"

"Um...." Daisy memutar bola mata. "T

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 7

"Um...." Daisy memutar bola matanya. "Sayangnya, aku juga tidak ingin punya hubungan main-main dengan lelaki. Jadi, aku akan menolak cintamu. Maaf, Drew ...."

"Apa?"

"Kecuali ...."

"Kecuali apa?"

"Kecuali kau berniat ingin melakukan hubungan yang lebih serius lagi denganku."

"Maksudnya?"

"Menikah."

Aku mundur selangkah. Tubuhku mendadak menjadi kaku, dan mulutku terkatub rapat. Menikah? Bahkan aku belum memikirkan hal itu sama sekali. Memangnya apa enaknya menikah, sih? Lihat saja Alexa dan Andreas. Hidupnya terlalu terikat. Alexa selalu melarang Andreas pergi kemana pun yang Andreas senang. Hah, pasti terasa membosankan jika harus menikah.

"Kenapa?" kedua alis Daisy terangkat.

"Aku belum siap." Lalu, aku berbalik badan dan kembali duduk di kursi.

Daisy menghela napas. "Kalau begitu, kau tidak perlu menaruh perasaan lebih padaku. Karena aku tidak ingin dijadikan sebagai mainan.

"Aku tidak pernah memperlakuk

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 8

"Aku tidak akan menikah, Iren."

"Kau masih tidak bisa melupakan Alice?"

Aku berhenti mencuci mukaku dan menatap cermin. Menatap bayanganku sendiri yang terlihat sangat bodoh. Ketika nama wanita itu terucap lagi, entah mengapa hatiku rasanya sangat sakit.

"Jangan menyebut nama dia lagi. Dia sudah mati di dalam hidupku!"

"Ayolah Drew, kau harus bisa bertarung dengan masalalu dan melangkah menuju masa depan. Sudah seharusnya kau melupakan Alice dan hidup seperti manusia normal pada umumnya."

"Hei, aku tahu kau adalah temanku. Tapi, bukan berarti kau tahu segalanya tentangku. Dari mana kau tahu aku ini belum bisa melupakan wanita jalang itu."

"Aku ini seorang psikolog, kau lupa?"

Aku diam, kembali mengambil ponselku dari meja wastafel dan berjalan keluar dari toilet.

"Jika kau sungguh-sungguh mencintai Daisy, tunjukan padanya. Kau harus bisa membuktikan ketulusan dari cintamu itu. Lagipula. Daisy wanita yang baik, Drew ... dia tida

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 9

"Dimana Daisy?" Aku menarik kera baju Kent. "Dimana kau menyembunyikan Daisy?"

"Aku tidak akan memberitahumu, Hahaha!"

"Sialan kau, Kent." Aku meraba ponselku di saku celana, tetapi tidak ada. Aku menatap ke belakang dan melihat ponselku ada di atas meja.

Sebelum aku berlari mengambil ponselku, aku merasakan sesuatu yang memukul punggungku sangat keras hingga aku terjatuh dan tidak melihat apapun lagi selain gelap.

***

Aku membuka mata perlahan dan melihat Sarah ada di atas kepalaku. Aku berusaha untuk bangkit dari tidur meski kepala masih terasa pusing.

Sarah membantuku duduk di sofa. Aku melihat ke sekeliling dan bersyukur karena aku masih ada di kantorku.

"Apa yang terjadi?" Aku bertanya pada Sarah yang menyodorkan segelas air putih.

"Maaf Pak, saya melihat Anda terbaring di lantai dan saya langsung memanggil security untuk membantu saya membawa tubuh Anda ke sofa. Saya tidak tahu harus menghubungi siapa, Pak. Tapi, saya sud

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 10

"Robert." Nama itu terlintas di kepalaku karena aku meminta Robert untuk mengawasinya. "Boleh aku pinjam ponsel?" aku menatap Ayah.

Ayah langsung menyodorkan ponsel padaku, dan aku segera menghubungi Robert.

Robert langsung menerima panggilanku pada dering pertama. "Dimana kau sekarang?"

"Aku sedang ada di rumah, Pak," jawab Robert.

"Apa kau mengawasi Daisy saat pulang kemarin?"

"Ya, aku mengawasinya sampai ke tempat tujuan, Pak. Kemudian aku melihat Iren masuk ke dalam rumahnya. Setelah itu, aku pulang. Karena aku pikir Nona Daisy akan aman berada di rumah. Sudah ada dua pengawal di rumahnya, Pak." Hening sejenak. "Apa ada masalah?"

"Tidak." Aku memutuskan sambungan, kemudian menghubungi Evans.

"Dreww...." suara Evans terdengar sangat panik di seberang sana. "Aku menghubungimu berulang kali, tapi nomormu tidak aktif."

"Ponselku dicuri." Aku nyaris menahan napas.

"Astagaa ...."

"Apa yang terjadi sebenarnya? Kent m

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 11

"Apa Carrie ada di sana bersamamu?" aku pikir dia menghubungi baby sitter Carrie.

Aku tidak bisa mendengar apapun, tapi aku bisa melihat raut wajah Andreas berubah. Lalu, ia membanting ponselnya dan berteriak.

"Aaaah!!!"

"Kent meminta tebusan sebesar lima milyar dan memberi kita waktu selama satu jam," kataku pada Andreas.

Ia hanya menatapku dengan napas memburu kesal. Lalu ia mengepalkan kedua tangannya. "Jika terjadi sesuatu dengan anakku, laki-laki bajingan itu tidak akan aku biarkan hidup!"

"Apa kita harus mentransfer uangnya?"

"Tidak. Kau jangan mudah terpancing. Itu hanya ancaman awal dari Kent. Setelah kita berhasil transfer uang padanya, ia tetap akan memeras kita sampai kita jatuh miskin," jelas Andreas yang jauh lebih berpengalaman dibandingkan aku.

"Untuk saat ini, kau tidak boleh memberitahu siapapun tentang hilangnya Carrie. Termasuk Alexa. Aku tidak ingin kondisinya semakin memburuk."

"Aku tidak akan memberitahu A

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 12

"Itu Nella. Mantan teman kencanku. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa berhubungan dengan Kent."

"Bagaimana kesan terakhirmu bertemu dengan Nella?"

"Aku ...." Aku menatap Andreas ragu, "Aku meninggalkannya begitu saja di pinggir jalan."

"Nella ingin balas dendam denganmu," kata Andreas yang membuat aku merinding.

"Pak, aku menemukan posisi mereka." Damian tiba-tiba bicara, aku dan Andreas kembali fokus pada layar komputer.

"Dimana itu?"

"Gedung tua," kataku. "Itu gedung tua milik Ayah yang belum sempat dibangun karena mengalami bangkrut pada saat itu. Dan, aku pernah membawa Nella ke sana."

"Apa yang kau lakukan di sana bersama Nella?" Andreas menatapku curiga.

"Um, yah, kau taulah."

"Dasar bodoh! Memangnya kau tidak punya tempat lain? Kau tidak mampu bayar hotel?"

"Sorry." Aku harus menahan rasa malu di depan Andreas. Jangan sampai dia mengadu pada Alexa. Bisa-bisa, Alexa akan meledekku habis-habisan.

<

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 13

“Jangaaan!” Aku berteriak lagi. “Oke, aku akan menandatangani kontrak itu.”

Aku menyerah. Lebih baik, aku kehilangan harta dan jabatanku daripada harus kehilangan Daisy dan juga Carrie.

Ponselku tiba-tiba saja berdering. Nama Rehan muncul di layar ponselku.

“Pak, kami sudah menemukan Daisy dan juga Carrie.”

Aku mengerutkan dahi dan menatap gudang di sudut.

“Kau yakin?”

“Mereka menyembunyikannya di rumah Nella. Dan polisi sudah mengepung gedung tua itu.”

Aku menatap ke sekliling. Aku tidak menemukan siapapun. Tapi, aku melihat ada kilatan cahaya seperti dari sniper.

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 14

Aku menjatuhkan lututku di lantai sambil menyentuh tangan Daisy. “Aku tidak punya cincin, tapi aku janji akan membelikannya untukmu. Tapi izinkan aku mengungkapkan perasaanku saat ini. Daisy ... menikahlah denganku.”

“Omg.” Kareen dan Evans tiba-tiba muncul. Mereka menyaksikan aku bertekuk lutut di hadapan Daisy.

Kali ini, Daisy adalah pemenang di antara semua wanita yang aku kencani. Bahkan, aku belum sempat mengencani Daisy. Tapi dia sudah berhasil membuat hati lelaki playboy ini luluh.

“Daisy, maukah kau menikah denganku?” Aku mengulang pertanyaan yang sama.

Daisy meneteskan air mata. “Kau bercanda?”

“Aku sungguh-sungguh. Aku memang tidak membawa cincin saat ini, tapi aku janji akan menyematkan cincin dijari manismu nanti,” kataku.

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 15

“Aku baik-baik saja. Aku kaget dengan ucapanmu tadi. Kau bilang apa? Alice kembali?”

“Iya, dia kembali ke kota ini. Aku melihatnya kemarin di salah satu mall. Aku takut, dia datang menemuimu dan mengacaukan rencana pernikahanmu.”

Aku menggenggam erat stir kemudi sampai buku-buku jariku memutih.

***

Aku hampir tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan perkataan Iren yang memberitahu kalau Alice telah kembali ke kota ini.

Hal itu bikin hidupku jadi tidak tenang. Mengapa di saat aku ingin hidup damai dan tentram, selalu saja ada orang yang mengganggu dan berusaha mengusik hidupku.

Benar-benar sial.

"Drew!"

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 16

"Drew, tunggu!"

Aku hanya bisa terpaku di tempatku ketika Daisy berjalan menghampiriku dengan mata yang berapi-api. Kemudian yang terjadi ...

Daisy menamparku sangat kencang.

Plak!

"Kau bajingan, Drew! Kau ingin menipuku dan keluargaku?" Daisy terlihat sangat marah.

"Aku tidak bermaksud menipumu, Daisy." Aku menahan rasa kebas di pipi akibat tamparan Daisy.

"Kau bilang ingin menikahiku?" Daisy berteriak. "Tapi di depan keluargaku, kau justru meminta waktu seolah-olah kau belum siap. Katakan saja jika kau tidak ingin menikah denganku, dan aku siap untuk menjauh dari hidupmu."

"Bukan begitu, sayang. Aku minta maaf kalau ucapanku tadi salah. Aku benar-benar lagi tidak enak badan." Jeda sejenak. "Kasih aku waktu, saya

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 17

"Kau bisa mengambil kotak itu, Sayang."

"Apa ini?" Daisy menatapku sejenak.

"Buka saja."

Daisy menuruti perintahku dan membuka kotak kecil tersebut. Seketika mulut Daisy terbuka lebar, kemudian menoleh padaku dengan mata melotot.

"Drew ...."

Aku tidak sanggup jika tidak tertawa ketika melihat ekspresi Daisy. "Sejujurnya aku sudah lama beli cincin itu. Dan aku ingin memberikannya padamu kemarin. Tapi berhubung kondisiku tidak baik, aku lupa dan justru menyimpan cincinnya di dasbor mobil."

Tiba-tiba Daisy memukul lenganku. Aku meringis.

"Aw! Kenapa kau memukulku?"

"Kau ingin melamarku menggunakan cincin ini di mobil? Dalam kondisi kau sedang menyetir? Kenapa kau tidak romantis, Drew!"

Aku memutar stir kemudi ke arah kiri, lalu mobilku berhenti di tepi.

"K

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 18

"Ini ...."  Carla memberiku sebuah surat yang membuat keningku mengernyit.

"Apa ini?"

"Ini adalah kontrak perjanjian."

"Apa?"

"Yap! Kau harus menandatangani surat ini dan berjanji untuk tidak menyakiti  hati Daisy. Jika ada kegagalan menjelang pernikahan kalian atau ada suatu masalah di dalam pernikahan kalian karena ulahmu, kau harus menanggung akibatnya. Kau harus membayar kami sebanyak satu milyar."

"Apa?" aku tidak berhenti tercengang. "Kau memerasku?"

"Jika kau tidak ingin diperas, kau harus berbuat baik kepada adikku! Aku juga melakukan hal yang sama dengan Evans. Agar kalian tidak macam-macam dengan adik-adikku dan tidak membuat hatinya terluka!" seru Carla penuh penekanan.

"Baiklah!" sepertinya aku tidak perlu banyak berpikir lagi, karena aku tidak berniat untuk menyakiti hati Daisy. Aku langsung men

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 19

Namun sayangnya Daisy terjatuh dan bunganya juga tidak berhasil ditangkap.

"Daisy, kau tidak apa-apa?" Kareen berjalan panik menghampiri adiknya.

"Aku tidak apa-apa." Daisy menyentuh heelsnya yang patah. Lalu Daisy menatapku dengan wajah cemas.

Tak hanya Daisy, tapi semua orang juga menatapku dan Daisy dengan wajah cemas. Kenapa mereka ikut mempercayai kutukan bodoh itu?

***

"Sudahlah, kenapa kalian semua harus memikirkan kutukan bodoh itu, sih?"

Aku berkacak pinggang, memperhatikan keluargaku yang berusaha untuk menenangkan Daisy menangis.

"Kau ini! Kau betul-betul tidak peduli ya? Bagaimana kalau kutukan dan tahayul itu benar? Karena temanku sendiri pernah ngalami hal itu." Alexa justru marah padaku.

"Sudahlah, sayang. Kita akan tetap menikah. Kau jangan cemas. Tidak akan ada masalah dengan hubungan kita. Aku kan, tidak punya wanita lain s

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 20

Wanita itu tidak menatap Daisy, tapi menatapku. Duniaku runtuh seketika saat bertemu Alice ada di depan mataku.

"Ini salahku. Aku kembalikan gaun pengantinmu," ujar Alice seolah dia tahu bahwa gaun itu adalah gaun pernikahan aku dan Daisy.

“Terima kasih banyak, ya.”

“Sama-sama.” Alice tersenyum pada Daisy. Dan aku tahu kalau senyuman itu tidak sungguh-sungguh. “Sampai jumpa lagi,” katanya. Tapi menatap mataku. Kemudian dia berjalan melewati kami.

Aku membeku di tempat, tanganku tanpa sengaja terkepal geram. Berani-beraninya dia muncul lagi di hadapanku setelah apa yang telah ia lakukan padaku dan juga keluargaku dulu. Sial!

“Drew.” Daisy menyentuhku, membuat aku tertegun kaget.

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 21

“Anak ini mirip sekali denganmu."

Aku menatap anak berusia dua tahun yang ada di dalam gendongan Alice. Aku tidak merasa kalau anak itu mirip denganku. Dia sangat mirip dengan Alice.

Tentu saja, karena anak itu bukan anakku!

Alice berlalu dari hadapan kami. Aku duduk sambil memukul meja.

“Sial!”

“Kenapa Drew?” Daisy terkejut.

“Seharusnya kau tidak mengizinkan dia duduk di kursi kita, Daisy!” Aku membentak Daisy. Terlihat dari wajahnya kalau Daisy syok.

“Ma-maksudmu?”

“Aku tidak suka kau berbicara dengan  orang asing! Kau bisa saja mengusir dia dan tidak

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 22

“Drew …."

Aku menoleh ke arah sumber suara. Daisy sudah berdiri di depan pintu dengan wajah lebih terkejut daripada aku.

Aku langsung mendorong Alice sampai ia terjatuh ke lantai.

“Daisy, semua ini salah paham.”

Daisy keluar dari ruanganku. Aku berusaha mengejar langkahnya.

“Tunggu sayang. Kau salah paham.” Aku mencekal lenga Daisy.

Wanita itu berbalik badan menamparku.

“Brengsek! Harusnya dari awal aku tidak mempercayaimu!”

Aku mengusap wajah, sambil melihat Sarah yang tengah memperhatikan kami.

&

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 23

“Kenapa kau membiarkan Alice masuk ke ruanganku?”

“Ma-maaf, Pak!”

“Kau kupecat, Sarah!” Aku membalikan meja kerja Sarah sampai semua terjatuh ke lantai.

Sarah begitu terkejut dan ketakutan.

***

Aku melajukan mobilku menuju rumah Daisy. Sesampainya di sana, aku tidak menemukan siapapun. Berhubung Kareen sudah menikah, dan dia sudah tinggal di rumah yang berbeda bersama Evans. Sedangkan Carla, aku pikir dia lagi bekerja.

Aku menghubungi Daisy berulang kali, tapi dia tidak menerima panggilanku. Aku mengirimkan puluhan pesan yang tidak pernah dibalasnya.

Akhirnya aku menghubungi Kareen.

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 24

“Kenapa kau menghubungiku?” Aku kembali bertanya pada Alice.

“Um, aku melihat calon istrimu.” Jeda sejenak. “Dia ada di pub.”

Aku mengerutkan dahi. Pub? Daisy ada di sebuah Pub? Sejak kapan dia suka ke tempat itu. Aku tahu betul dengan Daisy, dan dia tidak mungkin tengah minum-minum di pub.

“Konyol,” kataku.

“Yasudah kalau tidak percaya.”

Alice langsung memutuskan sambungan. Rehan mengirimiku sebuah pesan.

Rehan : Pak, aku menemukan Daisy.

Rehan mengirimkan sebuah gambar. Daisy tengah menari di lantai dansa sebuah pub.

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 25

“Apa yang kau lakukan di sini?”

Daisy langsung mendorongku saat sadar kalau aku ada di dekatnya.

“Aku mengkhawatirkanmu, sayang.” Aku kembali mendekat.

“Pergi! Pergi dari sini sekarang juga. Aku sudah tidak mau lagi melihatmu!” Daisy berteriak kencang.

“Aku mohon. Dengarkan dulu penjelasanku.”

“Penjelasan apa lagi? Semua sudah cukup menjelaskan, Drew. Kau ba-ji-ngan!” Daisy memukulku dengan bantal berulang kali.

Mendengar suara keributan, Carla tiba-tiba masuk ke dalam kamar. “Hei, ada apa ini?”

“Tolong suruh bajingan ini pergi, aku sudah tidak mau lagi meliha

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP


Page 26

Aku tidak menyerah. Keesokan harinya aku kembali ke rumah Daisy.

Tapi Carla menyiramku dengan seember air.

“Pergi dari sini dan jangan kembali. Kau bajingan, Drew!” Carla berteriak. Membuat para tetangga keluar untuk menyaksikan keributan yang terjadi di antara kami.

“Kasih aku satu kesempatan lagi untuk menjelaskan kepada Daisy.” Aku memohon.

“Tidak. Kau tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lagi. Hubungan kau dan Daisy sudah berakhir!”

“Aku mohon jangan seperti ini, Carla.”

“Hei!” Carla berkacak pinggang. “Sekarang, lebih baik kau melunask hutangmu! Membayar ganti rugi atas pernikahan kalian yang gagal.”

Aku mengusap wajah frustrasi. “Aku aka

Locked Chapter

Continue to read this book on the APP