Kerajaan yang menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara adalah kerajaan

Kerajaan yang berkembang menjadi pusat studi islam di Asia Tenggara​ adalah kerajaan Malaka. Disebut sebagai pusat studi Islam karena para pedagang yang bersal dari India dan Arab itu mengajarkan Islam ke kesultanan yang terdapat di Malaka, sehingga menyebar ke daerah Pahang, Trengganu, Johor, sebagaimana dijelaskan oleh Profesor Zainal Kling yang merupakan pakar sejarah Islam berasal dari Universitas Malaya, Malaysia. Selain ke Semenanjung Malaya, Islam dari Kesultanan Malaka juga menyebar ke arah Sumatera dan Kalimantan.

Penjelasan

Negeri Malaka yang terletak di Malaysia adalah salah satu wilayah penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara. Saat pertama didirikannya Kesultanan Malaka mendapat respek dari para pedagang Cina, India, dan Arab disekitar abad ke-14 dan ke-15. Malaka itu sendiri merupakan kota letak pelabuhan dan lokasi perdagangan yang sangat strategis.

Para pedagang yang bersal dari India dan Arab itu mengajarkan Islam ke kesultanan yang terdapat di Malaka, sehingga menyebar ke daerah Pahang, Trengganu, Johor, sebagaimana dijelaskan oleh Profesor Zainal Kling yang merupakan pakar sejarah Islam berasal dari Universitas Malaya, Malaysia.

Selain ke Semenanjung Malaya, Islam dari Kesultanan Malaka juga menyebar ke arah Sumatera dan Kalimantan. Hal ini disebabkan karena tidak lepas dari latar belakang pendiri Kesultanan Malaka itu sendiri.

Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara, Parameswara merupakan orang Melayu yang beragama Hindu keturunan dari Raja Sriwijaya. Parameswara kemudian mengganti namanya menjadi Muhamad Iskandar Syah setelah masuk Islam.

Sultan Iskandar Syah lantas menguatkan relasi dengan kerajaan-kerajaan Islam yang terdapat di wilayah yang saat ini menjadi bagian dari wilayah Indonesia dengan menikahi putri dari Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.

Pelajari lebih lanjut

Detil jawaban

Kelas: 10

Mapel: Sejarah

Bab: Zaman Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Kode: 10.3.5

Kata Kunci: Asia Tenggara, studi Islam, kerajaan Malaka.

Posisi Kesultanan Malaka yang strategis membuat banyak orang mendatanginya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Posisi Kesultanan Malaka yang strategis membuat banyak orang mendatanginya. Sama halnya ketika dalam masa kejayaannya Sriwijaya menjadi pusat pendidikan agama Buddha, Malaka pun punya posisi sebagai pusat penyebaran agama Islam.

Pengamat sejarah kebudayaan Islam dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Dien Madjid mengatakan, Malaka merupakan pelabuhan transito perdagangan di mana orang-orang menunggu arus angin yang disesuaikan tujuannya.

Dulu, orang berlayar menggunakan kapal layar yang sangat bergantung pada arah angin. Ketika ia ingin ke arah timur, misalnya, ia harus menunggu angin yang tepat agar bisa mengantarkannya ke arah timur. Selama angin yang tepat ini musimnya belum datang, mereka singgah terlebih dahulu di bandar pelabuhan terdekat. Mereka tinggal kemudian berbaur dengan penduduk setempat, bahkan ada yang menikah.

Selama singgah ini merupakan masa di mana mereka bisa mengenalkan budaya dan agama yang mereka anut. Bagi para pedagang Muslim, yang kebanyakan berasal dari Arab, mereka juga melakukan dakwah dan menyebarkan agama Islam di tempat-tempat yang mereka singgahi seperti ini.

Para pedagang Muslim ini mau singgah ketika sang raja telah mendeklarasikan ia masuk Islam dan Kerajaan Malaka yang dipimpinnya adalah kerajaan Islam. Keputusan sang raja masuk Islam ini membuat Malaka menjadi semakin ramai karena para saudagar yang Muslim berkenan singgah. Malaka menjadi semakin besar dan menjadi pusat penyebaran agama Islam.

Malaka menjadi sebuah tempat transit yang bisa menyebarkan dan mengembangkan Islam dengan cepatnya. Selain para pedagang dari Arab, para ulama dari Demak dan Aceh juga bertemu dan menjadi satu di Malaka ini.

Islam disebarkan dengan berbagai media. Tak ada satu pun yang melalui jalur kekerasan. Kebanyakan adalah melalui dakwah dan menggunakan media majalah dan buku-buku yang berasal dari Arab langsung.

Pada masa itu, para ulama juga menggunakan budaya sebagai media dakwah. Salah satunya adalah melalui wayang, sama dengan yang dilakukan juga oleh Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam di Jawa. Inilah mengapa di Malaysia ada wayang dan mereka ngotot mengakui wayang adalah budaya miliknya.

Islam mudah diterima oleh orang Melayu yang kala itu menghuni daerah Malaka ini karena nilai-nilai keislaman yang diajarkan oleh para pedagang ini, mirip dengan budaya asli mereka. “Misalnya, sopan dalam perilaku, santun berbahasa, menghormati orang tua, saling silaturahim, gotong royong, dan nilai baik lainnya,” ujarnya.

KOMPAS.com - Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama yang berdiri dari abad ke-13 hingga ke-16 di Nusantara.

Kerajaan yang didirikan oleh seorang laksamana dari Mesir, yaitu Nazimuddin al-Kamil ini terletak di pesisir utara Sumatera, tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh.

Selama tiga abad berdiri, Kerajaan Samudera Pasai berhasil mencapai kejayaannya, terutama saat dipimpin oleh Sultan Mahmud Malik Az Zahir (1326-1345).

Lantas, mengapa Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam di Nusantara?

Baca juga: Kehidupan Ekonomi Kerajaan Samudera Pasai

Banyak didatangi pedagang

Alasan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam di Nusantara adalah karena kerajaan ini banyak didatangi pedagang dari beberapa pelosok negeri, seperti India, Benggala, Gujarat, Arab, China, dan daerah lain di sekitarnya.

Pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, Kerajaan Samudera Pasai dikunjungi oleh para penjelajah dan musafir Maroko bernama Ibnu Batutah.

Selama berada di Samudera Pasai, Batutah melihat bahwa Az Zahir adalah sosok pemimpin yang taat beragama dan memeluk madzhab Syafii.

Az Zahir dipandang sebagai sultan yang rajin beribadah dengan tingkat ketekunan tinggi.

Kemudian, ia juga kerap memerangi para kaum penyembah berhala yang berada di kawasannya.

Tidak hanya itu, di bawah kepemimpinan Az Zahir, Kerajaan Samudera Pasai juga berhasil mencapai kejayaannya, terutama di bidang ekonomi.

Baca juga: Kehidupan Politik Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai terus menjalin hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan Islam baik di India maupun Arab.

Puncaknya terjadi ketika aktivitas perdagangan sudah semakin maju, ramai, dan menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran.

Koin emas kali pertama diperkenalkan oleh ayah dari Mahmud Malik Az Zahir, yaitu Sultan Muhammad Malik Az Zahir, yang kemudian diresmikan oleh kerajaan.

Bukti perkembangan Kerajaan Samudera Pasai juga dapat dilihat dari bagaimana kerajaan ini menjadi pusat perniagaan penting di kawasan Nusantara.

Lebih lanjut, Samudera Pasai juga menjadi produsen sutra, kapur barus, dan emas.

Di samping sebagai pusat perdagangan, Samudera Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam.

Bahkan, Samudera Pasai memiliki julukan Serambi Mekkah, karena adanya aturan-aturan hukum Islam yang diterapkan sehingga memiliki kesamaan dengan masyarakat Arab.

Sayangnya, makin lama kondisi Samudera Pasai kian mengalami kemunduran.

Adapun beberapa faktor yang membuat Kerajaan Samudera runtuh adalah:

  • Menjadi incaran Kerajaan Majapahit yang berambisi menyatukan Nusantara.
  • Muncul pusat politik dan perdagangan baru di Malaka.
  • Lahirnya Kerajaan Aceh Darussalam yang mengambil alih penyebaran agama Islam.

Pada akhirnya, Kerajaan Samudera Pasai jatuh setelah diserang Portugis pda 1521.

Wilayah Samudera Pasai kemudian menyatu dalam Kesultanan Aceh.

Referensi:

  • Amarseto, Binuko. (2017). Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Relasi Inti Media.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Kerajaan yang menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara adalah kerajaan

novalrizqan93 novalrizqan93

Kerajaan yang berkembang menjadi pusat studi islam di Asia Tenggara​ adalah kerajaan Malaka

Penjelasan

Negeri Malaka yang terletak di Malaysia adalah salah satu wilayah penting dalam penyebaran agama Islam di kawasan Asia Tenggara. Saat pertama didirikannya Kesultanan Malaka mendapat respek dari para pedagang Cina, India, dan Arab disekitar abad ke-14 dan ke-15. Malaka itu sendiri merupakan kota letak pelabuhan dan lokasi perdagangan yang sangat strategis.

Para pedagang yang bersal dari India dan Arab itu mengajarkan Islam ke kesultanan yang terdapat di Malaka, sehingga menyebar ke daerah Pahang, Trengganu, Johor, sebagaimana dijelaskan oleh Profesor Zainal Kling yang merupakan pakar sejarah Islam berasal dari Universitas Malaya, Malaysia.

Selain ke Semenanjung Malaya, Islam dari Kesultanan Malaka juga menyebar ke arah Sumatera dan Kalimantan. Hal ini disebabkan karena tidak lepas dari latar belakang pendiri Kesultanan Malaka itu sendiri.

Kesultanan Malaka didirikan oleh Parameswara, Parameswara merupakan orang Melayu yang beragama Hindu keturunan dari Raja Sriwijaya. Parameswara kemudian mengganti namanya menjadi Muhamad Iskandar Syah setelah masuk Islam.

Sultan Iskandar Syah lantas menguatkan relasi dengan kerajaan-kerajaan Islam yang terdapat di wilayah yang saat ini menjadi bagian dari wilayah Indonesia dengan menikahi putri dari Kerajaan Samudera Pasai di Aceh.

Pelajari lebih lanjut

Detil jawaban

Kelas: 10

Mapel: Sejarah

Bab: Zaman Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Kode: 10.3.5

Kata Kunci: Asia Tenggara, studi Islam, kerajaan Malaka.