Lagu daerah Jawa Tengah beserta maknannya Show
Bobo.id - Lagu daerah Jawa Tengah diketahui banyak macamnya. Hal ini karena Jawa Tengah dikenal sebagai provinsi yang kaya akan berbagai macam kebudayaan, salah satunya adalah tembang (lagu) jawa. Meskipun saat ini tembangnya terus berkembang sesuai dengan zaman, tembang-tembang yang lama masih terus dimainkan di kehidupan sehari-hari, baik dipentas besar maupun kecil. Lalu, apa saja lagu-lagu daerah dari Jawa Tengah tersebut? Berikut ini lagu-lagu daerah tersebut beserta maknanya. Baca Juga: Cari Jawaban Materi Kelas 6 SD Tema 3, Latihan Menyanyikan Lagu Mariam Tomong Lagu-Lagu Daerah Jawa Tengah Beserta Maknanya Gambang Suling Gambang suling, ngumandhang swarane Thulat-thulit, kepenak unine Uuuunine mung nrenyuhake bareng Lan kentrung ke- tipung suling, sigrak kendhangane Makna lagu daerah Jawa Tengah Gambang Suling: Lagu daerah ini diciptakan oleh Ki Nartosabdo, yang mempunyai arti kalau si pembuat lagu begitu mengagumi alat musik tradisional, yaitu suling. Alat musik ini begitu enak didengar ketika dimainkan. Cara memainkan alat musik ini dengan cara ditiup dan menutup lubang-lubang udara sesuai not lagu. Gundul-Gundul Pacul Gundul-gundul pacul-cul gembelengan Nyunggi-nyunggi wakul-kul gembelengan Wakul ngglimpang segane dadi dak latar Wakul ngglimpang segane dadi sak latar Makna lagu daerah Jawa Tengah Gundul-Gundul Pacul: Lagu daerah Jawa Tengah Gundul-Gundul Pacul sudah sejak lama dinyanyikan oleh rakyat Jawa Tengah. Sehingga, menjadi populer setelah banyak dinyayikan di pentas-pentas. Biasanya, lagu ini juga kerap dijadikan lagu anak-anak dan dimaknai sebagai lagu agar kita selalu menjaga kejujuran dan tidak sombong. Namun, ada juga makna awal lagu daerah ini adalah sebagai bentuk kritik kepada pemimpin agar lebih mengutamakan rakyatnya dan menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin. Page 2
Minggu, 14 November 2021 | 09:30 WIB
Lagu daerah Jawa Tengah beserta maknannya
Cublak-Cublak Suweng Cublak-cublak suweng Suwenge ting gelenter Mambu ketudhung gudhel Pak Gempong lera-lere Sapa ngguyu ndelikake Sir sir pong dele gosong Sir sir pong dele gosong Makna lagu daerah Jawa Tengah Cublak-Cublak Suweng: Lagu daerah dari Jawa Tengah ini diciptakan oleh Sunan Giri ketika sedang berdakwah dan menyebarkan ajaran agama Islam di Jawa. Cublak diartikan sebagai wadah dan suweng yang berarti perhiasan anting-anting. Sehingga, makna dari lagu daerah ini adalah kita janganlah menuruti keinginan untuk selalu mengejar harta dunia. Kita tetap haruslah menggunakan hati nurani sebagai manusia. Baca Juga: Contoh-Contoh Alat Musik Ritmis Modern, Materi Kelas 3 SD Tema 3 Suwe Ora Jamu Suwe ora jamu Jamu godhong tela Suwe ora ketemu Ketemu pisan gawe gela Suwe ora jamu Jamu sogo thunteng Suwe ora ketemu Temu pisan atine seneng Makna lagu daerah Jawa Tengah Suwe Ora Jamu: Lagu daerah Jawa Tengah ini mempunyai makna, kalau sebuah pertemuan di antara orang yang sudah lama tidak berjumpa. Pertemuan ini tentu menyenangkan dan selalu ingin bertemu lagi karena membuat hati bahagia.
Sebagai orang Jawa, siapa di sini yang tidak pernah diperdengarkan lagu Gundul Gundul Pacul, atau bermain permainan tradisional Jamuran, atau menyanyikan tembang Gambang Suling di pelajaran Seni Suara Daerah sewaktu SD? Seperti sedang bernostalgia, tembang-tembang di atas merupakan lagu-lagu daerah Jawa Tengah yang menjadi bagian dari kehidupan masa kecil orang-orang Jawa. Namun tentunya, kesenian musik daerah Jawa Tengah masih terlalu luas kalau hanya diwakili dengan tiga macam lagu. Nah, di sini setidaknya kita akan mengulas beberapa lagu daerah Jawa Tengah paling populer, serta membedah makna dari sebagian lirik-lirik lagu tersebut. Berikut 20 lagu daerah Jawa Tengah paling populer dan familiar. Silakan disimak! 1. Suwe Ora JamuSuwe Ora Jamu merupakan lagu daerah Jawa yang diciptakan oleh seorang komposer karawitan, R.C. Hardjosubroto. Lagu ini begitu populer khususnya di kalangan masyarakat Jawa Tengah dan Yogyakarta, apalagi setelah dinyanyikan oleh Waldjinah. Berikut lirik asli lagu tersebut yang menggunakan bahasa Jawa Ngoko.
Terjemahan:
Saking terkenalnya lagu ini, Suwe Ora Jamu dijadikan nama sebuah kafe dan bar di daerah Jalan Petogogan, Jakarta Selatan. Selain itu, seorang koreografer terkenal dari Papua, Jecko Siompo, pernah me-remix lagu Suwe Ora Jamu dengan Ampar-Ampar Pisang yang dibawakan dalam nada rap dan jazz dalam sebuah pertunjukan di Goethe-Institut, Jakarta Pusat tahun 2011. Baca juga: Kumpulan 20 Lagu Daerah Jawa Timur 2. Gundul-Gundul PaculSiapa yang tak kenal dengan lagu Gundul-Gundul Pacul? Lagu anak-anak ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Jawa. Terdapat dua sumber mengenai siapa yang sebenarnya menciptakan lagu ini, antara Sunan Kalijaga di abad 15 atau R.C. Haardjosubroto.
Meskipun tergolong lagu anak-anak, rupanya lagu ini memiliki makna yang cukup filosofis. Secara filosofis, Gundul-Gundul Pacul membicarakan soal kehormatan, kepemimpinan, dan tanggung jawab. Gundul adalah kepala plontos tanpa rambut. Kepala melambangkan kehormatan, sementara rambut merupakan lambang mahkota dan keindahan kepala. Dalam lagu ini, kata gundul memiliki makna sebuah kehormatan tanpa mahkota. Pacul atau cangkul adalah sebuah alat pertanian yang melambangkan rakyat kecil yang kebanyakan adalah petani. Orang Jawa mengatakan bahwa pacul adalah papat kang ucul (empat yang lepas), dengan pengertian bahwa kehormatan seseorang sangat bergantung pada bagaimana orang tersebut menggunakan empat indera: mata, hidung, telinga, dan mulutnya.
Jika empat hal tersebut lepas, maka lepas juga kehormatan orang tersebut. 3. Ilir-IlirTembang Lir-Ilir diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada awal abad 16, pada masa runtuhnya Kerajaan Majapahit dan masuk Islam-nya pada adipati Kadipaten di Majapahit, terutama di daerah pesisir Pulau Jawa.
Tembang ini dikenal sebagai tembang dolanan atau lagu daerah Jawa. Liriknya menggunakan kata-kata perumpaan dan memilki makna yang dalam dan multitafsir. Hal ini mencerminkan dalamnya ilmu Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan agama Islam. Dengan tembang Lir-Ilir, Sunan Kalijaga mencoba untuk mengajak masyarakat Jawa untuk memeluk, mengimani, dan mengamalkan agama Islam secara perlahan tanpa membenturkan tradisi yang sudah lama berkembang. Upaya Sunan Kalijaga ini tentu mengikuti cara Nabu Muhammad SAW dalam mendakawahkan agama Islam, yaitu bil hikmah wal mau’idzatil hasanah. 4. Gambang SulingSwara Suling, atau lebih banyak dikenal dengan judul Gambang Suling, merupakan lagu daerah Jawa Tengah yang diciptakan oleh Ki Narto Sabdo sebagai ungkapan kekagumannya dengan alat musik seruling yang menghasilkan suara yang indah.
Terjemahan:
Ki Narto Sabdo yang bernama asli Soenarto sendiri merupakan putra dari seorang pengrajin sarung keris beranam Partinoyo. Beliau merupakan seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, dan dijadikan sebagai sumber referensi oleh dalang-dalang generasi berikutnya. 5. Dondong Opo SalakDondong Opo Salak merupakan lagu anak-anak yang dipopulerkan oleh Krisbiantoro antara tahun 1960 hingga 1970-an. Lagu ini menggunakan bahasa yang lugas, tidak berbelit-belit, dan mudah dipahami secara tekstual, khas lagu anak-anak. Namun meskipun begitu, lagu ini dapat mengandung makna yang beragam, tergantung pada siapa yang mendengar dan mengartikannya.
Terjemahan:
6. Cublak-Cublak SuwengCublak-Cublak Suweng adalah sebuah lagu yang dinyanyikan dalam sebuah permainan tradisional bernama Cublak-Cublak Suweng. Permainan ini biasa dimainkan oleh anak-anak kecil pedesaan atau perkampungan di daerah Jawa, khususnya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Permainan ini biasa dimainkan oleh 4 sampai 12 anak. Diawali dengan hompimpa atau gambreng untuk menentukan siapa yang berperan menjadi Pak Empo. Pak Empo ini kemudian berbaring telungkup di tengah, sementara anak-anak yang lain duduk melingkarinya. Kemudian anak-anak yang melingkari Pak Empo tersebut membuka telapak tangan mereka menghadap ke atas dan diletakkan di atas punggung Pak Empo. Lalu, salah satu dari anak tersebut menggenggam sebuah biji atau kerikil yang dipindah-pindahkan dari tangan satu ke tangan lainnya sambil menyanyikan lagu Cublak-Cublak Suweng. Ketika nyanyian telah sampai pada lirik “…sapa ngguyu ndelikake”, biji atau kerikil tersebut harus segera disembunyikan dalam genggaman oleh anak yang menerimanya. Pada akhir lagu, semua anak yang duduk menggenggam kedua tangan masing-masing dan berpura-pura menyembunyikan biji atau kerikil tersebut sambil menggerak-gerakkan tangan. Lalu Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/kerikil tersebut disembunyikan. Jika tebakannya benar, maka anak yang menggenggam biji tersebut harus bergantian menjadi Pak Empo. Jika salah, Pak Empo kembali berbaring seperti semula dan permainan diulang lagi. 7. JamuranTidak jauh berbeda dengan Cublak-Cublak Suweng, Jamuran juga merupakan lagu yang dinyanyikan dalam sebuah permainan bernama Jamuran. Permainan ini dapat dimainkan oleh 4 sampai 12 anak yang biasanya dimainkan di waktu sore atau malam saat bulan purnama. Permainan Jamuran dapat dimainkan oleh anak laki-laki maupun anak perempuan, umumnya berusia 6 sampai 13 tahun. Permainan ini juga tidak membutuhkan alat apapun, hanya membutuhkan tanah lapang yang luas.
8. Padhang WulanSecara tekstual, lagu ini secara gamblang berisi ajakan untuk meramaikan malam bulan purnama dengan bermain bersama teman-teman. Namun secara filosofis, lagu ini sebenarnya mengajak untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas malam yang begitu indah. Sebagai ungkapan rasa syukur, sang penulis lagu yang belum diketahui secara pasti ini mengajak untuk tidak tidur terlalu sore, karena untuk menghidupkan malam yang indah itu dengan ibadah sunnah.
Terjemahan:
9. Warung Pojok
10. Jangkrik Genggong“Semarang kaline banjir…”, kata itu sangat populer yang bahkan bisa dibilang menjadi semacam slogan yang akhirnya melekat pada Kota Semarang. Padahal, “Semarang kaline banjir” merupakan bagian dari lirik lagu Jangkrik Genggong yang dipopulerkan oleh Waldjinah.
11. Sekolah
12. Turi-Turi PutihTuri-Turi Putih merupakan lagu peninggalan Sunan Giri yang menceritakan tentang kearifan, kesadaran akan kehidupan dan kematian. Syair tembang ini begitu indah dan bermakna, pesannya lebih spesifik ditujukan kepada murid sebagai penuntut ilmu dan guru sebagai pengajar.
Turi-turi melambangkan pitutur atau nasehat. Sedangkan putih mewakili kain kafan dan melambangkan kematian. Dengan begitu, Turi Turi Putih adalah sebuah nasehat dari seorang guru kepada murid tentang makna akhir kehidupan atau kematian. Lagu ini memberikan pesan kepada murid untuk selalu mengikuti apa yang disampaikan guru-guru berupa nasehat supaya tidak tersesat. Sementara guru adalah semacam figur yang perilaku dan ucapannya selalu ditiru dan diteladani, maka seorang guru harusnya lebih menjaga diri dalam perilaku dan ucapannya. 13. Dak Petik Kembang Melati
14. Sluku-Sluku BathokMeskipun terkesan seperti lagu anak-anak yang menggunakan bahasa yang sederhana, rupanya Sluku-Sluku Bathok merupakan salah satu lagu gubahan Sunan Kalijaga dan memiliki makna yang sangat filosofis.
Konon, Sunan Kalijaga memasukkan unsur-unsur nilai agama dalam bentuk lagu anak-anak yang sederhana agar lebih mudah dihafal dan bertahan lama. Judul Sluku-Sluku Bathok pun juga dikatakan merupakan serapan dari bahasa Arab, Ghuslu Ghuslu Bathnaka, yang artinya “Mandikan (Bersihkan) Batinmu”. Baca juga: 16 Lagu Daerah Sumatera Barat (Lagu Minang) Beserta Liriknya 15. Sinom
16. Gek Kepriye
17. Pitik Tukung
18. Andhe-Andhe Lumut
19. Te Kate Dipanah
Baca juga: Kumpulan 16 Lagu Daerah Papua Paling Populer 20. Gendhing Ketawang Ibu Pertiwi
Baca juga: Mengenal 10 Upacara Adat Bali yang Eksotis *** Referensi
|